Caroline seorang wanita muda dengan hasrat seks luar biasa, menikahi Edgar lelaki karismatik yang sudah di pacarinya selama 3 tahun. Namun kehidupan pernikahan Caroline terasa hambar, Edgar memang lelaki gagah karismatik yang cukup kaya dan bisa memberikan semua hal yang dibutuhkan Caroline. Rumah, mobil, perhiasan apa saja, namun Edgar tak mampu mengimbangi hasrat seks Caroline. Hingga suatu malam, Caroline tak sengaja bertemu pemuda tampan yang mengubah jalan hidupnya dan memporakporandakan dunianya.
View MoreAlan menghentikan mobilnya tepat di depan pintu pagar, dia mencoba membuka pitu pagar ternyata tidak terkunci. "Bill ayo masuk." "Aku, aku menunggu di mobil saja." William menggeleng tetap duduk di dalam mobil tanpa bergerak. "Mau turun sendiri apa aku seret?" "Baik, baik aku turun." Ucapnya cemberut. Alan dan William berjalan lambat di halaman rumah Caroline setelah menutup pintu pagar. Caroline sangat ceroboh sudah tau tinggal sendirian tapi tidak mengunci pagar. Bahaya sekali. Beberapa kali Alan memencet bel namun tak ada tanda - tanda Caroline bangun untuk membukakan pintu. Tentu saja ini hampir jam 3 pagi, siapa yang masih terjaga jam segini. Alan menekan sandi di pintu, sebelumnya Edgar sudah memberi tahunya kode pintu rumah jika sewaktu - waktu terjadi apa - apa pada Edgar maupun Caroline. Saat pintu ruang tamu terbuka, ruangan itu gelap. Hanya cahaya dari bawah pintu kamar yang memudahkan Alan untuk mengetahui dimana kamar Caroline. "Lan, kamu saja yang ketu
Jam 1 dini hari, suara bip panjang dari monitor EKG terdengar nyaring di suasana rumah sakit yang hening. Suara bip panjang itu serasa memilukan. Membuat William dan Alan terbangun seketika. William terduduk kaget, mengerjap - ngerjap matanya menyesuaikan dengan cahaya kamar yang temaram. Alan sudah terlatih menghadapi masalah genting langsung berdiri bangun dan berlari menghampiri ranjang Edgar. "Pak Edgar, Paaak..." Alan tercekat. Garis lurus di monitor menjelaskan semuanya. "Alaan, Alaaan Pak Edgar.. huuuu huuu." William mulai menangis seperti anak kecil. "Bill, tenang jangan menangis. Cepat panggil dokter!." Alan seorang pengacara handal mampu mengendalikan emosinya, berusaha tenang. Willian langsung berlari tergopoh dengan air mata berlinangan di pipi. Tak lama Wlliam kembali dengan para petugas medis yang masih awut - awutan penampilannya. Dokter menyiapkan Defibrillator, mereka berusaha memacu jantung Edgar. Dengan perjuangan yang tak mudah selama 2 jam dokter da
Aku menguatkan diri, melawan rasa sakitnya, perlahan penglihatanku kembali. Ku meraih handphone ku di atas nakas, di sampingku Caroline terlelap tanpa tau apa yang tengah terjadi. Saat Handphone sudah di tangan, aku menekan angka 2. Saat itu aku sudah tak ingat lagi. Aku merasakan tubuhku di angkat dan di masukkan ke dalam ambulance yang familiar. Aku terbangun dengan selang oksigen dan infus di lenganku. Ternyata aku masih hidup. "Dokter!" Aku memanggil dokter yang sedang mengecek monitor di sebelahku. Dokter mendekat ke arah ku. "Apa kondisiku memburuk?" "Tentu saja memburuk, pak Edgar terlalu lelah. Jadi harus menjalani perawatan selama seminggu jika ingin kembali pulang." "Baik dok, aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersama istri." [Maaf sayang, aku harus berangkat lagi.] Aku mengirim text untuk Caroline saat dokter keluar dari kamarku. [Kamu itu seperti pangeran kodok, ketika aku terlelap tiba - tiba hilang] Balas Caroline 2 detik kemudian. [Maaf 😢] [iya
"Sayaaaang, lakukaan pleaseee." Mohon Caroline. Aku memasukkan jari ku, di dalam sana jari - jariku seolah di remas. Aku makin mempercepat kocokan jari ku, membuat mulut Caroline mendesaah terus - menerus. Kakinya makin melebar, tubuhnya melengkung indah. "Sayaang, lakukan sekarang masuk kedalamku. Berikan aku sekarang sayaaaang." Racau Caroline, suaranya mulai serak. Aku membalikkan tubuhnya sampai tengkurap. Kembali ku lebarkan kakinya, lalu aku memasukkan mainan yang baru ku beli. Mainan yang akan memuaskan hasrat Caroline. Ku genggam benda kenyal itu, perlahan q dorong memasuki Miss V Caroline. Diameternya yang lumayan besar menyentak Caroline, matanya terbelalak tak percaya. Pelan namun pasti, ku keluar masukkan benda itu membuat Caroline mendesah tak karuan. "Aaah ah ah aaah aah, enak sayang enak banget ayoo terus jangan berhenti." Sekitar 10 menit ku keluar masukkan benda itu dari Miss V Caroline, sampai akhirnya tubuhnya mengejang sejenak dan teriakan puas terdengar.
pagi ini cerah, langit tampak biru. Aku memandangi taman rumah sakit dari jendela kamarku. Di luar sana bunga - bunga bermekaran indah."Pak Ed, waktunya minum obat." Perawat maya masuk seperti biasa dengan troli penuh obat. Aku mengangguk dan menerima obatnya. "Bagaimana kah hasil tesnya? Apa aku boleh pulang?" Tanyaku setelah menelan obat. "Boleh pak, kata dokter asal anda bisa mengontrol diri. Anda di perbolehkan pulang." "Syukurlah." Aku sangat bersemangat ingin rasanya melompat lompat tapi barusan di ingat kan untuk mengontrol diri, jadi aku hanya bisa tersenyum lebar. Setelah perawat meninggalkan kamarku, aku bergegas merapikan pakaian lalu memesan taksi untuk pulang. Jam segini Caroline pasti berada di kampusnya.Sebelum pulang ke rumah, aku berbelanja buah dan sayur serta beberapa ikan dan daging. Aku ingin menyiapkan makan siang buat Caroline.Sesampai di rumah aku langsung menata belanjaanku di rak dan lemari, serta menyusun sayur dan buah di kulkas.Siang ini aku akan
"Trima kasih Lan." Aku menepuk bahu alan yang mulai terguncang karena menagan tangisan. "Kalau tak ada pak Edgar mungkin aku masih jadi penjual asongan. Aku - aku, aku tak mungkin sampai di posisi ini tanpa bantuan pak Edgar." "Sudah jangan sedih, kalian berdua harus tetap membantuku dengan terus mengurus semua hal yang berkaitan dengan Caroline, meski aku sudah tak ada. Itu permintaan terkahir ku." "Pak Ed, ini benar - benar tak adil, orang sebaik bapak..." William mendekat lalu memelukku erat, mataku mulai merasa panas. Air mata mulai mendesak perlahan menerobos keluar. "Baiklah, sebaiknya kalian ber dua pulang ber istirahat. Ini juga waktunya aku minum obat." "Saya pamit pak semoga bapak cepat sehat dan berumur panjang." William meraih tas dan bergegas pergi. "Saya juga pamit pak Edgar, segera saya mengurus semua berkas perpindahan propertinya." Alan menyalamiku lalu berlalu dan menutup pintu. Hening. Alan anak yatim piatu yang dulu ku temuii saat menjajakan makanan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments