Share

Bab 3

Author: Daniza
Tetapi Johan tidak bermaksud membiarkanku pergi.

Dia melangkah maju, sementara aku melangkah mundur.

Pintunya pun tertutup secara tidak sengaja, aku menoleh saat mendengar suara itu, tetapi aku malah ditekan ke arah pintu oleh Johan.

Dia mengangkat daguku dengan tangannya dan memaksaku untuk menatap matanya.

Aku pernah dengar dia pandai menarik hati wanita, ternyata itu benar.

Beberapa gerakan ini membuat pikiranku kosong.

Pada saat ini, aku benar-benar lupa dia adalah seorang murid dan aku adalah seorang guru, aku hanya bisa mendengar suara jantungku sendiri yang berdetak kencang.

“Bu Guru, aku telah membantumu, kamu tidak mengucapkan terima kasih?”

Lalu dia tersenyum, hidung kami hampir bersentuhan.

“Gimana kalau dengan mengundangku masuk untuk duduk-duduk?”

“Aku...”

Tubuhku terasa lemah dan lemas.

Bibirnya yang lembut menyentuh telingaku dan aku bergetar seakan-akan tersengat listrik.

Dia tersenyum semakin lebar, tepat saat tangannya hendak menyerangku lebih jauh, seseorang di bawah memanggil namanya.

“Hei, Johan, cepatlah turun untuk bermain basket! Kalau tidak, aku akan naik, mengikat dan membawamu turun!”

Ternyata dia hendak pergi untuk bermain basket.

Seketika dia mengerang kecewa, melepaskanku, memungut sampah dan pergi.

Segala yang baru saja terjadi terasa seperti mimpi.

Aku pun membuka pintu dan masuk ke kamar tidur.

Tubuhku yang bersandar di dinding perlahan-lahan terjatuh, mengingat kembali kegembiraan dan kegirangan detak jantungku dan pipiku yang memerah tadi...

Malam harinya, aku minum bir untuk menenangkan diri.

Sebenarnya, aku tidak bisa minum banyak, setelah minum satu gelas saja mukaku sudah jadi merah dan badanku menjadi panas.

Tepat saat aku berganti ke jubah mandi dan bersiap untuk mandi dan tidur.

Dengan suara keras “bam”, pipa air di kamar mandi pecah.

Percikan air itu mengenai diriku.

Aku begitu takut hingga aku berteriak dan berlari keluar kamar mandi.

Tepat saat aku masih dalam keadaan kaget, terdengar suara ketukan keras di pintu.

“Bu Guru, kamu baik-baik saja?”

“Aku Johan, aku tadi mendengarmu berteriak saat aku pulang.”

Aku melihat kamar mandi yang berantakan dan berpikir dia datang pada waktu yang tepat.

Aku pun buru-buru membuka pintu dan berkata dengan cemas, “Entah kenapa tadi pipa airnya tiba-tiba meledak...”

Ketika aku melihat Johan dengan jelas, aku terdiam.

Dia seharusnya baru pulang dari bermain basket.

Napasnya kuat dan tubuhnya dipenuhi lapisan keringat, pembuluh darah di lengannya yang memegang bola basket menonjol dan lengannya tampak kuat dan bertenaga.

Napas penuh hormon berhembus ke wajahku.

Dia tampak sangat mirip dengan laki-laki kasar dan berotot dalam film-film itu, dengan nafsu terpancar jelas di wajahnya.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri.

Tetapi aku menyadari tatapan Johan saat menatapku makin aneh.

Napasnya makin cepat dan tangannya terkepal erat, seakan-akan dia tengah menahan sesuatu.

Tiba-tiba hembusan angin bertiup melewati aula dan aku merasa kedinginan di sekujur tubuh.

Baru pada saat itulah aku melihat ke bawah dan menyadari aku basah kuyup.

Jubah mandi sutra melekat di tubuhku.

Dari dada, pinggang hingga paha, semua lekuk tubuh yang membanggakan terekspos.

Bahkan air yang menetes dari kepala pun menetes dari dagu hingga ke dada.

Kemudian mengalir dari puncak dada dan menetes perlahan.

Bagi seorang mahasiswa laki-laki yang muda dan energik, ini tidak diragukan lagi merupakan dampak visual yang besar.

Tanpa sadar aku menutupinya dengan tanganku.

Tapi Johan menggertakkan giginya seolah dia sudah mengambil keputusan.

Dia lalu melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya.

Terdengar suara “bam”, hanya ada kami berdua di dalam rumah.

Dia lanjut bertanya dengan suara berat di mana letak kamar tidur.

Aku tanpa terkendali menunjuk ke arah kamar tidur.

Dia menggendongku dan membawaku menuju kamar tidur.

“Tidak… Jangan!”

Detik berikutnya, aku dilempar ke tempat tidur dan jubah mandiku ditarik...

“Ah...”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Guru Cantik dan Tetangganya Murid Macho   Bab 10

    “Apa artinya?”Tanyaku dengan suara putus asa. Ternyata suamiku menyadari bahwa menjual foto-foto pornografi tidak semudah transaksi langsung. Dia menggunakan payudaraku sebagai gimik dan mulai menggunakan foto-fotoku untuk membuat janji dengan orang secara daring. Dan harganya tertera dengan jelas. Tanpa sepengetahuanku, suamiku mengirim foto telanjangku ke orang lain dan bahkan mencoba menjualku. Ini memaksa wanita baik menjadi pelacur! Tapi untungnya, ada Johan. Ternyata susu itu juga mengandung obat afrodisiak yang kuat. Suamiku melihatku meminumnya melalui kamera pengawas. Kemudian dia memberitahu orang yang telah menunggu lama di bawah untuk masuk dengan kunci yang diberikan oleh suamiku. Ketika aku kesakitan, Johan dan laki-laki itu kebetulan bertemu. Laki-laki itu mengira Johan juga seorang pelanggan dan dengan kasar memintanya untuk menunggu sebentar. Dia mengeluarkan uang lebih banyak, jadi seharusnya dia yang menggunakanku terlebih dahulu. Johan menjatuhkannya k

  • Guru Cantik dan Tetangganya Murid Macho   Bab 9

    “Halo, apakah kamu Nona Liana Purnasari?”Aku mengangguk dengan bingung. Tetapi apa yang dikatakan polisi selanjutnya membuatku merasa seperti jatuh ke dalam gudang es. “Suamimu ditangkap dan dipenjara karena diduga menyebarkan video pornografi dan kami ingin mengetahui dari sisi ceritamu sebagai korban.”Menyebarkan video pornografi?Aku seorang korban? Rasa dingin menjalar ke seluruh tubuhku dan aku begitu terkejut hingga aku membuka mulutku lama sekali, tetapi tidak dapat mengatakan sepatah kata pun...Pada saat inilah aku tersadar bahwa suamiku ternyata adalah seorang tersangka buronan yang sedang dikejar oleh kota tetangga. Ternyata dia sudah kecanduan berjudi sebelum menikah. Tetapi dia selalu berperilaku baik di hadapanku dan orang tuaku, menyembunyikannya dengan sempurna sehingga kami tidak tahu bahwa dia seorang penjudi. Tidak disangka, setelah menikah dia malah makin ketagihan berjudi. Memasang taruhan lotre di ponsel setiap hari. Lambat laun dia mulai menjadi gila da

  • Guru Cantik dan Tetangganya Murid Macho   Bab 8

    Aku menutup mulutku dan melangkah mundur karena terkejut. Melihat reaksiku, Johan langsung duduk tegak.“Kamu benar-benar tidak tahu?” Ketakutan yang amat besar membuat tubuhku bergemetar, lalu aku menangis dan menggelengkan kepala. Ini mengerikan. Bisa-bisanya aku tidak tahu bahwa ada begitu banyak kamera di rumah yang aku tinggali. Seolah-olah ada puluhan pasang mata yang menatapku. Karena bukan aku sendiri yang memasang kamera ini, jadi pastilah suamiku yang memasangnya. Tetapi mengapa dia memasang begitu banyak kamera di rumah dan tidak memberi tahuku? “Jangan panik, aku akan menelepon polisi sekarang.”“Meskipun suami istri, dia tidak boleh memasang begitu banyak kamera tanpa sepengetahuan orang lain, terlebih lagi dia juga tidak sering berada di rumah...”Dalam kepanikan, tiba-tiba aku merasakan jantungku berdetak lebih cepat. Aku mulai berkeringat di sekujur tubuh dan merasa lemah. Lalu aku menatap Johan dengan emosional dan menjatuhkannya ke lantai. “Apa yang sedang

  • Guru Cantik dan Tetangganya Murid Macho   Bab 7

    Beberapa hari ini aku merasa lesu saat mengajar. Keberadaan suamiku kini menjadi misteri dan aku harus mencari tahu apa saja yang telah dilakukannya dalam enam bulan terakhir. Jika memang benar ada perselingkuhan, aku masih perlu mengumpulkan bukti-bukti. Tetapi apakah benar-benar harus bercerai? Aku seorang wanita yang relatif tradisional dan tidak pernah memikirkan tentang perceraian sebelumnya. Terlebih lagi, baru menikah selama setahun. Teringat bagaimana orang tuaku dengan senang hati menikahkanku. Sekarang, aku harus bercerai. Mereka pasti merasa patah hati. Pikiranku jadi kacau, untung saja beberapa hari ini murid-murid sedang ujian. Jika tidak, akan sulit bagiku untuk mengajar dalam kondisiku saat ini. Aku tidak tahu kalau setiap gerak-gerikku diperhatikan oleh Johan. Setelah pulang kerja, aku ada di lantai bawah komplek rumah untuk waktu yang lama. Akhirnya, aku menghubungi pengacara.“Halo, aku ingin berkonsultasi tentang perceraian...”“Suamiku kemungkinan berse

  • Guru Cantik dan Tetangganya Murid Macho   Bab 6

    Suamiku jelas tidak pernah melihatku marah. Dia terdiam beberapa detik. Dia tidak membalas omelanku dan tidak pula memberiku jawaban. Sebaliknya, dia terus mengemasi kopernya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku merasakan ketidakberdayaan yang amat dalam, seberapa keras pun usahaku rasanya sia-sia. Pernikahan seperti ini terus menerus menguras energiku. “Katakan sesuatu!”“Sekarang kamu bahkan tidak bersedia mengatakan sepatah kata pun padaku?”Jika memang begitu, mengapa dia langsung setuju saat aku mengajaknya menikah? Suamiku tetap masih mengemasi barang-barangnya. Dia berkata dengan acuh tak acuh, “Aku akan memberitahumu setelah menyelesaikannya.”Kalimat ini lagi. Selalu menggunakan kalimat ini untuk menghentikanku. Aku tidak percaya begitu sibuknya pekerjaannya. Dapat membuatnya mengabaikan keluarga dan istrinya! Aku merebut kopernya. “Apakah kamu mencari wanita lain di belakangku? Kalau tidak, mengapa kamu tidak pernah menyentuhku?”Kekuatan yang sangat besar meny

  • Guru Cantik dan Tetangganya Murid Macho   Bab 5

    Johan menyudutkanku. Aku bernapas dengan berat karena gugup. Dan payudara yang besar dan montok itu tentu saja juga bergetar dan bergoyang. Johan menarik napas dalam-dalam. Dia memelukku dengan erat. Aku menolak dengan suara pelan. “Jangan...”Kalimat aku adalah guru dan kamu adalah murid tertahan di tenggorokan dan tidak mampu kuucapkan. Johan tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia mencondongkan tubuhnya dan berbisik di telingaku. “Sebenarnya, aku tidak tidur hari ini.”Kalimat ini membuatku tercengang. Jadi dia tahu semua kesalahan kecil yang disebabkan ketidakfokusanku?! Tiba-tiba aku merasa malu seolah ditelanjangi dan dipandangi oleh seseorang. Aku menggigit bibir bawahku, tidak tahu harus berkata apa. Tetapi Johan melepaskanku pada detik berikutnya. Aku langsung mendorongnya dan lari. Johan mengangkat tangannya dan mencium tangan yang baru saja menyentuh tanganku. Aroma melati yang samar-samar membuat senyumnya semakin lebar. Saat aku tiba di rumah dan menutup pin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status