Share

Chapter 03

Penulis: Gywnee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-27 12:11:16

Keesokan harinya.

Vyan dan Vina sedang sarapan bersama, dan Keara masih sibuk membereskan dapurnya.

"Mama, ayo sarapan dulu!" Ajak Vina.

"Iya, mama nanti makan kok." Jawab Keara, Keara menoleh ke Vyan, dia tersenyum karena dia ingat semalam kalau Vyan yang memberikan selimut untuknya dan mencium tangannya. Dia teringat kejadian dulu yang dia lakukan dengan pria yang dicintainya itu. Tapi dia pura-pura tidak tahu karena dia yakin jika dia membahas ini putranya itu akan malu.

Setelah selesai sarapan mereka berdua siap-siap ke sekolah.

"Mama kita duluan ya," Pamit Vina sambil tersenyum, lalu dia memeluk Keara dan mencium mamanya.

"Iya sayang, kalian hati-hati ya." Jawab Keara sambil mengusap kepala mereka.

"Bye ma," Ucap Vyan sambil memeluk dan mencium mamanya, Keara menganggukkan dengan tersenyum.

Sekolah.

Vyan dan Vina berjalan bersama ke kelas.

"Pagi paman Wawan...." Sapa Vyan ke satpam itu.

"Pagi Vyan..." Jawab satpam itu dengan ramah.

"Heh Vyan kapan-kapan tanding voli lagi ya," Ucap kakak kelas cowok itu.

"Siap kak, nanti kalau luang aku kabarin ya." Jawab Vyan sambil tersenyum.

Lalu ada kakak kelas cewek yang lewat, "Vyan kemarin udah bantuin ngerjain PR makasih banget loh, untung saja kemarin aku datang latihan taewondo kalau tidak mungkin aku sudah kena hukum nanti." Ucap kakak kelas itu.

"Tenang saja kak, aku bisa bantuin lagi kok kalau memang kakak ingin." Jawab Vyan sambil tersenyum.

"Best kamu," Jawab kakak kelas itu sambil mengacungkan kedua jempolnya lalu dia pergi.

Vina menghela nafas, "Semua orang di dunia ini kau kenali kah," Tanyanya dengan heran.

"Daripada kau cuma Falen mulu," Jawab Vyan dengan kesal.

Vina memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Hai Vina," Sapa cowok kelas sebelah, dia adalah Tio. Mereka berdua berhenti berjalan untuk membalas sapaan Tio, tapi Vina hanya diam dan tidak merespon apapun. Vyan menyenggol bahu Vina agar Vina membalas sapaan Tio.

"Iya." Jawab Vina dengan senyuman singkatnya itu. Vyan menggelengkan kepalanya dengan heran melihat sifat dingin saudara kembarnya itu.

Tio tersenyum senang mendengar jawaban dari Vina.

"Wih tumben banget udah berangkat pagi," Ucap Vyan sambil menepuk pelan pundak Tio.

"Iya soalnya aku..." Tio menoleh ke Vina, dia mau menyapa saudara kembar temannya itu. Dan Vyan pun paham dengan ucapan Tio.

"Kalau kalian mau ngobrol aku duluan ya," Ucap Vina dengan nada datarnya, dan saat Vina mau pergi Vyan menarik tasnya hingga Vina tertarik kebelakang.

"Apa sih!" Ucap Vina dengan kesal.

"Tunggu!" Jawab Vyan dengan kesal.

"Tio, jangan lupa nanti ada latihan taekwondo kau jangan bolos lagi." Ucap Vyan.

"Tenang saja, aku datang kok nanti." Jawab Tio sambil tersenyum.

"Kalau begitu aku duluan ya, duluan ya Vina." Pamit Tio sambil tersenyum.

Vina tersenyum kecil, lalu Tio pergi meninggalkan mereka.

"Kalau di sapa itu dijawab yang ramah dong," Ucap Vyan dengan kesal.

Vina menghempaskan tangan Vyan dari tasnya dengan kesal lalu dia pergi meninggalkan Vyan. Vyan menghela nafas dengan kesal.

"Sebenarnya sifat menyebalkannya itu turun dari siapa sih," Gumam Vyan dengan kesal.

Dan saat Vyan masuk ke dalam kelas, dia menghela nafas melihat keadaan kelas gaduh hanya karena tugas. Vyan duduk di bangkunya dengan tenang.

"Gila apa kenapa enggak bilang sih kalau ada tugas???" Tanya Falen dengan kesal, Falen adalah teman dekat Vina.

"Aku saja dikerjain sama Vyan." Ucap Vina.

"Enak banget sih punya saudara pinter," Ucap Falen dengan kesal.

Aldo menghela nafas mendengar keberisikan mereka di pagi hari yang cerah ini, "Oey kalian ini tidak bisa diam apa?" Tanya Aldo dengan kesal.

"Heh kalau mau enggak berisik ya di hutan sana!" Omel Falen dengan kesal.

"Kenapa semua cewek selalu cerewet seperti mama," Gumam Aldo dengan heran, lalu dia lanjut membaca bukunya.

"Cepet nih nyontek," Ucap Vina sambil memberikan buku tugasnya ke Falen.

"Vina love uuuu..." Ucap Falen dengan senang.

"Ihh paan sih cepetan keburu dateng gurunya." Jawab Vina.

Falen mengangguk tersenyum dan dia segera menyalin jawaban Vina.

"Selamat pagi anak-anak..." Sapa Pak Ricky, dia adalah guru matematika mereka. Dan semua anak langsung duduk di bangku masing-masing.

"Duh kurang 1 lagi," Gumam Falen dengan kesal.

"Hari ini tugas di kumpulkan dan saya akan memberikan soal untuk materi ulangan harian minggu depan, dilarang melihat buku ataupun melihat punya teman, mengerti???" Tanya pak Ricky.

"Mampus..mampus... terus gimana nasibku..." Gumam Falen dengan panik.

Vina menghela nafas, dia sangat membenci situasi seperti ini.

"Ah serah deh nilai jelek yang penting bisa naik kelas." Gumamnya dengan pasrah.

"Duh soal ini aja enggak paham terus pakai cara apa aku jawab nanti," Ucap Falen dengan heran.

"Pakai otak lah," Sahut Vyan.

"Paan sih nyaut aja," Omel Falen dengan kesal.

"Heummm...aku sedikit paham, tidak apa-apa sih yang penting nilaiku tidak seperti mereka berdua." Ucap Aldo sambil menoleh ke Vina dan Falen.

Disaat semua anak heboh karena panik, disisi lain Vyan merasa tenang dan Aldo melanjutkan membacanya.

"Mereka ini panik kenapa sih," Gumam Vyan dengan heran.

Keara datang ke sekolah anak-anaknya untuk menghadiri rapat tentang nilai anak-anak mereka. Dan seperti biasa, Keara menjadi pusat perhatian orang-orang karena dia yang paling muda dan paling cantik diantara mereka semua termasuk para guru-guru itu. Dan tentunya banyak orang tua yang bergosip buruk dengan Keara, tapi Keara tidak peduli dia hanya fokus mendengar rapatnya. Setelah rapat berlangsung lama, akhirnya para orang tua murid bubar, Keara keluar dari ruangan dan tiba-tiba ada seseorang yang menyapanya.

"Keara," Sapa pria itu.

Keara menoleh ke pria itu dengan mengerutkan keningnya, karena dia tidak kenal dengan pria yang berada didepannya itu.

"Siapa ya?" Tanya Keara sambil tersenyum kecil.

"Ini aku Eric, kita satu SMP dulu kau lupa kah?" Tanya Eric pria yang memakai jas itu.

Wajah Keara seketika berubah menjadi masam, karena sebenarnya dia menghindari semua teman sekolahnya kecuali Hera dan Ivan. Dia takut saja jika mereka menghinanya karena Keara yakin satu sekolahan tahu jika dia keluar sekolah karena hamil dulu.

"Sudah lama banget Keara akhirnya kita ketemu ya," Ucap Eric.

Keara tersenyum kecil.

"Kenapa kau disini?" Tanya Keara dengan heran.

"Aku jadi direktur di sekolah ini, apa anak-anak mu sekolah disini?" Tanya Eric sambil tersenyum.

"Iya mereka disini," Jawab Keara sambil tersenyum.

"Begitu ya, Keara bagaimana kalau kita ngobrol di cafe sebelah?" Tanya Eric.

"Maaf ya Eric aku harus pergi kerja, mungkin lain kali saja ya." Jawab Keara.

"Tida apa-apa kok, kalau boleh tahu kau kerja dimana?" Tanya Erick dengan heran.

"Aku punya kedai mie Via, kau bisa mampir kalau mau," Jawab Keara sambil tersenyum.

"Baiklah lain kali aku mampir ya," Jawab Eric sambil tersenyum.

Keara menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, lalu dia pamit untuk pergi ke Eric. Dan saat dia berjalan untuk keluar dari gedung sekolahan, Keara tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang sampai dia hampir jatuh tapi untung saja orang itu dengan sigap menarik tangan Keara.

"Maaf ya, saya tidak sengaja." Ucap Keara lalu dia menoleh ke pria yang menabraknya itu tapi dia merasa heran dengan pria itu karena dia memalingkan wajahnya.

"Anda tidak apa-apa?" Tanya Keara dengan heran, pria itu melepaskan tangannya dari tangan Keara. Lalu dia pergi begitu saja.

"Aneh banget ya dia, apa ada sesuatu di wajahku sampai membuatnya syok begitu tidak mau melihatku." Gumam Keara sambil memegang kedua pipinya lalu dia segera pergi keluar.

Pria itu menoleh ke Keara dengan tatapan sedihnya.

"Keara...." Lirihnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 121

    "Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 120

    "Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 119

    "Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 118

    Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 117

    "Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 116

    Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status