Pria itu menyeret Caroline menuju mobilnya, Caroline mati matian melawan namun tenaga lelaki memang lebih unggul.
Carolin diseret dan di dorong masuk mobil, meski tau kalah tenaga Caroline tetap melawan. Dia tak mau hanya pasrah menanti takdirnya. Karena Caroline terus melakukan perlawanan, Brian gusar di tamparnya Caroline sampai menabrak kaca mobil. Brian menarik Caroline yang terduduk kesakitan memegang pipinya. Kedua tangan Caroline di cengkeram kuat dan menguncinya di kap mobil tubuhnya merapat ketubuh Carolin yang terjebak diantara kap mobil. Caroline langsung mual, saat wajah Brian mendekat mulai mengendus lehernya. "Wah kamu wangi sekali, aku tak sabar ingin melihatmu telanjang dan menidurimu sampai kamu berteriak minta ampun. Hahahaha." Caroline tak pernah membenci sebesar rasa benci pada lelaki mesum ini. Tangan Kiri Brian yang bebas mulai menggerayangi tubuh bagian atas, meremas payudara caroline dAku mencoba menelpon nomor Caroline, sesaat terdengar suara lembut Caroline. "Miss Caroline, aku Jason." "Dapat dari mana nomorku?" Tanya Caroline suaranya tak selembut tadi. Namun membuatku kecanduan ingin terus mendengar suaranya. Disebrang telpon, Caroline masih mengomel jengkel. "Miss, aku merindukanmu." Caroline melanjutkan omelannya, suara terdengar sangat menggoda. Bayangan Caroline terus mengusikku, wanita itu benar - benar membuatku jatuh cinta secara instan. Aku tak sabar ingin bertemu dengannya. Kampus berubah menjadi membosankan tanpa Caroline. Aku memutuskan untuk pulang dan membolos kelas Algoritma. Besoknya tak kutemukan Caroline, kata mahasiswanya Caroline mengambil cuti. Aku mencoba menelpon Caroline, tapi tidak tersambung. Aaah sial sekali, dengan malas aku kembali ke kelasku. "Jason, dari mana? sini aku sudah menyiapkan tempat dudukmu." Martha Jones menepuk bangku di s
Pov Jason Pertemuan pertama yang tak sengaja membuatku terus memikirkan Caroline. Di suasana gelap, dengan cahaya layar televisi sebagai latarnya. Aku melihat Caroline nyaris telanjang. Rambut acak - acakan, payudaranya padat menantang yang tak tertutup apa pun dan kaki rampingnya menjuntai di atas sofa adalah pemandangan paling indah yang pernah aku lihat. Wajah mungil dan mata sayu Caroline malam itu benar - benar membekas di ingatanku. Dimana saja mataku memandang wajah mungilnya selalu muncul, membayang dan terus menggodaku. Apa lagi saat mengingat tubuh sexinya, aku langsung menelan ludah, menahan gejolak hasrat yang tak pernah ku rasa sebelumnya. Dari SMP aku sudah berpacaran, banyak cewek yang singgah namun aku tak pernah lebih dari sekedar peluk cium, dan tak ada yang betul - betul membuatku jatuh cinta. Namun Caroline berbeda, wanita dewasa yang membua
Pria itu menyeret Caroline menuju mobilnya, Caroline mati matian melawan namun tenaga lelaki memang lebih unggul. Carolin diseret dan di dorong masuk mobil, meski tau kalah tenaga Caroline tetap melawan. Dia tak mau hanya pasrah menanti takdirnya. Karena Caroline terus melakukan perlawanan, Brian gusar di tamparnya Caroline sampai menabrak kaca mobil. Brian menarik Caroline yang terduduk kesakitan memegang pipinya. Kedua tangan Caroline di cengkeram kuat dan menguncinya di kap mobil tubuhnya merapat ketubuh Carolin yang terjebak diantara kap mobil. Caroline langsung mual, saat wajah Brian mendekat mulai mengendus lehernya. "Wah kamu wangi sekali, aku tak sabar ingin melihatmu telanjang dan menidurimu sampai kamu berteriak minta ampun. Hahahaha." Caroline tak pernah membenci sebesar rasa benci pada lelaki mesum ini. Tangan Kiri Brian yang bebas mulai menggerayangi tubuh bagian atas, meremas payudara caroline d
"Ya aku di bar." Jawab Caroline"Tunggu aku." Suara panggilan telpon terputus. Lelaki tadi duduk di samping Caroline."Boleh aku temani?" Pria itu menatap Caroline.Caroline hanya mengangkat bahu ringan.Tak sampai 10 menit, Jason muncul dari arah pintu. Tatapannya langsung jatuh ke arah Caroline."Line? sudah lama menunggu?" Jason mendekat, tangannya lansung melingkari pundak Cariline, seolah mengklaim bahwa Caroline miliknya.Melihat itu, pria asing tadi langsung berdiri dan pergi tanpa kata - kata."Aku sudah bilang, kalau ingin ke sini panggil aku. Aku akan menemanimu.""Tak perlu, aku bisa sendiri.""Apa kamu berniat menggoda laki - laki lain?""Ah sudahlah malas bicara sama kamu." Caroline meneguk minumanya, tangannya menusuk - nusuk buritto tanpa berusaha memakannya.Jason duduk di kursi sebelah Caroline, dia diam menatap Caroline beberapa saat sampai Mark menwarkan minuman.
"Kamu tidak pergi?" Caroline terburu menyambar handuk yang tersampir di lengan sofa. "Aku menunggumu bangun." Caroline berjalan kedapur, menuangkan sebungkus sup kedalam mangkok dan perlahan menyuapkan sesendok kuah sup. "Enak?" tanya Jason berjalan mendekat. "Lumayan, terima kasih." "Miss suka ke bar? sendirian?" "Sekedar mencari hiburan." "Kesepian? Lain kali panggil saja aku, kita pergi bersama." "Baik." Jawab Caroline singkat, membuat alis Jason terangkat heran. "Kok langsung setuju?" "Dari pada kamu banyak omong." Sepertinya nafsu makan Caroline membaik, semangkuk sup sudah habis dilahapnya. "Miss mau kembali tidur?" "Ya, mumpung libur. Kenapa? kamu mau temani aku tidur?" Jason melongo tak percaya. "Hahahahaha, aku hanya bercanda." Caroline terbahak, candaannya sukses membuat Jason tergagap. "Aku mau kok temani." "Sudah kamu pergi sana, aku mau lanjut tidur." Caroline kembali ketempat tidur, menarik selimut lalu mencoba untuk tertidur. Entah be
Jason menatap Caroline, tatapannya seolah mengatakan. 'Mundur' tanpa membantah Caroline beringsut, melangkah mundur di belakang tubung Jason. Brian, lelaki kasar itu bertubuh jangkung. Namun masih lebih tinggi tubuh Jason. "Jangan ikut campur!" Bentak Brian. "Ikut campur? urusannya adalah urusanku." Jason menghindar saat Brian melayangkan pukulan. Tak lama datang 2 orang security, yang langsung menyeret Brian. "Kamu tidak apa - apa?" Jason berbalik menatap Caroline yang sudah mulai sempoyongan. Caroline menggeleng, lalu terhuyung hampir ambruk kalau saja Jason tidak menahan tubuhnya. "Aku akan mengantarmu pulang. Berikan kunci mobilmu!" tanpa berpikir Caroline merogoh saku lalu menyerahkan kunci mobil. "Mark, masukkan ke tagihanku ya." Jason memberi Mark kode. Seolah mengangkat boneka, Jason membopong tubuh Caroline menuju tempat parkir. "Gaes, aku antar Miss Caroline pulang dulu. Lanjutkan saja tanpa aku." Pamit Jason pada teman - temannya. Caroline duduk di kursi