Share

2.Jangan Ikuti Jejakku!

Penulis: KarRa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-28 13:29:44

    Siang yang begitu panas, tidak menyurutkan rasa menggelora untuk saling memberi dan menerima. Peluh mengucur dari tubuh mereka, keduanya masih terlarut dalam samudra kenikmatan dunia. Memperdaya, menghanyutkan, ketika dua tubuh lelaki dan perempuan menyatu. Bergumul untuk menyelesaikan desakan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Secara naluri rasa yang memperdaya, rasa tidak pernah terpuaskan untuk melakukannya lagi dan lagi. Mencengkeram, dan tercekat terasa membelit sekujur tubuh.

     Erangan bersahutan menggema di sebuah kamar kedap suara tersebut. Gerakan yang halus, penuh penghayatan terkadang menjadi brutal, cepat, menggelitik tubuh wanita di bawahnya. Membuat melayang terbang sampai langit ketujuh. Menginginkannya lagi dan lagi tanpa rasa malu. Kedua tangan lentik itu meraih punggung mencengkeram membuat sang lelaki mendekap, menekan. Gunung kembarnya terasa tertekan pada dada bidang maskulin si pria. Meresapi bagian bawah sana yang berkedut. Terisi bagian sensitif si pria, penuh sesak menelusup ke luar masuk dengan perkasa. Tanda merah bertebaran di leher dan dada si wanita, yang semakin mengerang terasa hampir gila di buatnya. Dicengkeram rambut pasangan bercintanya yang semakin tak terkendali.

    "Ini menakjubkan!" erang keduanya bersaut-sautan, ketika klimaks. Kedutan dari sang jantan menyemburkan cairan kental hangat di dalam sana. Keduanya berteriak bersamaan dalam pelukan hangat, menikmati sensasi dari akhir lautan madu menggelora, memuaskan. Sang pria berguling telentang kesamping, keduanya mengatur kembali nafas yang terasa terputus-putus.

     "Kamu memang selalu luar biasa, Sayang," ujar sang wanita mengecup dada bidang pria tersebut. Sebelum akhirnya bangkit dari ranjang berjalan menuju kamar mandi.

     Senyum pria itu mengembang, ketampanan tidak mampu terlukiskan dengan kata, nyata terpampang di wajahnya itu, berkah dari bibit unggul. Menghanyutkan setiap wanita memandang. Perpaduan dari Arab, Jepang dan Indonesia menyatu dalam darah lelaki tersebut. Lelaki blasteran berbibir sexy, bertubuh tinggi seperti model, badannya kencang berotot, perutnya menonjolkan roti sobek, sixpack karena rajin olahraga setiap hari. Semakin membuat meleleh setiap wanita.

    Dipejamkan mata indah itu, sesaat ia terlelap. Hingga sesuatu yang hangat menyentuh bagian kejantanannya. Ia membuka mata, menikmati sensasi seperti listrik menjalar sekujur tubuh. Namun, dering ponsel di meja lemari dekat ranjang berulang kali berbunyi seperti pengganggu.

    "Tsek!" decak lelaki itu. Diraihnya ponsel tersebut. "Ha, halo," ujarnya terengah.

   "Hey brengsek, alasan apa lagi yang sudah kamu lontarkan pada orang tuamu, untuk kabur dari perusahaan sampai menyeret namaku. Tau tidak, orang tua kamu menelepon orang tuaku berulang kali." Suara maskulin terdengar dari balik ponsel.

     "Mampus!" pekik pria telanjang itu sembari menepuk jidatnya. Segera dia menepis tangan sang wanita memberi tanda untuk menghentikan aktivitasnya. Sang wanita tersenyum nakal, tetap melakukan dengan gencar gerakan bibir dan mulutnya. "Hah, sorry brow," ujar pria itu semakin terengah.

     "Kalau kita tidak berstatus sahabat, sudah habis riwayat kamu sekarang," ucap lelaki dari balik ponsel lagi.

     "Terus sekarang bagaimana?" tanya dia menggigit bibirnya sendiri, menahan sensasi perbuatan sang wanita.

     "Datang ke taman kota sore ini, bantu aku membuat pemotretan adik tercintaku. Dia dan temannya sedang ikut kompetisi foto Kartini di kampusnya. Itu alasan yang aku ceritakan pada orang tuamu, dan ini yang terakhir kali, lain kali biarpun kamu sekarat di hukum aku tak peduli," pekik lelaki dari balik ponsel dengan suara dongkol.

    "Kau memang yang terbaik brow, thanks. Satu jam lagi aku ke sana," katanya. Dilempar begitu saja ponsel ke samping tempat tidur. "Kau wanita nakal," kata lelaki itu lagi, senyumnya menyeringai. Dia menarik dan meraih wanita itu untuk menerima hukuman indah atas perbuatannya.

******

     Di waktu yang sama, di tempat berbeda. Suara hiruk pikuk perkantoran menambah kebisingan.

    "Dasar! Sudah aku duga dia memang parah," keluh lelaki yang mendengar suara erangan bersaut-sautan dari balik ponsel. 

    Dia menggelengkan kepala dan mematikan ponsel yang masih tersambung. Dirapikan dokumen yang ada di atas meja. Seorang pemuda masuk ke dalam ruangan.

    "Pak Edzard, saya sudah menyiapkan mobil bapak, kita akan keluar sekarang atau nanti pak?" tanya pemuda itu.

    "Kita undur setengah jam lagi, kamu boleh keluar sekarang!" perintahnya.

    "Baik pak," jawab pemuda itu, menganggukan kepala, berjalan ke luar ruangan.

    Suasana hening kembali, Edzard memandang bingkai foto di sudut meja. Di sana terpampang foto saat wisuda. Foto dia dan keluarganya dan satu lagi, pemuda tidak asing yang bukan keluarga ikut nempel.

     "Kenzo, sampai kapan kamu akan menyebalkan seperti ini. Kita bukan pemuda lagi, usia kita sudah hampir kepala tiga," ujar Edzard dengan terkekeh.

******

    Sore hari seperti waktu yang telah ditetapkan. Kenzo dan Edzard bersua di taman kota. Matahari mulai turun, namun cahayanya masih silau menyengat memancar. Banyak orang berlalu lalang di sepanjang taman.

Cekrek.

     "Manis," bisik Kenzo mengamati bidikan fotonya. Nampak seorang gadis tersenyum manis, duduk di kursi bercat putih, di bawah pohon mangga.

    "Ken, berhentilah jeprat jepret seenak jidat. Aku mengajakmu datang ke tempat ini bukan untuk memotret hal tidak penting," sungut Edzard.

     "Bawel, lagi pula Nayla juga belum datang. Kamu tau gak waktuku itu berharga, jadwalku sangat padat," kilah Kenzo.

    "Astaga! Ngak nyadar kamu ngomong begitu, siapa yang kabur tadi dan membuat rusuh?" sungut Edzard, memandang Kenzo dengan tatapan intimidasi.

    Jleb! Terasa terkena pukulan telak Kenzo meringis nyengir menahan malu.

    "Padat ya, aku tahu jadwal kamu memang padat. Padat kencan dengan wanita atau janda yang jumlahnya tak terhingga sepanjang masa," cibir Edzard.

     "Jahatnya, memang kasih ibu tak terhingga sepanjang masa. Edzard kamu saja yang hidup terlalu lurus," kata Kenzo. "Tapi bukan berarti kamu juga harus jadi brengsek seperti aku juga," imbuhnya, Kenzo menundukan kepala. "Ngomong-ngomong apa kabar Helene? Terakhir kali kamu pacaran dengan dia. Dan sekarang kamu malah sendiri seperti begini. Kamu gagal move on dari Helene?" cerocos Kenzo.

     "Bisa bahas yang lain?" tanya Edzard, wajah tenangnya mulai gusar.

     "Maaf tapi, aku tidak tahu jika kalian akan saling jatuh cinta Zard. Jika tahu seperti ini jadinya, aku ngak akan mengenalkan kalian berdua," pinta Kenzo.

     "Berhenti membahasnya, aku anggap itu semua sebagai pengalaman berharga. Aku tidak menyalahkan kalian. Dan aku juga berharap kamu lebih dulu menikah daripada aku. Berhentilah berbuat konyol, keluargamu menyayangi kamu Ken, hanya saja cara mereka berbeda," sanggah Edzard mencoba tegar.

     "Dulu mereka membebaskan aku, tapi kini mengekangku. Lucu sekali," cibir Kenzo menertawakan kebodohannya. "Aku juga sebenarnya ingin Edzard, mencintai seseorang sampai membuatku menjadi lebih baik," lanjut Kenzo. Dia menatap langit luas di atas sana.

Bersambung... .

@lovely_karra

Bersambung….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nazwatalita
Kenzo benar-benar deh! Ya ampun ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Spesial Part 3 -Tamat-

    Elizabeth, Larisa beserta sang suami juga Delon baru selesai sarapan. Mereka keluar restoran menatap ke arah lautan lepas sembari membicarakan hal-hal yang hendak dilakukan untuk menghabiskan siang ini. Masih ada waktu dua hari berlibur ke tempat tersebut. Senyum sumringah Larisa dan Aarav membuat iri bagi para jomlo yang lihat. Termasuk Elizabeth dan Delon, pemuda tidak sengaja yang masuk sarang macan dengan menyatakan cinta pada Caroline Zeroun. "Kalian mau ikut kami ke pulau itu?" tanya Aarav menunjukkan sebuah pulau tidak jauh dari tempat mereka. "Kami tidak mau jadi obat nyamuk," keluh Elizabeth. Aarav terkekeh, "Baiklah, kalau begitu aku akan membawa istriku sekarang, selamat bersenang-senang kalian." Tanpa kasihan Aarav mengatakan. Lelaki itu mengangkat tubuh sang istri menggendong ala bridal. Delon dan Elizabeth menggeleng, terlihat menggelikan perbuatan monster kutub utara yang sok manis. Walau sebenarnya dia sedang berusaha manis demi sang istri, nampakn

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Sepesial Part 2

    "Rafael Kenzo!" teriak Maya hilang kesabaran. "Kau, apa yang kau lakukan. Ini tidak seperti yang kita sepakati, brengsek!" pekik Maya. "Bergantilah pakaian, orang tuaku akan kemari beberapa saat lagi." Pemuda itu mengabaikan umpatan Maya. Wanita tersebut frustrasi sendiri dibuatnya. Yeah, pemuda yang bersama Maya adalah Rafael, rasa cinta pada Larisa mungkin tidak mampu dia paksa, perbedaan keyakinan menjadi jurang pemisah sebelum rasa tersebut diungkapkan, miris memang, namun apa daya. Dalam suatu kesempatan Rafael mendapati Maya berada di antara Larisa dan Aarav, jika mengikuti ego, ingin sekali membiarkan. Namun, pemuda tersebut tidak akan pernah sanggup untuk melihat Larisa menderita. Rafael dan Kenzo sama-sama pernah terluka dengan perasaan cinta berbeda keyakinan. Satu hal pasti, ketika Kenzo mendapati putranya, berhubungan dengan wanita. Sang ayah tidak langsung menghakimi, dia lebih memilih untuk melihat apa yang sebenarnya. Saran dari Kenzo hanya satu, d

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Sepesial Part 1

    Larisa dan yang lain menoleh ke arah suara, gadis cantik mengenakan dress putih tanpa lengan setinggi lutut. Rambut panjang blonde tergerai, di mana topi pantai menghias kepala. Senyum merekah mendebarkan jantung kaum adam yang melihat, tubuh mungil berkulit seputih susu membuat dunia Delon serasa terhenti. Bak disuguhkan bidadari cantik turun dari langit. "Hai, Cariline," sapa Larisa. Yah, gadis itu Caroline Zeroun, putri tunggal Axelle Zeroun dari kota B. "Boleh aku bergabung, Kak?" tanyanya. "Boleh sekali, silakan cantik," ujar Elizabeth sumringah. "Perkenalkan dia Caroline," kata Larisa. "Aku Elizabeth," ujarnya. Derit kursi berbunyi, Caroline duduk di kursi dekat Delon. Pemuda itu masih melongo, Elizabeth yang melihat menutup mulut sahabatnya. "Lap tuh iler yang hampir menetas!" kelakar Elizabeth. "Hai, bidadari cantik aku Delon," kata pemuda itu berganti mengulurkan tangan. Caroline menyambut dengan bahagia. "Sepertinya aku j

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Season 3 Selesai...

    Setelah melewati beberapa pencarian atas bantuan anak buah sang papa. Elizabeth berhasil menemukan kamar hotel yang ditempati Larisa sahabatnya. Dia sedang berjalan dengan terus mengomel lantaran Larisa tidak dapat dihubungi. Ponsel mati, padahal keduanya berjanji akan sarapan bersama. Delon menatap punggung sahabatnya itu, dia paham benar Elizabeth khawatir. Sampai di kamar yang dituju gadis itu berhenti. "Akhirnya sampai juga, Larisa kamu kenapa belum turun sarapan?" omel Elizabeth membuka pintu kamar. Mata gadis itu membola, dia menutup mulut dengan kedua tangan, Delon mengernyitkan kening lalu ikut melongok ke dalam. Dia pun sama ikut terkejut. Melihat bagian dalam berantakan, Elizabeth juga Delon melangkah ke dalam. Dia mendapati ranjang bak kapal pecah, pakaian serta dalaman berserakan di lantai. Keduanya saling menatap meringis, merasa salah datang ke tempat itu. Samar terdegar erangan bersahutan dari sebuah ruang yang tertutup, keduanya menduga itu kamar mandi. E

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   240. Lautan Asmara

    Tangan Larisa bergerak nakal meraba pundak Aarav, wanita itu berjalan memutar untuk berdiri di hadapan sang suami. Mempertontonkan tubuh telanjangnya. Aarav menatap tajam bak serigala yang melihat mangsa. Wajah gadis itu memanas, tangannya mengepal menahan gemetar. Kedua tangan Larisa meraba bagian kemeja, mencoba meloloskan kancing yang masih melekat. Aarav memperhatikan dengan badan panas dingin, kemeja itu terlepas berkat tarikan sang istri, mempertontonkan bagian dada maskulin. “Aku siap, mari lakukan. Jangan menahan lagi,” bisik Larisa mencengkeram bagian junior Aarav. Aarav melambung tinggi, seperti naik rollercoaster, sungguh perasaan luar biasa tidak terkira. Tanpa menunggu waktu lebih lama, Aarav mengangkat tubuh Larisa, merebahkan di ranjang. Memulai kembali belaian lidah dan juga bibir di area sensitif Larisa. Gadis itu berteriak, setumpuk rasa dengan jantung terpompa lebih cepat. Menantikan hal yang lebih menakjubkan dari pemanasan itu. “Aku, akan melakuka

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   239. Menghadiri Pesta Axelle Zeroun

    Mata Larisa berbinar melihat pemandangan di bawah laut pada sore hari. Saat ini mereka tengah berada di sebuah kapal pesiar. Langkah kakinya nampak lincah dengan sepatu cats yang dikenakan. Dress warna putih setinggi lutut menari dengan indah seirama langkah. Aarav membiarkan gadis muda itu di hadapannya. Kemudian mantik pelan saat sang istri hampir menabrak seorang anak muda. "Kau tidak apa?" tanya pemuda tampan rupawan pada Larisa. Gadis tersebut tersenyum, "Aku baik," jawabnya. Pemuda tersebut mengerutkan kening lalu tersenyum. "Kau, Kak Larisa?" tanya pemuda itu. "Iya, bagaimana kau bisa mengenalku?" tanya Larisa. 'Astaga, siapa lalat pengganggu ini?' cebiknya. "Astaga, aku juniormu di kampus Kak, senang sekali bisa berjumpa dengan Kakak Cantik," kata pemuda itu lagi. Larisa mencoba berpikir keras, dia seperti mengingat sesuatu. "Hei, Ren, apa yang kau lakukan disini? Pasti mengganggu gadis-gadis?" Seorang gadis cantik dat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status