Langit sore terlihat indah hari ini, seorang gadis tengah termanggu menatapnya dengan syahdu sembari bersandar di kursinya dengan santai.
“Ngelamunin apa sih anak gadis?” ujar seorang lelaki mengagetkan gadis itu.
“ih apaan sih Van, ganggu aja” protes gadis tersebut kepada pria yang disebutnya Van itu.Kaivan Rajendra, nama lelaki yang barusan mengusik lamunannya yang juga masih saudara sepupunya itu lantas menarik kursi disampingnya dan segera menemaninya bersantai ria di kafe milik pria tersebut.
“Shei, lu tuh jangan kebanyakan ngelamun, pelanggan gue ntar pada kabur gara-gara elu” sahutnya kemudian sambil mengacak rambut sebahu Sheira.Sheira nampak protes untuk kedua kalinya dengan matanya sembari merapikan rambutnya kembali. Sepupunya itu memang usil, meskipun begitu sebenarnya kaivan adalah sosok yang cukup baik dan menyenangkan.
“Udahlah Van, mau gue curhat sampai mulut gue berbusa juga lu nggak akan pernah ngerti. Mana paham sih Casanova kayak elu sama perasaan cinta gue yang tulus ini” jawab Sheira seraya menyindir lelaki disampingnya itu.“Gue? Casanova? Sudah berapa kali gue bilang walaupun ganteng dan banyak yang suka, gue ini sangat menghormati perempuan Shei,” Kaivan tidak terima dengan ucapan Sheira.
“Terus apa dong namanya kalau tiap bulan lu bisa gonta-ganti gebetan bahkan sepertinya dibanding jumlah bulan dalam setahun, jumlah perempuan yang lu pacarin lebih banyak tuh” cerocos Sheira.
“Ya gimana dong itu kan resiko orang ganteng Shei, hehe” Kaivan membalas dengan cengiran di wajahnya. Sheira yang mendengar hal tersebut hanya melengos seakan mengaminkan ucapan Kaivan. Walaupun kenyataannya memang sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkataan Kaivan barusan, sepupu tersayangnya itu memang memiliki paras yang cukup tampan walau tidak setampan artis idolanya, Lee Min Ho. Badan lelaki 24 tahun tersebut cukup tinggi dan atletis karena ia rajin berolahraga sekaligus mantan atlit basket selama di sekolah dan salah satu anggota club panjat tebing di kampusnya dahulu. Walaupun begitu kulit Kaivan tergolong cerah dan putih bersinar walaupun hobinya bercengkerama dengan sinar matahari, salah satu hal yang masih menjadi pertanyaan besar untuk Sheira selama ini. Membayangkan Kaivan melakukan perawatan kulit setelah beraktifitas seperti luluran membuatnya tersenyum geli sendiri.“Kenapa lu senyam-senyum sendiri?” tanya Kaivan.“Enggak apa-apa” kata Sheira seraya menggeleng “Eh terus sekarang cewek mana lagi yang lu pacarin Van?” lanjut Sheira seraya menyesap Strawberry Smoothies-nya yang tinggal setengah gelas.
“Masih sama Alanna, belum ada rencana mau putus sih sejauh ini dia juara bertahan di klasemen sementara percintaan gue” jawab Kaivan seraya melempar pandangannya kearah jendela seakan enggan menjelaskan lebih jauh lagi.
Sheira juga tidak berniat bertanya lebih lanjut mengenai kehidupan percintaan lelaki tersebut. Sudah jelas baginya ketika Kaivan menyebutkan nama seorang gadis yang sama dengan yang dia dengar dari mulut lelaki tersebut beberapa bulan lalu. Dalam hati Sheira cukup salut dengan sosok Alanna yang bisa bertahan hampir sepuluh bulan dengan lelaki tersebut. Entah bagaimana ia bisa bersabar dan membuat Kaivan hanya melihat kearahnya selama ini, meskipun begitu ia cukup sangsi jikalau Kaivan tidak curi-curi kesempatan untuk menggoda gadis lain selama sepuluh bulan terakhir.
“Wah roman-romannya neng Alanna bakal di seriusin nih!” seru Sheira sembari beranjak dari kursinya dan menyambar tasnya meninggalkan Kaivan.
Yang disindir hanya menyunggingkan senyum kecut sembari kembali bersandar dikursi dan menghisap rokok elektrik di tangan kanannya dengan sekuat tenaga dan sedetik kemudian menghembuskannya ke udara sehingga samar-samar tercium semerbak aroma manis Creamy Oat di ruangan dari asap tebal yang mengepul.
“Cih, casanova apanya? Dibanding itu harusnya gue disebut pengagum ciptaan Tuhan. Di sejarah juga casanova katanya lebih kurang ajar daripada gue. Jangankan tidur sama perempuan, main judi aja gue nggak pernah nyentuh, casanova darimananya sih gue?” batin Kaivan seraya menghisap kembali pucuk rokok elektriknya lalu sibuk dengan pikirannya sendiri.
♡♡♡♡♡
Setelah menyelesaikan makan siangnya yang dibumbui dengan beberapa adegan tersedak akibat ulah Kaivan, Namara lantas mengeluarkan laptop dari tasnya dan segera membuka file yang seminggu terakhir ini membuatnya lebih banyak begadang.Setelah memberikan beberapa penjelasan kepada Kaivan serta setelah melalui diskusi yang panjang akhirnya Kaivan menerima hasil kerja keras Namara dengan beberapa perbaikan menyesuaikan selera Kaivan sebagai pemilik dari project yang tengah ia kerjakan.Tidak terasa satu jam berlalu sejak kedatangan mereka dirumah makan tersebut, waktu juga tengah menunjukkan pukul 2 siang dimana satu jam lagi Namara harus pergi ke La Casa untuk bekerja.“Gue anter aja sekalian biar lo nggak telat, kantor gue searah” tawar Kaivan yang disambut senyuman yang sumringah dari Namara.Tentu saja gadis itu merasa seanang karena ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa jasa ojek online. Terlebih di siang hari yang terik seperti ini,
Hari ke delapan setelah terakhir kali Kaivan betemu dengan Namara akhirnya hari ini ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Gadis itu. Pagi ini Namara menghubunginya dan mengatakan bahwa tugas yang ia berikan padanya beberapa hari yang lalu telah rampung.Namara mengajak mereka bertemu di La Casa namun Kaivan menolaknya dan malah mengajaknya untuk menemaninya makan siang. Walau Namara mengajaknya bertemu di tempat janjian mereka namun hal tersebut juga ditolak oleh Kaivan karena ia enggan menunggu ataupun ditunggu sehingga Kaivan dengan sepihak memutuskan untuk menjeput Namara di Kampusnya.Namara yang malas berdebat dengan bossnya tersebut lantas mengiyakan tawaran Kaivan, alhasil hari ini ia kekampus menggunakan ojek online karena Ayahnya tengah sibuk berbelanja beberapa sparepart mobil pelanggan yang sudah beberapa hari diperbaiki oleh beliau.Setelah menyelesaikan konsultasi terakhir dengan para dosen pembimbing serta mendaftarkan jadwal s
Namara tengah asyik memainkan jarinya diatas layar smartphone saat sebuah tangan tiba-tiba merangkul lehernya dari samping. Gadis dengan rambut sepunggung tersebut tampak kaget hampir saja gawai yang dipegangnya tersebut lepas dari tangannya.“Astaga kak Cit kebiasaan banget deh! Kalau sampe jatoh kan gue terpaksa minta ganti pake smartphone yang harganya 20juta” Namara berdecak seolah merasa kesal.“Yeee itu sih elo-nya aja yang cari kesempatan dalam kesempitan, mau meras gue ya lo?”“Ya siapa tau kan lo berbaik hati beliin buat gue kak. Kan duit lo banyak hehe”“Aamiin ya Allah! Ntar kalo beneran duit gue banyak gue jajanin lo sepuasnya di gerobak es kelapa Bang Jali”“Nggak jadi deh, nungguin kak Citra jajanin mah keburu tuh kelapa Bang Jali jadi pohon lagi” sungut Namara.“Emang gitu kalau pengen yang gratisan Ra, lo kudu sabar. Biksu Tong nyari kitab suci ke barat aja mod
Dua minggu setelah pertemuan terakhir Kaivan dan teman lamanya di sebuah resto ternama, hari-hari setelahnya diisi kesibukan yang sangat menguras pikiran karena Kaivan harus mempersiapkan kontrak untuk calon investor barunya yang tidak lain adalah teman lamanya tersebut.Selain itu Kaivan juga tengah disibukkan dengan proses penjualan aset-asetnya yang juga menguras waktu dan pikirannya.Meskipun demikian, Kaivan tampak menikmati kesibukannya tersebut.Setidaknya ia patut berbangga hati bahwa kerja kerasnya selama beberapa bulan terakhir akhirnya memiliki secercah harapan. Bukankah tidak mudah bahkan bagi orang yang sudah berpengalaman sekalipun untuk dapat keluar dari bayang-bayang kegagalan bisnis mereka yang sudah berada di ujung tanduk?.Kaivan juga merasa beruntung sekali karena disaat perusahaannya terpuruk seperti ini ternyata masih banyak orang-orang baik serta hebat yang dimiliki neneknya di dalam perushaan yang juga dengan senang hati membantuny
Pagi ini Kaivan bangun dengan penuh semangat, bahkan ia selepas shalat shubuh ia masih sempat menghabiskan waktunya di ruang gym pribadinya, hal yang sudah hampir 2 bulan tidak pernah ia lakukan. Setelah mandi dan mencukur kumis serta janggut tipis di wajahnya Kaivan segera beranjak ke ruang makan untuk sarapan.Selain bajunya yang rapi seperti biasanya, penampilan Kaivan cukup berbeda hari ini, rambutnya tertata rapi, wajahnya bersih serta cerah sekali sepertinya semalam ia beristirahat dengan baik.Setelah menyelesaikan sarapan paginya Kaivan segera beranjak meninggalkan rumah menuju kantor. Ditengah perjalanan ia menghubungi Pak Banu dan meminta untuk membuatkan janji dengan salah satu konsultan keuangan karena ada yang harus ia diskusikan.Satu jam kemudian Kaivan bertemu dengan seorang konsultan keuangan yang dipilihkan oleh Pak Banu beberapa waktu yang lalu dikantor Kaivan.Sang konsultan keuangan meminta Kaivan memberikan gambaran detail mengenai k
Kaivan menyesap teh hangat yang disajikan oleh Namara beberapa waktu yang lalu, air di gelasnya tersebut nyaris tandas. Semenjak tadi ia asyik berbincang dengan lelaki paruh baya di hadapannya tersebut, ia sangat terkesan dengan pengalaman hidup Pak Dimas.“Dulu waktu diusia bapak yang masih muda, banyak sekali hal-hal baru yang bapak coba. Masa-masa pertengahan usia 20-an sepertimu ini adalah usia coba-coba dan masih berapi-api serta penuh ambisi. Salah sedikit kamu bisa terjerumus pada hal-hal yang berbahaya apalagi dengan latar belakangmu sebaiknya kamu berhati-hati menapaki jalan hidupmu kedepannya nak Ipan” Dimas menatap serius ke arah Kaivan.“Wah berarti masa muda bapak dulu seru sekali dong”“Seru? Kalau diingat memang seru. Namun bapak tidak ingin mengulanginya lagi. Yang lalu biarlah menjadi pelajaran supaya kedepannya kita bisa menjadi lebih baik lagi.” Raut wajah Dimas sedikit berubah menjadi mendung.