Share

14. Malam Panas

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-05-18 13:49:13

Happy Reading

*****

"Aaah," ucap Bagas merasakan geli ketika bibir Mutia menyentuh area lehernya. Rasanya pusat inti sang lelaki makin terbangun saat ini. "Selesaikan makannya dulu!"

Lelaki itu menyuapkan kembali makanan ke mulut wanitanya. Setelahnya memasukkan makanan ke mulutnya sendiri dengan menggunakan sendok sama seperti yang dipakai untuk menyuapi Mutia. Bagas perlu mengisi energinya sebelum kegiatannya dengan Mutia dimulai. Sejak sarapan tadi, lelaki itu belum mengisi perutnya kembali dengan makanan.

Selesai menghabiskan makanan yang ada di piringnya, Bagas membopong Mutia.

"Bi," paggil sang pemilik rumah pada pembantunya.

Perempuan paruh baya yang membantu Mutia di dapur tadi, tergopoh mendekati majikannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat adegan romantis yang belum pernah dia lihat.

"Aduh, mata Ibu ternoda, Mas," kata Bi Siti, menggoda majikannya yang sejak beberapa tahun lalu seperti antipati terhadapa wanita. Namun, anehnya nama Bagas sebagai don juan begitu me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   126. Pulang Sana

    Happy Reading*****Mutia mengikuti arah pandang si kurir. "Dih, bisanya ngaku-ngaku," ucapnya. Si ibu guru mengambil buket mawar dari tangan muridnya, lalu menyerahkannya kembali pada si kurir. "Tolong katakan sama beliau, Pak. Saya nggak butuh buket," kata Mutia.Si kurir, melongo ketika Mutia berkata demikian. "Ibu saja yang ngembalikan langsung. Saya nggak berani," ucapnya. Menyodorkan kembali buket yang dibawanya ke hadapan Mutia. Setelahnya, si kurir berbalik dan melangkah pergi dengan cepat. "Hei, Pak. Tunggu," teriak Mutia. Namun, si kurir tak lagi mendengarkan semua teriakan si ibu guru.Mutia mengembuskan napas panjang. Berbalik dan saat itu juga suara teriakan para muridnya terdengar."Cie ... cie. Bu Mut dapat buket dari ayangnya," celetuk salah satu dari muridnya yang terkenal nakal."Diam," kata Mutia sedikit keras. Semua muridnya terdiam karena baru kali ini perempuan itu bernada tinggi. Biasanya si ibu guru tidak pernah demikian walau anak didiknya lumayan bandel."

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   125. Pacar

    Happy Reading*****"Nggak usah menghujat jelek. Aku emang belum punya seseorang yang bisa menarik perhatianku. Tapi, bukan berarti aku nggak bisa jatuh cinta, ya. Aku cuma menjaga hati untuk dia yang benar-benar menjadi istri," jelas Arham."Hilih. Cepet sana panggil Ratna," perintah Bagas."Kamu itu sebenarnya mau ke mana? Kenapa gelisah banget?""Nanti, aku jelaskan selesai meeting.""Oke, aku tunggu ceritamu." Arham segera memutus panggilannya dengan si bos.Bagas tersenyum setelah memutuskan sambungannya dengan sang asisten. Walau tak lama sesudahnya sang sekretaris datang membawakan berkas materi yang akan mereka bahas di pertemuan, sang pemimpin masih saja menunjukkan senyum tersebut seperti orang kesurupan saja. "Selamat pagi, Pak. Ini berkas yang Bapak minta," kata Ratna sambil menyodorkan map warna hitam ke hadapan sang pemilik ruangan. Namun, si bos masih saja tersenyum sambil menatap ponselnya. "Pak ... Pak," panggilnya sekali lagi."Eh, iya. Bagaimana?" Bagas menatap ke

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   124. Mengejar Kata Maaf

    Happy Reading***** Mutia bersiap menutup pintu rumahnya lagi ketika melihat wajah Bagas. Namun, gerakan lelaki itu jauh lebih cepat untuk mencegah niatan si perempuan. "Sayang, Mas mau ngomong penting," ucap Bagas. Mutia menatap lelaki di depannya dengan malas. "Nggak ada yang perlu kita omongin lagi. Pergi sana," usir si ibu guru. Dia kembali akan menutup pintu, tetapi tangannya Bagas jauh lebih cepat menarik pinggang perempuan itu sehingga bibir keduanya menempel satu sama lain.Bagas malah dengan sengaja melumatnya sebentar membuat Mutia meronta-ronta dan saat itulah, si kecil Fardan memanggil keduanya."Mama sama Papa ngapain, sih? Kalau mau mesra-mesraan di dalam saja, deh. Malu kalau di luar gitu. Dilihat tetangga juga nggak enak," ucap si kecil. Mutia tak menjawab, melangkah pergi meninggalkan keduanya. Setelah jaraknya cukup jauh, perempuan itu menoleh dan berkata. "Suruh dia pergi, Sayang. Kita harus segera berangkat sekolah," suruhnya pada si kecil.Fardan menyilangkan

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   123. Aku Akan Membawamu

    Happy Reading*****Mutia benar-benar menghentikan langkahnya. Dia berbalik menatap Surya dan Bagas bergantian. Sementara Bagas, dia terpaku. Ucapan Surya membuatnya mematung. "Jadi, Papa sudah mengetahui semua ini?" tanya Bagas. Sempat tak percaya jika orang yang membelanya saat ini adalah Surya.Surya menoleh pada putra dan istri sahnya. "Maaf, jika selama ini Papa terkesan selalu membela Nazar," ucapnya.Mutia mendengkus. "Jadi, beginilah kelakuan semua keluarga Anda. Salah satu anggota keluarga melakukan tindak kriminal, tapi Anda malah melindunginya. Maaf, jika saya semakin yakin untuk membawa Fardan pergi dari sini." Perempuan yang berprofesi sebagai guru itu kembali melanjutkan langkahnya sambil menggandeng tangan si kecil yang sejak tadi sama sekali belum membuka suara."Tia, tunggu!" teriak Bagas. Akan tetapi, orang yang dia panggil makin mempercepat langkahnya."Gas, biarkan saja. Beri kesempatan pada Mutia untuk bersama Fardan dulu," nasihat Anjani yang ikut mengejar langk

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   122. Pergi

    Happy Reading*****"Nggak mungkin, ini sangat nggak mungkin," ucap Mutia berkali-kali, air matanya sudah menganak sungai di pipi."Sayang, kenapa?" Bagas mengguncang kedua bahu perempuan yang sudah menguasai seluruh hatinya itu.Surya langsung merebut selembar kertas di tangan Mutia. Lalu, membaca isi yang tertera di sana. Sebagaimana reaksi si ibu guru, lelaki paruh baya itupun cukup terkejut ketika membacanya."Pa, ada apa?" tanya Anjani. Perempuan itu merebut kertas di tangan suaminya. "Lho," ucapnya tak percaya."Itulah kenyataannya," kata Fardan, "semula, aku juga berharap bahwa Mama adalah orang yang melahirkanku, tapi kenyataannya nggak sesuai harapan. Padahal dari foto ini, aku sudah berharap banyak."Si kecil menyerahkan dua lembar foto berbeda tempat, tetapi pakaian yang digunakan si bayi sama.Bagas menyambar foto yang disodorkan si kecil. Lalu, dia mencermati kedua foto tersebut. "Bukankah ini fotomu ketika Mama baru pertama kali melihatmu di rumah sakitnya Satya waktu it

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   121. Tidak Mungkin

    Happy Reading*****"Mana mungkin dia?" teriak Elvina setelah cengkeraman tangan kekasihnya terlepas dari leher.Tama menyipitkan mata, dia menatap lurus ke arah perempuan cantik dan anggun yang kini berjalan mendekati mereka semua. Dia seperti mengenal perempuan itu, tetapi tidak ingat di mana. "Sayang, apa bener yang kamu katakan itu?" tanya Bagas. Dia maju, berusaha menggenggam tangan si perempuan. Namun, perempuan itu menepisnya dengan cepat. "Benar atau nggaknya, tanyakan pada hatimu sendiri. Aku sudah mengingat semuanya." Perempuan itu menatap ke arah Surya. "Saya sudah mengingat semuanya bahkan ketika Anda mengambil anak yang telah saya lahirkan di rumah sakit saat itu. Saya telah salah menilai kebaikan kalian semua. Ternyata, kalianlah orang yang telah menghancurkan hidupku selama ini," ucapnya.Tanpa menghiraukan keberadaan Surya dan Bagas yang tertegun dengan semua ucapan perempuan itu, dia melangkahkan kaki menuju kamar Fardan. "Aku akan membawa anak itu pergi," katanya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status