Share

Chapter 04

Author: Gywnee
last update Last Updated: 2024-04-27 12:11:49

"Vyan kau dengar tidak daritadi orang-orang bahkan kakak kelas membicarkan mamamu, mereka memuji mama mu sangat cantik, tapi ya emang cantik beneran sih." Ucap Aldo sambil memakan snacknya.

Vyan tersenyum kecil, "Aku harus lebih menjaga mama."

"Kau ini dasar." Gumam Aldo.

"Halo pak Gavin..." Sapa Vyan ke guru olahraganya itu. Dan guru itu hanya diam melihat mereka.

"Kenapa makan sambil jalan begitu?" Tanya Gavin guru olahraga itu.

"Hehehe tadi enggak sabar mau makan pak," Jawab Aldo sambil tersenyum.

"Gimana pak Gavin ngajar disini, bapak baru seminggu kan disini?" Tanya Vyan dengan penasaran.

"Kau ini ya sama guru aja kayak sama temen," Gumam Aldo dengan heran.

"Eummm....banyak anak yang bapak hukum, jangan sampai kalian berdua bapak hukum juga ya." Ucap Gavin.

"Tenang saja pak, kita mah disiplin banget." Jawab Vyan dengan penuh percaya diri. Aldo menganggukkan kepalanya dengan setuju.

Gavin menganggukkan kepalanya dengan mengerti.

"Lanjutkan kegiatan kalian, saya ke sana dulu." Pamit Gavin lalu dia pergi meninggalkan mereka.

"Tuh bapak dingin banget ya, pantas saja pada takut sama dia." Ucap Aldo dengan heran.

Vyan tersenyum kecil, "Ayo ke ruang musik, tanganku gatel pengen gitaran." Ajak Vyan sambil merangkul pundak Aldo.

Gavin menoleh ke mereka berdua, dan dia memperhatikan Vyan dengan raut wajah sedihnya itu.

Vina, Falen, dan beberapa teman cewek sekelasnya sedang makan di kantin sambil bergosip tentang kakak kelas yang tampan-tampan, tapi Vina tidak tertarik dengan pembicaraan seperti itu, dia hanya fokus makan.

Gavin memperhatikan mereka dari kejauhan, dan dia tersenyum kecil melihat Vina.

"Kapan jam pulang sih," Gumam Vina dengan heran.

Kedai Via.

Keara duduk setelah selesai membersihkan kedainya, dia juga sudah melayani 2 pembeli itu.

"Kenapa diam begitu?" Tanya Ivan. Keara sontak terkejut karena melihat Ivan yang tiba-tiba datang bahkan dia tidak mendengar suara kedatangan Ivan.

"Sejak kapan kau disini?" Tanya Keara dengan heran.

"Baru. Kenapa kau diam begitu, apa mereka berdua terlibat masalah di sekolah?" Tanya Ivan dengan heran.

"Enggak kok, aku hanya sedikit lelah. Duduklah aku akan buatkan menu sepesial." Ucap Keara sambil tersenyum.

Ivan berdecih tersenyum, lalu dia duduk sambil menunggu menu spesial itu datang. Dan setelah beberapa menit makananya sudah siap, Ivan makan di temani oleh Keara.

"Kau tidak ke kantor tuan muda eh sekarang ganti pak CEO." Canda Keara.

"Paan sih," Jawab Ivan dengan kesal. Keara terkekeh.

"Ivan aku ketemu Eric, dia sekarang jadi direktur di sekolahan anak-anakku." Ucap Keara.

Ivan menoleh ke Keara, "Karena itu kau terlihat cemas?"

Keara menganggukkan kepalanya, "Aku takut dia bertemu Vyan atau Vina, dan dia membicarakan tentang masa laluku dan-"

"Keara, jangan terlalu overthingking begitu." Sahut Ivan dengan kesal.

"Aku hanya takut saja..." Jawab Keara dengan sedih.

Ivan menghela nafas dengan kesal, "Aku dekat denganmu dan Axel, bahkan aku sejak kecil berteman dengan Axel jadi aku tahu sifatnya. Aku yakin mereka berdua bisa menangani masalah itu jika memang benar Eric mengatakan hal tentang dulu ke mereka." Jelas Ivan.

"Ivan, meskipun mereka anak-anakku dengan Axel tapi mereka juga punya pemikiran sendiri-sendiri." Jawab Keara dengan cemas.

"Mereka tidak sebodoh itu bisa dipengaruhi oleh orang lain, sifat mereka itu sama sepertimu dan Axel." Jawab Ivan.

Keara menghela nafas dengan sedih.

"Vyan punya sifat yang peka dan pengertian seperti mu, sedangkan Vina punya sifat yang cuek dengan ucapan orang lain jika tidak ada fakta seperti Axel." Ucap Ivan.

Keara hanya diam, dia tetap cemas dengan mereka berdua.

"Cepat atau lambat mereka memang harus tahu Keara, yang perlu kau siapkan hanyalah bahu untuk mereka." Jelas Ivan.

"Kau benar. Aku hanya takut jika mereka merasa menjadi beban untukku." Jawab Keara dengan sedih.

"Mereka akan mengerti aku yakin." Jawab Ivan.

Keara tersenyum kecil.

"Tapi kalau aku perhatikan sekarang, wajah Vyan sangat mirip dengan Axel dulu ya, tapi sifatnya mirip denganmu. Sedangkan Vina mirip denganmu dulu tapi sifatnya cuek kayak Axel. Ah aku jadi kangen mereka, nanti mau jemput mereka ah..." Ucap Ivan.

Keara tersenyum kecil, memang sejak kecil Ivanlah yang sering mengajak main mereka saat Keara kerja. Sebenarnya Keara tidak enak dengan Ivan tapi Ivan tetap memaksa Keara karena dia juga tidak terlalu sibuk dulu. Makanya mereka berdua dekat juga dengan Ivan seperti orang tua mereka sendiri.

"Kau tidak ke kantor apa?" Tanya Keara dengan heran.

"Aku ingin cari udara segar hari ini," Jawab Ivan.

"Dasar ..." Gumam Keara dengan heran.

Sepulang sekolah.

Ivan menjemput mereka berdua tapi hanya Vani yang ikut dengan Ivan karena Vyan sibuk dengan kegiatannya. Dan pada akhirnya mereka berdua yang pergi, Ivan mengajak Vani ke toko buku karena dia tahu dimana tempat favorit Vani.

"Wahh paman the best..." Ucap Vani sambil mengacungkan kedua jempolnya. Ivan tersenyum dengan sombong. Vani memang terlihat cuek dengan semua orang tapi beda jika dia sedang dengan Ivan.

Lalu mereka berdua memilih buku bersama.

"Semakin dewasa kamu benar-benar mirip dengan papamu Vania," Ucap Ivan sambil tersenyum.

Vani menoleh ke Ivan dengan tatapan heran.

"Ada apa?" Tanya Ivan dengan heran.

"Tumben paman menyebut papaku, dari dulu tidak pernah persaaan." Jawab Vani dengan heran. Ivan terkekeh lalu dia mengusap rambut Vani.

"Karena aku juga merindukan dia, setiap aku melihatmu aku teringat dengannya." Jawab Ivan sambil tersenyum.

Vani hanya diam dan memperhatikan Ivan.

"Paman, jika aku ingin tahu tentang papaku apa paman akan jawab, karena mama tidak pernah cerita soal papa sejak dulu bahkan wajahnya pun aku tidak tahu." Tanya Vani dengan nada sedih.

Ivan sudah yakin jika anak-anak Keara pasti mulai penasaran dengan papa mereka, mungkin mereka berdua terlihat diam tapi mereka juga pasti menyimpan sejuta pertanyaan untuk papa mereka.

"Baiklah, kita pilih buku dulu habis itu ke beli ice cream ya," Ajak Ivan sambil tersenyum.

"Paman, aku bukan anak kecil lagi kenapa selalu memberiku ice cream." Ucap Vani dengan kesal.

"Memangnya ice cream di buat untuk anak kecil aja apa," Jawab Ivan.

Vani mendengus kesal, dia tidak memperdulikan Ivan lagi dia fokus memilih bukunya.

Gavin melihat anak-anak yang sedang mengikuti ekstrakurikuler taekwondo itu, dia memperhatikan Vyan dari kejauhan. Gavin tersenyum kecil karena Vyan terlihat cepat berbaur dengan banyak orang, bahkan kakak kelas juga akrab dengannya. Setelah itu Gavin segera pergi.

Gavin pergi ke ruang guru, dan dia melihat Dion, guru seni baru itu yang sedang siap-siap untuk pulang.

"Anda tidak pulang pak Gavin?" Tanya Dion sambil terseyum.

"Iya ini mau siap-siap." Jawab Gavin sambil tersenyum, dia menatap Dion dengan tatapan tajamnya itu.

Aku menemukanmu. (Batin Axel).

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 121

    "Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 120

    "Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 119

    "Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 118

    Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 117

    "Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan

  • Guru dingin itu Ayahku   Chapter 116

    Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status