Home / Romansa / Godaan Mantan Istri / [4] Persidangan Terakhir

Share

[4] Persidangan Terakhir

Author: Kim Meili
last update Last Updated: 2025-09-02 10:39:28

“Sebentar,” ucap Gwen ketika mendengar suara bel dari luar. Dia segera melangkahkan kaki, menuju ke arah pintu.

Gwen yang membuka pintu pun menatap ke arah tamunya kali ini. Melihat siapa yang datang, Gwen langsung menarik kedua sudut bibir, membentuk senyum lebar. Tanpa aba-aba, dia langsung mendekap seseorang di depannya.

“Arga, akhirnya kamu datang,” kata Gwen.

“Gwen, bukannya tadi kamu bilang sakit? Kenapa tidak istirahat?”

Gwen yang baru tersadar dengan alasannya menyuruh Arga datang pun langsung terlihat panik. Karena terlalu senang, dia jadi tidak memikirkan alasan apapun. Dia pun mulai memutar otak, mencari alasan yang masuk akal.

“Ah, iya! Tadi, perutku benar-benar sakit, tetapi setelah aku minum obat rasanya sedikit membaik,” jawab Gwen dengan cepat.

Arga yang mendengar hanya membuang nafas lirih. Dia datang ke rumah dengan cemas karena Gwen yang mengeluh kesakitan.

“Ayo kita makan! Aku sudah memesan seafood. Kamu suka seafood kan?” ujar Gwen dengan ceria, menarik Arga ke ruang makan. Dia terus berceloteh, tapi Arga hanya membalas singkat, membuat Gwen kesal.

“Arga, kamu kenapa sih? Dari tadi tidak mendengarkanku!” ujarnya merajuk.

Arga menatap Gwen sejenak sebelum menjawab, “Ivana meminta cerai.”

“Apa?” Gwen yang mendengar pun melebarkan kedua mata, seakan terkejut dengan apa yang didengarnya.

“Kemarin dia meminta cerai denganku. Tiba-tiba dia mengungkitmu. Apa kamu bertemu dengannya?”

Gwen langsung bersorak bahagia. Bibirnya mengulas senyum lebar, merasa menang karena pada akhirnya Ivanka yang mengalah.

Namun, hal itu berlangsung sejenak. Gwen yang tidak ingin menimbulkan kecurigaan pun mulai mengubah ekspresi wajahnya, seakan ikut sedih dengan kabar yang dibawa Arga. Dia pun mengelus pundak pria itu.

“Tidak tuh, aku belum melihatnya. Lagipula, Arga, paling dia sedang main tarik ulur denganmu. Kamu tahu sendiri kan seperti apa Ivana? Dia suka main trik dan sangat mencintaimu,” ucap Gwen.

Arga yang mendengar jawaban itu terdiam sejenak. Dia menimang pendapat yang diberikan Gwen. Hingga akhirnya dia menganggukkan kepala tanpa membahasnya lagi.

Gwen tersenyum riang. Dalam hati dia berkata, ‘Selangkah lagi, aku akan menggantikanmu, Ivana.’

***

“Apa? Kamu bercerai dengan Arga?”

Ivana yang baru sampai di rumah orang tuanya pun hanya bisa duduk dengan mulut tertutup rapat. Dia tidak berani mendongakkan kepala untuk menatap kedua orang tuanya. Dia tahu, kedua orang tuanya pasti kecewa, tetapi Ivana tidak memiliki pilihan lain.

“Apa kamu serius dengan ucapanmu, Ivana? Kenapa tiba-tiba kalian berpisah?” tanya Elin—mama Ivana.

“Sudah tidak ada kecocokan diantara kita, Ma,” jawab Ivanka asal.

“Tidak ada kecocokan katamu, Ivana?” Oman—papa Ivana, yang sejak tadi diam mulai menimpali.

Kali ini, Ivana tidak mengatakan apa pun. Dia tahu, papanya pasti akan marah besar. Ivana masih cukup ingat, seperti apa dia merengek supaya sang papa menerima perjodohan dengan keluarga Arga.

“Gampang sekali kamu mengatakan tidak cocok, Ivana. Dulu kamu yang meyakinkan papa dan sekarang kamu malah mengajukan cerai?” Oman menunjukkan ekspresi kesal.

“Aku tahu, Pa. Tapi, aku dan Arga benar-benar tidak bisa melanjutkan pernikahan ini lagi,” kata Ivana.

“Kalau begitu, katakan apa alasannya,” ucap Oman serius.

“Tidak ada alasan khusus. Kita hanya tidak bisa melanjutkan lagi saja,” sahut Ivana. Dia tidak mungkin mengatakan mengenai cinta pertama Arga yang sudah pulang.

“Sayang, pernikahan itu bukan main-main. Kamu tidak bisa langsung pisah ketika tidak merasa cocok. Dalam sebuah hubungan, ada pertengkaran itu wajar dan bukan perceraian solusinya,” ujar Elin menasehati putrinya.

Ivana tahu mengenai hal itu, tetapi dia tidak bisa terus bersama dengan Arga. Dia pun meraih jemari sang mama dan berkata, “Aku tahu, Ma. Tapi aku benar-benar tidak bisa. Jadi, aku harap Mama dan Papa bisa menghargai keputusanku.”

Elin yang mendengar hanya bisa menghela napas lirih. Sedangkan Oman hanya memutar bola mata pelan. Dia memilih bangkit. Sembari melangkah dia berkata, “Terserah.”

***

Sebulan berlalu, dan akhirnya hari sidang perceraian terakhir tiba. Ivana sudah menelepon Arga dan mengingatkannya untuk datang.

“Ivana, kamu baik-baik saja? Wajahmu tampak pucat,” tanya Elin dengan wajah cemas.

Ivana yang ditanya pun mengangguk. Dia memang sering merasa mual dan sakit kepala akhir-akhir ini, tetapi dia tidak mengatakan pada sang mama. Seperti hari ini. Ivana tidak merasa enak badan, tetapi karena ini sidang terakhirnya, Ivana ingin datang.

“Kalau kamu gak enak badan, kamu gak perlu datang, Ivana,” kata Elin kembali.

“Tidak, Ma. Ivana baik-baik saja,” sahut Ivana.

Ivana mulai melangkahkan kaki. Dia tahu kecemasan mamanya, tetapi Ivana harus datang. Untuk terakhir kali, sebelum dia dan Arga benar-benar berpisah, Ivana ingin melihat pria itu. Ivana ingin tahu, apakah Arga menyesal atau tidak berpisah dengannya.

Namun, belum sampai ke ruangan, langkah Ivana terhenti ketika seseorang berhenti di dekatnya. Ivana pun menatap ke arah sang pelaku, mendapati Arga berdiri di sebelahnya. Dia pun menatap pria yang saat ini akan menjadi mantan suaminya.

‘Sebentar lagi, kita akan benar-benar berpisah, Arga,’ batin Ivana. Dia pun kembali merasa sedih. Air matanya hendak mengalir, membuat Ivana mengalihkan pandangan sembari menahan air matanya.

“Belum puas cari perhatiannya, Ivana?”

Ivana yang mendengar pertanyaan Arga pun langsung mengerutkan kening dalam. Dia menatap ke arah Arga dan balik bertanya, “Apa maksudmu? Siapa yang mencari perhatian?”

“Jangan kamu pikir aku tidak tahu, Ivana. Kamu melakukan ini karena ingin mencari perhatian dariku, kan? Tidak benar-benar ingin berpisah denganku. Seperti biasa, kamu pintar sekali cari muka.”

Kali ini, Ivana tertawa kecil. Dia mengalihkan pandangan sembari berkata, “Tidak ada yang mencari perhatianmu, Arga. Aku memang benar-benar ingin berpisah denganmu.”

“Sebenarnya aku bertanya-tanya, kenapa kamu terus saja membuat masalah seperti ini?”

Ivana hendak menjawab, tetapi tiba-tiba kepalanya berdenyut keras. Ivana merasa kepalanya pusing dan tidak tertahan. Dia pun tanpa sadar terhuyung ke arah Arga berada, membuat pria itu refleks menahan tubuh Ivana.

“Ivana! Mau sampai kapan kamu mencoba mencari perhatianku begini?” bentak Arga. Dia menganggap jika saat ini Ivana tengah mempermainkannya.

Namun, Ivana yang masih merasa kepalanya pusing tidak bisa menjawab. Tubuhnya juga perlahan mulai merasa lemah. Hingga pandangannya mengatur dan berubah menjadi gelap. Tepat saat itu, Ivana pingsan.

Arga yang menopang tubuh Ivana pun langsung melebarkan kedua mata. Dia menepuk pipi Ivana. Raut wajahnya berubah cemas.

“Ivana, bangun,” panggil Arga. Tapi tetap tidak ada jawaban, membuat Arga langsung membopong tubuh Ivana dan berlari keluar.

“Apa ... dia benar-benar sakit?” gumam Arga dengan cemas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Mantan Istri   [95] Terasa Seperti Mimpi

    “Apa?!”Ivana yang mendengar kabar mengejutkan itu langsung memekik dengan kedua mata melebar. Dia bahkan refleks bangkit, tidak mempedulikan keberadaan Arga yang saat itu sedang menghabiskan makanan.“Anika, kamu serius dengan ucapan?” tanya Ivana kembali. “Aku serius. Semalam keluarga kita sudah bertemu dan membicarakan mengenai pernikahanku dan Noah. Aku juga akan mencari gaun pengantin hari ini,” jawab Anika. Ivana yang mendengar hal itu langsung tersenyum lebar. Dia benar-benar bisa bernafas lega. Akhirnya cinta Anika yang selama ini hanya disimpan rapat-rapat bisa terwujud juga. Dia benar-benar terharu. “Ivana, apa kamu bisa datang? Pernikahanku dan Noah akan berlangsung satu bulan lagi,” kata Anika.“Tentu saja aku datang ke acara penting kalian. Tidak mungkin aku melewatkan hal ini,” sahut Ivana tanpa pikir panjang. Dia tidak ingin melewatkan momen berharga sahabatnya tersebut. “Tapi, bukannya Arga mengatakan kalau kalian akan berlibur selama dua bulan?” tanya Anika lagi.

  • Godaan Mantan Istri   [94] Kabar Baik

    Dering telepon terdengar begitu nyaring. Arga dan Ivana yang masih terlelap juga mulai terganggu. Ditambah dengan sinar matahari yang mulai memasuki celah jendela, membuat keduanya mulai membuka mata secara perlahan. Ivana yang melihat tidak ada reaksi dari sang suami pun langsung menyikut pelan, membuat Arga menatap ke arah wanita tersebut. “Ponselmu bunyi,” ucap Ivana. Dering yang terus terdengar benar-benar mengganggu pendengarannya. Padahal Ivana masih mengantuk, tetapi harus terbangun karena suara yang terus berulang.Arga sendiri masih ingin memejamkan mata, tetapi terpaksa mengulurkan tangan dan mengambil benda pipih tersebut. Tanpa melihat nama yang tertera, Arga langsung mengangkatnya. Dia mendekatkan ponsel di telinga dan bertanya, “Ada apa?”“Arga, kamu dan Ivana sudah sampai?”Arga yang mendengar suara sang Mama langsung membuang nafas kasar. Sebelumnya dia pikir itu adalah telepon dari anak buahnya. Itu sebabnya, ada suara Arga tadi terdengar ketus. “Aku dan Ivana sudah

  • Godaan Mantan Istri   [93] Menikmati Liburan

    “Selamat datang Tuan dan Nyonya.”Ivana yang baru saja keluar dari mobil sudah disambut dengan deretan pegawai hotel. Sebenarnya dia merasa risih dengan sambutan kali ini, tetapi Ivana tidak bisa menolak. Ini adalah salah satu hal wajib yang harus mulai dia biasakan setiap kali keluar dengan Arga.“Mari kami antarkan ke kamar,” ucap salah satu pegawai.Ivana hanya menganggukkan kepala. Dia melangkahkan kaki, memasuki hotel yang terlihat begitu mewah. Bangunan itu juga milik suaminya. Arga mengelola beberapa usaha, termasuk perhotelan. Jadi, sambutan beberapa menit yang lalu juga karena Arga merupakan pemilik dari hotel tersebut. “Bagaimana menurutmu? Apa bagus?” tanya Arga yang sejak tadi merangkul sang istri. Ivana hanya menganggukkan kepala. Sebenarnya dia tidak terlalu tahu mengenai desain dari sebuah bangunan, tetapi melihat suasana yang begitu tenang, Ivana cukup senang. Ornamen dari bangunan tersebut juga tampak begitu sederhana, tetapi jelas begitu nyaman karena fasilitas yan

  • Godaan Mantan Istri   [92] Mau Menikah?

    “Noah, akhirnya kamu datang.”Noah yang mendapat sambutan dari Anika langsung tersenyum lebar. Raut wajahnya menunjukkan kebahagiaan. Dia juga langsung melangkah lebar, mendekat ke arah kekasihnya berada. “Maaf membuatmu menunggu lama. Tadi aku harus mengantar Arga dan Ivana dulu,” kata Noah. Anika menganggukkan kepala dan bergumam pelan. Bibirnya terus menyunggingkan senyum lebar, menatap ke arah Noah yang baru saja datang. Sejak tadi menunggu pria itu membuat Anika tidak sabar. Hingga dia kembali melangkah ke arah meja, mengambil piring dan menuju ke arah Noah berada. “Ini menu baru yang aku buat. Silakan cicipi,” kata Anika.Seperti biasa, Noah yang harus mencicipi lebih dulu. Dia yakin, menu baru yang dimaksud kekasihnya itu bahkan belum dinikmati oleh semua orang. Biasanya, dia adalah yang pertama. Sesuap kue mulai dikunyah oleh Noah. Dia benar-benar seperti sedang menikmati buatan tangan sang kekasih. Hingga dia menganggukkan kepala. “Enak,” kata Noah. “Bisa untuk dijual?”

  • Godaan Mantan Istri   [91] Berangkat Liburan

    “Sayang, aku sudah selesai menyiapkan semua keperluan kita. Jadi, sekarang kita bisa berangkat. Kamu juga sudah siap, kan?”Ivana yang mendengar hal itu hanya terdiam. Dia masih merasa ragu dengan keputusannya kali ini. Kemarin dia sempat setuju karena merasa jika tidak masalah untuk berlibur sebentar, tetapi nyatanya saat hari keberangkatan, rasanya begitu berat. Meskipun dia tidak mengurus putranya sehari penuh, tapi setidaknya saat dia kembali ke rumah masih bisa melihat wajah bocah kecil itu. “Sayang, kenapa diam saja? Kamu tidak mau pergi?” Arga yang sadar dengan perubahan sikap sang istri langsung mendekat. Dia mulai bertanya dan memeluk wanita itu. Ivana sendiri hanya terdiam. Dia menarik nafas dalam dan membuang secara perlahan. Beberapa kali dia melakukan hal yang sama, berusaha menenangkan perasaannya. Hingga dia yang sudah merasa membaik melepaskan dekapan di pinggang dan membalik tubuh. Kali ini Ivana sepenuhnya menatap sang suami. “Ada yang mengganggu pikiranmu?” tanya

  • Godaan Mantan Istri   [90] Akhirnya Setuju

    “Akhirnya semua urusanku selesai. Tinggal mereka yang menentukan hasil akhirnya saja,” kata Ivana. Ivana yang baru sampai rumah langsung duduk di sofa, meregangkan tubuh yang terasa begitu lelah. Seharian dia harus berpindah beberapa tempat hanya untuk mengurusi masalah Noah dan Anika. Dia yang awalnya ingin berbelanja pun terpaksa harus diurungkan. Ivana tidak memiliki tenaga lagi kalau harus berjalan-jalan di mall dan mencari keperluannya. “Nyonya sudah pulang?” Ivana pun mengalihkan pandangan. Melihat Ani yang tersenyum ke arahnya, Ivana juga ikut tersenyum. Asisten rumah tangganya itu selalu melakukan pekerjaan dengan sangat baik. Sejak ada Ani, dia juga jarang melakukan pekerjaan rumah. “Mau saya buatkan minuman, Nyonya?” tanya Ani kembali. “Gak perlu. Aku mau istirahat saja,” jawab Ivana. Dia ingin merebahkan tubuh. Meski tidak tidur, tetapi setidaknya bisa membuat tubuhnya sedikit rileks. Ivana pun langsung bangkit dan melangkah pelan. Dia mulai menaiki satu per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status