Rambut panjang Rere terbang terbawa angin masuk lewat jendela yang terbuka. Tatapan sang gadis itu masih melekat dua pasang sejoli yang tengah mengadakan lamaran tersebut. Senyumnya tersungging selalu, Kenzo menatap gadisnya dengan perasaan kesal, merasa terabaikan. Ia cemburu, padahal bukan pada sesuatu yang harus dicemburui namun, Kenzo tidak rela sang gadis fokus terhadap sesuatu selain dirinya.
"Romantis bagaimana? Menurutku itu terlalu murahan untuk di sebut romantis, Sayang," ujar Kenzo kesal.
"Abang tidak akan pernah tahu, kebahagiaan itu akan tetap ada meski sesuatu itu bersifat sederhana. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menerima," tutur Rere memandang wajah ketus Kenzo. Ia mengernyitkan kening menatap bingung, tidak mau ambil pusing, Rere kembali menyantap hidangannya. Ia kemudian
Aku benar-benar tidak habis pikir dengan jalan hidup yang mempermainkanku. Baru saja aku hendak mencoba menata hati, menerima wanita lain. Mengapa wanita-wanita tersebut selalu berkaitan dengan Kenzo. Perasaanku benar-benar tidak tenang, ada rasa mengganjal di hati. Di sepanjang perjalanan, dimana jalan raya masih cukup ramai kendaraan berlalu lalang, di malam yang panjang ini. Aku berusaha fokus mengemudi. Tanpa perduli dengan Angel yang duduk di sampingku. Dia masih terdiam seribu bahasa tanpa kata sepatahpun. Entah apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hatiku ini yang pasti sangat amat sakit.Pernyataan Kenzo yang langsung melontarkan bahwa Angel adalah mantan wanitanya. Hancur memang namun, ini lebih baik di bandingkan kenyataan yang akan aku terima setelah terlanjur menyayangi. Angel pasti paham benar akan kejadian masa laluku dengan Helene. Apa itu yang membuatnya diam, apa itu yang membuatnya takut untuk berkata jujur.
Edzard masih terpaku menatap mobil yang semakin menjauh. Tanpa sadar dia meneguk air mineral dalam botol bekas gadis gadis tersebut. Dia menggelengkan kepala, bayangan gadis misterius yang hampir celaka karena ulahnya. Angin malam menyapa tubuh Edzard, membuat rambutnya menari seirama hadirnya angin. Suara dedaunan terseok secara serempak. Bising kendaraan yang berlalu memecah lamunannya. Ia kemudian berjalan ke arah mobil. Lelaki gagah itu menghela napas panjang dan berat. Ia kembali menyalakan mesin mobil dan kembali melakukannya. Memecah belah jalan raya, kali ini lelaki tersebut berusaha fokus. "Alhamdulillah," ucap Edzard kala mobilnya sampai di depan pintu gerbang rumah. Edzard pelan melajukan mobilnya masuk ke garasi. Ia kemudian bergegas keluar. Pria tersebut memincing
Rasa cinta itu hadir di waktu yang mungkin tepat, namun terkadang juga keliru. Hati tidak dapat mengelak,meski bibir terus menolak. Nayla sangat malu dengan tindakan spontannya. Bagaimana tidak, ia menarik jas sang kekasih untuk kemudian mengecup bibirnya. Wajah putihnya memerah seketika. Gadis tersebut berlari masuk ke dalam rumah. Bibirnya menyunggingkan senyum. Antara senang bercampur malu, Nayla terlalu fokus pada tindakan spontannya hingga dia, tidak menyadari kedatangan Edzard."Astaghfirullah!" pekik Nayla terkejut, ia hampir menabrak sang kakak."Hey, apa yang kamu lamunkan, hingga tidak sadar hampir menabrakku?" telisik Edzard menyilangkan tangan.Lelaki gagah itu tengah berganti pakaian mengenakan set piyama warna nav
Hati siapa yang tidak sakit melihat sang kekasih bermain api dengan wanita lain di belakangnya. Lebih sakit lagi ketika ia tahu jika, sahabatnya sendiri pernah dicintai sang kekasih. Seperti tersisih, meski tidak ada tanggapan cinta dari sang sahabat. Namun, di hati kekasihnya pernah terukir nama sahabatnya. Dada terasa sesak, seolah ada bertumpuk-tumpuk beban yang membuatnya sulit bernapas. Sangat nyeri, membuat ia lunglai tidak bertenaga. Gadis itu tetap tegar, dia mengelus dada untuk kemudian berjalan ke bawah. Meninggalkan anak dan ayahnya tersebut yang tengah bercengkrama.Ia mengingat beberapa waktu lalu, kala terbangun lantaran tenggorokan terasa kering. Rere terbangun dan keluar kamar. Namun, ketika hendak menuruni tangga. Ia mendengar gelak tawa di balkon. Sura tawa dari pujaan hatinya. Ia mendekat, dan tidak sengaja mendengar percakapan ayah d
Aku masih duduk termenung memandang langit malam. Indah memang, bulan itu nampak bersinar terang. Akan tetapi hati ini terasa galau, sama sekali tidak sumringah menyenangkan seperti biasa. Perasaan itu, ya perasaan menyesakkan itu hadir kembali. Dulu Helene sekarang Angel, semua tetap berputar pada Kenzo. Terkadang aku berpikir, kesalahan apa yang dulu pernah aku lakukan. Mengapa takdir begitu kejam membuat diriku seperti terombang-ambing di tengah laut lepas, tanpa dapat menepi, berlabuh. Selama ini aku menjaga diri dengan baik, aku bukan perokok, aku lelaki sehat jasmani dan rohani. Aku selalu berusaha berjalan di jalan yang msemestinya. Akan tetapi mengapa takdir begitu kejam. Apa aku pernah berbuat kesalahan di masa lalu. Apa maksud dari semua hal yang telah terjadi selama ini. Aku berusaha berhati-hati, berusaha sebaik mungkin meski aku bukanlah orang yang baik seutuhnya. Kaki terasa menapaki jalan berliku, jalanan yang aku lalu
Mereka semua terdiam tanpa kata, entah apa pun alasannya. Pernikahan adalah sebuah hal yang sangat sakral bagi Edzard. Meski hanya nikah siri, akan tetapi Edzard tetap tidak ingin melakukannya. Walau dalam hatinya terselip nama Rere, semua itu tidaklah benar. Rere adalah kekasih Kenzo dan juga teman dari sang adik. Secinta apa pun ia, tidaklah mungkin membiarkan mereka mengambil tindakan di luar nalar. Harusnya Kenzo memahami itu semua, bukan malah mendorong Edzard ke dalam pusaran masalah yang seharusnya ia pilih sendiri."Saya tidak setuju Pak, pernikahan bukanlah sesuatu yang dapat dipermainkan. Semua itu akan kita pertanggung jawabkan kelak, bukan," tukas Edzard menatap tegas mereka."Lalu harus bagaimana, coba Nak Edzard pikirkan bila mana yang berada di posisi ibu saya adalah ib
Sampai di rumah sakit Edzard memberikan bekal kepada kedua orang tua Rere. Senyuman mereka mengembang, seolah tidak terjadi sesuatu kemarin. Kenzo duduk di kursi tunggu menenangkan Rere yang menangis sesegukan. Edzard menatap dengan sayu, rasa kasihan menyergap hati nurani. Nayla berjalan ke arah mereka dan ikut duduk di kursi samping Rere yang kosong. Gadis itu langsung menghambur ke pelukan sahabatnya. Kenzo kemudian menengok ke arah kedua orang tua Rere. Mereka duduk di kursi seberang tengah berbincang. Wajah ayah Rere nampak serius, sedangkan wajah ibunya tidak jauh beda dengan Rere, wanita tersebut nampak kusut dan matanya bengkak.Pandangan Kenzo menjelajah kembali, kali ini ke arah Edzard. Sahabatnya itu tengah menyandarkan punggung di dinding. Kenzo bangkit dari duduk, berjalan ke arah Edzard. Kedua lelaki gagah tersebut kini saling
Nayla menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia benar-benar tidak paham akan jalan pikiran Rere. Matanya melebar seketika, dia menatap ke arah sang kakak. Ekspresinya tidak jauh berbeda dari dirinya. Netra kakak beradik itu bertemu ketika Edzard menoleh ke arahnya. Pemuda gagah itu kebingungan.Bukan hal mudah untuk memutuskan sebuah pernikahan. Rere juga seharusnya demikian namun, entah mengapa gadis itu berpikir beda sekarang. Semua orang menunduk tidak dengan Nayla dan Rere."Nenek, biarkan kami pikirkan terlebih dahulu. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral," ucap Edzard kemudian."Kau tidak mencintai cucuku?" tanya sang nenek parau, wajahnya tersemat kekecewaan.