Share

3.Benih-benih Cinta

Author: KarRa
last update Last Updated: 2021-04-30 09:22:03

   Sayup-sayup angin berhembus membelai dengan mesra. Menerbangkan dedaunan kering, di antara sekian banyak orang berlalu lalang, terdapat dua lelaki tampan bak supermodel. Tubuh sixpacknya tertutup rapat di balik setelan jas yang mereka kenakan. Wajahnya mulus seperti perosotan tanpa noda. Hidung mereka mancung, mungkin bisa digunakan burung gereja bertengger. Banyak orang yang tidak tahu jika usia mereka sudah hampir menginjak kepala 3. Wajah memperdaya, yang menyamarkan usia terlihat lebih muda, menawan.

    Kedua sahabat berbeda karakter tersebut, masih asik berucap, saling melempar kata pedas, menjatuhkan satu sama lain, mengorek kelemahan masing-masing dari lawan bicara. Tanpa mereka sadari dua bidadari cantik memakai set kebaya orange dan yang paling putih berseri menggenakan kebaya merah datang menghampiri.

     "Kalian berdua mirip homo, Bang, mataku terkontaminasi melihatnya," celetuk seorang gadis.

    "Nayla, please. Jangan berkhayal yang aneh-aneh tentang abang kamu, kejam," sungut Edzard menoleh ke arah suara berasal.

   "Kalian nggak sadar menjadi pusat perhatian dari orang-orang lewat lalu lalang?" keluh gadis bernama Nayla. Kompak Edzard dan Kenzo melihat sekeliling. Edzard mengembuskan napas panjang nan berat. Kenzo sendiri terlihat mengedikkan bahu kala Nayla menatap dengan mata tajamnya.

   "Mungkin mereka begitu karena takjub melihat ketampanan kami," kilah Kenzo merangkul Edzard membuat Nayla semakin bergidik, menatap geli.

   "Oh, iya perkenalkan, ini Rere sahabatnya Nay," ucap Nayla, memperkenalkan sahabatnya yang sedari tadi bersembunyi di belakang Nayla.

    Layaknya musim semi yang dinanti, Edzard begitu takjub melihat sosok cantik mendebarkan jantung. Tubuhnya mungil, ramping, sosoknya cantik, kulitnya putih berseri, serasi dengan setelan kebaya, berbaju warna merah cerah dan rok bawahan bermotif batik. Bukan hanya Edzard, Kenzo juga merasakan hal sama, seperti terhipnotis dalam sebuah gambaran bidadari. Rasa tidak asing, tapi jua tidak pernah terlihat. Menghanyutkan membuat terlena, seolah musik alam mengiringi pertemuan mereka. "Itu gadis manis yang tak sengaja aku foto tadi," bisiknya dalam hati. "Jauh lebih cantik ketika melihatnya lebih dekat," imbuh Kenzo masih bercengkrama oada hatinya, ia terpesona dengan kecantikan sang gadis.

   Kegaduhanpun terjadi, seperti masa puber terlambat dilalui. Ke dua lelaki tampan tersebut berebut untuk berkenalan. "Woy, ingat umur bang," pekik Nayla bersungut tapi tak didengarkan.

    "Saya Ed...." Tangan Edzard ditampik Kenzo sebelum ia melanjutkan ucapannya.

    "Hay manis namaku Kenzo," ujar lelaki tersebut meraih dan mencium tangan gadis bernama Rere itu. 

   Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup Kenzo terpana pada anak dibawah umur sembilan belas19 tahun. Kerlinangan nakalnya membuat Rere mengernyitkan kening, pipinya memerah, tersenyum malu. Nayla yang sedari tadi menahan malu dengan tingkah kedua lelaki tersebut, segera melayangkan pukulan di pundak Kenzo.

   "Aww! Sakit Nay," pekik Kenzo.

   "Memalukan, jangan tertipu dengan tampang polos mereka Re. Mereka sepuluh tahun lebih tua dari kita," cerocos Nayla mendelik. Rere hanya tersenyum menanggapi.

   "Maaf sebelumnya, saya Edzard abangnya Nayla," giliran Edzard memperkenalkan diri.

    "Saya Rere, Nayla banyak bercerita tentang bang Kenzo. Abang sosok yang sering dibanggakan Nayla pada teman-teman yang lain juga," jelas Rere, mereka melepas jabatan tangan.

    "Rere," ucap Nayla menutup wajahnya malu.

   "Wah senangnya yang punya adek," kelakar Kenzo.

    "Bisa kita mulai sekarang bang," pinta Rere membuat keduanya kompak mengiyakan. Rere tersenyum menampilkan gigi gingsulnya, menambah paras cantik gadis tersebut semakin mempesona.

     Mereka melakukan pemotretan dengan Kenzo sebagai fotografer. Edzard juga ikut membantu mengambil posisi dan tempat yang pas. Kedua lelaki yang sering bertentangan tersebut nampak menyatu dalam hal perasaan. Tanpa mereka sadari, perasaan mereka merekah menandai Rere dalam hati kecilnya masing-masing. 

*****

    Sejak pertemuan saat itu mereka menjadi dekat satu sama lain. Sering berkumpul setiap akhir pekan, seperti menjadi rutinitas tiap weekend. Berawal dari mengerjakan tugas kampus ataupun makan bersama. Canda tawa dengan mata berbinar tersungging dari wajah mereka. Tanpa ada tali pembatas usia yang menjadi penghalang. Dengan baik Edzard maupun Kenzo menyatu bercengkrama dengan Nayla dan Rere. Kebersamaan mereka menghadirkan benih-benih cinta. Rasa yang paling terasa indah, rasa yang memperdaya setiap hati.

Akhir dari musim kemarau yang indah.

Melantunkan bahasa kalbu dalam cinta yang belum terungkap. Indah merekah setiap teringat, cinta yang tidak mampu di tampik kehadirannya. Sangat manis, sanis rasa coklat.

*****

    Hembusan angin membawa Kenzo kembali kealam nyata. Dihela napas yang terasa berant tercekat di tenggorokan. Tatapannya sayu di pandangi potret Rere, gadis nan cantik, demgan senyum manis di akhir kemarau kala itu, yang berhasil ia bidik sebelum berkenalan. Si lelaki brengsek nan angkuh, tertampar dengan perasaannya sendiri yang sangat mengusik. Di dalam kegalauan merasa frustrasi, permainannya dengan banyak wanita tidak pernah membuatnya semendebarkan seperti itu sebelumnya.

   Kedua orang tua Rere tinggal di kota yang berbeda. Dia tinggal di kota tersebut untuk kuliah, di kediaman sang nenek. Sebuah rumah yang cukup besar dan asri. Dimana banyak tanaman berwana hijau tumbuh terawat di sekitar rumah, pohon rambutan tumbuh tinggi tak jauh dari pelataran. Ada lima orang pembantu yang di pekerjakan di rumah tersebut termasuk seorang supir.

   Sore pada akkhir musim kemarau yang indah, derasnya hujan datang menyambut pergantian musim. Bau tanah yang khas mulai naik tercium mengusik hingga kerongkongan. Rere masih terduduk di emperan toko dekat kampusnya berharap hujan segera mereda. Balutan kaos lengan tiga seperempat dan celana jeans tubuhnya terlihat begitu ramping. Rere tengah asik memainkan tetesan air hujan yang berjatuhan dari atap toko tersebut.

   "Kamu sedanga apa Re?" Suara maskulin pria tak asing mengagetkan. Badan ramping Rere sedikit melonjak saking terkejut.

   "Abang Kenzo," sapa Rere menoleh ke arah pria tersebut. "Saya sedang menunggu angkutan umum," Rere tersenyum menjelaskan.

    "Memangnya tidak dijemput sama supir kamu Re?" tanya Kenzo.

    "Pak sopir sedang mengantar nenek Rere cek up ke rumah sakit, Bang," jawab Rere tertunduk malu.

    "Abang anterin kamu saja ya," tawar Kenzo tapa basa-basi. "Ayo dong, jangan menolak, abang sudah bersusah payah turun dari mobil. Menghampiri karena lihat kamu sendirian di sini seperti orang hilang," cerocos Kenzo.

    "Iya bang," kata Rere memotong pembicaraan Kenzo. Ia menundukkan kepala, menyembunyikan wajah merah merona seperti apel.

    "Ya ampun manisnya," pikir Kenzo dalam hati tersenyum, ingin rasanya mencubit pipi mungil itu.

    Kenzo membimbing Rere menaiki mobil di samping pengemudi. Dengan peasaan senang tidak terkira pemuda tersebut melajukan mobil meninggalkan tempat tadi. "Sepertinya ada yang salah dengan jantungku, kenapa berdetak tak beraturan dan cepat seperti ini. Perasaan aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Nanti malam aku harus memanggil dokter ke rumah," pikir Kenzo, dihela napas panjang dan berat. Keduanya terdiam membisu, sibuk pada pikiran masing-masing.

    "Abang baru pulang dari kantor?" Rere berucap memecah keheningan, sembari memandang Kenzo yang masih menggenakan set jas kantor. Nampak gagah.

   "Iya," jawab Kenzo dengan senyum mengembang. "Re, sepertinya hujan semakin deras. Rumah abang di dekat sini, mampir ke rumah dulu saja ya, gimana?" lanjutnya. Rere terlihat berpikir keras. "Kenapa, kok diam? Sampai hujannya reda saja kok, setelah itu abang antarkan kamu pulang," terangnya meyakinkan.

   "Jalan juga mulai licin ya Bang. Ok, deh, ngak apa-apa tapi, janji ya Bang. Nanti antar Rere pulang ke rumah," pinta gadis manis tersebut.

   "Iya Re." Kenzo membelokkan mobilnya, masuk sebuah gang perumahan kawasan elite.

    Tak berapa lama mobil yang mereka naiki masuk ke dalam sebuah pelataran rumah mewah, melewati pintu gerbang dari besi yang cukup tinggi. Rumah bak istana terpampang jelas ketika mereka keluar dari mobil. Keduanya berlarian masuk ke dalam, sejauh mata memandang disuguhi ruang tamu luas. Di mana lukisan mahal terpampang seolah mengucapkan sugeng rawoh (jawa : selamat datang), banyak sekali vas-vas bunga dan benda-benda antik berjajar menyilaukan mata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nazwatalita
Makin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Spesial Part 3 -Tamat-

    Elizabeth, Larisa beserta sang suami juga Delon baru selesai sarapan. Mereka keluar restoran menatap ke arah lautan lepas sembari membicarakan hal-hal yang hendak dilakukan untuk menghabiskan siang ini. Masih ada waktu dua hari berlibur ke tempat tersebut. Senyum sumringah Larisa dan Aarav membuat iri bagi para jomlo yang lihat. Termasuk Elizabeth dan Delon, pemuda tidak sengaja yang masuk sarang macan dengan menyatakan cinta pada Caroline Zeroun. "Kalian mau ikut kami ke pulau itu?" tanya Aarav menunjukkan sebuah pulau tidak jauh dari tempat mereka. "Kami tidak mau jadi obat nyamuk," keluh Elizabeth. Aarav terkekeh, "Baiklah, kalau begitu aku akan membawa istriku sekarang, selamat bersenang-senang kalian." Tanpa kasihan Aarav mengatakan. Lelaki itu mengangkat tubuh sang istri menggendong ala bridal. Delon dan Elizabeth menggeleng, terlihat menggelikan perbuatan monster kutub utara yang sok manis. Walau sebenarnya dia sedang berusaha manis demi sang istri, nampakn

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Sepesial Part 2

    "Rafael Kenzo!" teriak Maya hilang kesabaran. "Kau, apa yang kau lakukan. Ini tidak seperti yang kita sepakati, brengsek!" pekik Maya. "Bergantilah pakaian, orang tuaku akan kemari beberapa saat lagi." Pemuda itu mengabaikan umpatan Maya. Wanita tersebut frustrasi sendiri dibuatnya. Yeah, pemuda yang bersama Maya adalah Rafael, rasa cinta pada Larisa mungkin tidak mampu dia paksa, perbedaan keyakinan menjadi jurang pemisah sebelum rasa tersebut diungkapkan, miris memang, namun apa daya. Dalam suatu kesempatan Rafael mendapati Maya berada di antara Larisa dan Aarav, jika mengikuti ego, ingin sekali membiarkan. Namun, pemuda tersebut tidak akan pernah sanggup untuk melihat Larisa menderita. Rafael dan Kenzo sama-sama pernah terluka dengan perasaan cinta berbeda keyakinan. Satu hal pasti, ketika Kenzo mendapati putranya, berhubungan dengan wanita. Sang ayah tidak langsung menghakimi, dia lebih memilih untuk melihat apa yang sebenarnya. Saran dari Kenzo hanya satu, d

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Sepesial Part 1

    Larisa dan yang lain menoleh ke arah suara, gadis cantik mengenakan dress putih tanpa lengan setinggi lutut. Rambut panjang blonde tergerai, di mana topi pantai menghias kepala. Senyum merekah mendebarkan jantung kaum adam yang melihat, tubuh mungil berkulit seputih susu membuat dunia Delon serasa terhenti. Bak disuguhkan bidadari cantik turun dari langit. "Hai, Cariline," sapa Larisa. Yah, gadis itu Caroline Zeroun, putri tunggal Axelle Zeroun dari kota B. "Boleh aku bergabung, Kak?" tanyanya. "Boleh sekali, silakan cantik," ujar Elizabeth sumringah. "Perkenalkan dia Caroline," kata Larisa. "Aku Elizabeth," ujarnya. Derit kursi berbunyi, Caroline duduk di kursi dekat Delon. Pemuda itu masih melongo, Elizabeth yang melihat menutup mulut sahabatnya. "Lap tuh iler yang hampir menetas!" kelakar Elizabeth. "Hai, bidadari cantik aku Delon," kata pemuda itu berganti mengulurkan tangan. Caroline menyambut dengan bahagia. "Sepertinya aku j

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Season 3 Selesai...

    Setelah melewati beberapa pencarian atas bantuan anak buah sang papa. Elizabeth berhasil menemukan kamar hotel yang ditempati Larisa sahabatnya. Dia sedang berjalan dengan terus mengomel lantaran Larisa tidak dapat dihubungi. Ponsel mati, padahal keduanya berjanji akan sarapan bersama. Delon menatap punggung sahabatnya itu, dia paham benar Elizabeth khawatir. Sampai di kamar yang dituju gadis itu berhenti. "Akhirnya sampai juga, Larisa kamu kenapa belum turun sarapan?" omel Elizabeth membuka pintu kamar. Mata gadis itu membola, dia menutup mulut dengan kedua tangan, Delon mengernyitkan kening lalu ikut melongok ke dalam. Dia pun sama ikut terkejut. Melihat bagian dalam berantakan, Elizabeth juga Delon melangkah ke dalam. Dia mendapati ranjang bak kapal pecah, pakaian serta dalaman berserakan di lantai. Keduanya saling menatap meringis, merasa salah datang ke tempat itu. Samar terdegar erangan bersahutan dari sebuah ruang yang tertutup, keduanya menduga itu kamar mandi. E

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   240. Lautan Asmara

    Tangan Larisa bergerak nakal meraba pundak Aarav, wanita itu berjalan memutar untuk berdiri di hadapan sang suami. Mempertontonkan tubuh telanjangnya. Aarav menatap tajam bak serigala yang melihat mangsa. Wajah gadis itu memanas, tangannya mengepal menahan gemetar. Kedua tangan Larisa meraba bagian kemeja, mencoba meloloskan kancing yang masih melekat. Aarav memperhatikan dengan badan panas dingin, kemeja itu terlepas berkat tarikan sang istri, mempertontonkan bagian dada maskulin. “Aku siap, mari lakukan. Jangan menahan lagi,” bisik Larisa mencengkeram bagian junior Aarav. Aarav melambung tinggi, seperti naik rollercoaster, sungguh perasaan luar biasa tidak terkira. Tanpa menunggu waktu lebih lama, Aarav mengangkat tubuh Larisa, merebahkan di ranjang. Memulai kembali belaian lidah dan juga bibir di area sensitif Larisa. Gadis itu berteriak, setumpuk rasa dengan jantung terpompa lebih cepat. Menantikan hal yang lebih menakjubkan dari pemanasan itu. “Aku, akan melakuka

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   239. Menghadiri Pesta Axelle Zeroun

    Mata Larisa berbinar melihat pemandangan di bawah laut pada sore hari. Saat ini mereka tengah berada di sebuah kapal pesiar. Langkah kakinya nampak lincah dengan sepatu cats yang dikenakan. Dress warna putih setinggi lutut menari dengan indah seirama langkah. Aarav membiarkan gadis muda itu di hadapannya. Kemudian mantik pelan saat sang istri hampir menabrak seorang anak muda. "Kau tidak apa?" tanya pemuda tampan rupawan pada Larisa. Gadis tersebut tersenyum, "Aku baik," jawabnya. Pemuda tersebut mengerutkan kening lalu tersenyum. "Kau, Kak Larisa?" tanya pemuda itu. "Iya, bagaimana kau bisa mengenalku?" tanya Larisa. 'Astaga, siapa lalat pengganggu ini?' cebiknya. "Astaga, aku juniormu di kampus Kak, senang sekali bisa berjumpa dengan Kakak Cantik," kata pemuda itu lagi. Larisa mencoba berpikir keras, dia seperti mengingat sesuatu. "Hei, Ren, apa yang kau lakukan disini? Pasti mengganggu gadis-gadis?" Seorang gadis cantik dat

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   238. Penangkaran Buaya?

    Maya merasa tidak ingin masuk ke dalam apartemen tersebut. Namun, tidak ada pilihan pemuda yang mengekang pasti mencari di manapun dia berada. Tidak ada tempat untuk dia kabur sama sekali. Kabur pun hendak ke mana, tiada tempat bagi dirinya. Wanita itu menghela napas berat lalu berjalan masuk, ruangan gelap, hanya seberkas cahaya sorot lampu yang masuk dari luar. Maya meraba dinding lalu menekan tombol saklar. Dia menundukkan kepala kemudian melangkah ke dalam. "Kau malam sekali pulang." Suara bariton lelaki terdengar. Maya tidak terkejut, sudah menduga pemuda itu akan datang. "Aku ikut bos ke luar kota," jawabanya sembari melepas sepatu. Maya mendongakkan kepala, baru dia melihat wajah lelaki tersebut. Dia mengulas senyum, berjalan gemulai ke arah sofa lalu duduk di pangkuan sang pemuda. "Kau cemburu?" tanya Maya. Pemuda itu menatap sarkas, "Jangan bercanda," sanggahnya. "Jangan khawatir, pak tua itu mampu menjaga diri dengan baik, kau t

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   237. Firasat Seorang Istri

    Malam hari di kediaman Aarav. Larisa duduk di ruang tamu dengan perasaan gundah gulana, berulang kali bangkit dari sofa lalu kembali duduk, terkadang mondar-mandir mirip setrika. Apa yang dikatakan Elizabeth tadi siang begitu mengganggu, membuat berpikir keras. Bagaimana jika sang suami memang berselingkuh, sekretaris pribadinya bertubuh sintal, nan sexy, dada menggelembung, cantik nan elegan, ah wanita itu sesuai tipe ideal Aarav. Larisa melirik ke bawah, tubuhnya kerempeng, dada kecil. Sepersekian detik gadis itu membandingkan tubuh dia dan sekertaris, membuat kepala berdenyut nyeri. Dia menguatkan diri mengatakan tidak mencintai sang suami. Namun, berbanding terbalik dengan hati yang tidak karuan, cemas. “Mengapa aku jadi kepikiran, membandingkan hal tidka penting” keluh Larisa. Dia menyibakkan rambut panjang ke belakang. Kembali bangkit dari kursi untuk kesekian kali, kakinya melangkah ke arah jendela, menyibak tirai warna coklat bermotif bunga-bunga besar, mempe

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   236. Godaan Teman Masa Kecil

    Sore hari sekitar pukul empat, usai menempuh perjalanan kurang lebih satu jam Aarav sampai di kota B. mobil yang membawanya berhenti di parkiran sebuah hotel. Lelaki tersebut keluar dari mobil saat sang sopir membukakan pintu, dia duduk di bagian belakang, sedangkan Maya ada di depan bersama sopir. “Maaf Pak, pertemuan akan dilakukan pukul tujuh malam, boleh saya pergi sebentar. Saya janji akan kembali kesini sebelum pukul tujuh,” kata Maya mencegah Aarav melangkah. Tubuh maskulin itu berbalik, “Kau mau mengunjungi ibumu?” tanya Aarav mengingat permintaan Maya tadi. Maya tersenyum seraya menjawab, “Iya, Pak.” “Istirahat sebentar, aku juga mau mandi dahulu. Akan aku antar nanti,” kata Aarav yang langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban Maya. Wanita tersebut mengurungkan niat, dia kembali mengatupkan bibir yang sempat terbuka hendak mengucap. Yah, apa yang dilakukan Aarav, jika sudah berkehendak, tidak ada yang bisa menolak. Maya mengekor A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status