Share

pertemuan dengan papa dan mama

Author: nitaerniaw
last update Last Updated: 2022-06-20 14:08:48

Siang ini aku berencana untuk menemui kedua orang tuaku. Setelah berkali-kali memantapkan hati dan dengan memberanikan diri, akhirnya kemarin aku menghubungi pak Agus, sahabat papa sekaligus orang kepercayaannya.

Disinilah aku sekarang, duduk sendirian di ruang vip sebuah kafe yang sudah di pesan oleh pak Agus, menunggu dengan cemas kedatangan orang tuaku. Entahlah, tapi aku sedikit ragu apakah mereka mau menemuiku. 

Sebenarnya bisa saja aku langsung datangi rumah, tapi ya itu tadi, aku belum memiliki keberanian untuk menemui mereka tanpa ada orang ketiga.

Setengah jam sudah berlalu dari waktu yang dijanjikan pak Agus, tapi mereka masih juga belum terlihat datang. Dudukku mulai terasa gelisah, aku tidak yakin mereka mau menemuiku setelah kejadiaan enam tahun yang lalu.

"Pergilah! Kalau menurutmu Arka itu pasangan yang cocok untukmu. Tapi, sampai kapanpun papa tidak akan pernah merestui kalian!" ucap papa kala itu dengan marah.

Aku hanya bisa menangis dan berlalu dari hadapan papa tanpa membantah satu katapun. Karena waktu itu mata dan hatiku sudah di butakan oleh cintaku pada mas Arka. 

Waktu itu mamapun tidak bisa berbuat apa-apa, karena keputusan yang dibuat papa tidak bisa diganggu gugat lagi. Mama terus berusaha membujukku untuk meninggalkan mas Arka, tapi aku kekeh tidak mau.

Semenjak kejadian itulah semua fasilitas yang selama ini aku gunakan di cabut oleh papa. Untunglah saat itu aku sudah bekerja sehingga aku tidak begitu kebingungan.

¤¤¤¤¤

"Rada …."

Terdengar suara serak seperti menahan tangis yang beberapa tahun ini selalu ku rindukan. Aku menoleh ke arah pintu ruangan, seketika tenggorokanku serasa tercekat, tiba-tiba mataku mulai berembun. 

Wanita yang ku rindukan itu berdiri di depan pintu dengan Papa dan Pak Agus tampak di belakangnya. Ya, dia adalah Mamaku.

Aku berdiri lalu menghambur ke dalam pelukannya dengan tangis yang tersedu-sedu, aku memeluknya semakin erat, begitu pula Mama dengan tangisnya yang terdengar menyayat hati.

"Sudah-sudah lebih baik kita duduk dulu," ujar Papa tiba-tiba menyela, membuat kami yang sedang berpelukan dalam tangis langsung saling melepaskan.

"Maafin, Rada, pa?! Rada salah sama papa," ucapku tiba-tiba bersimpuh di hadapan Papa dan memeluk kakinya. Membuat mereka sangat kaget dengan apa yang kulakukan. 

"Sudahlah, Rada, ayo kita bicarakan di dalam saja, malu di lihat banyak orang," sela Pak Agus membimbingku untuk kembali berdiri, ku lihat Papa hanya diam dan tak mau menatapku.

Mungkinkah luka yang ku buat terlalu dalam sehingga membuat Papa hingga kini masih membenciku.

"Gimana kabarmu, Nak? Kemana saja kamu selama ini, kenapa tidak pernah pulang?! Segitu bencikah kamu sama kami?!" ujar Mama memberondong dengan banyak pertanyaan setelah kamu duduk di kursi yang berada di ruangan itu.

"A--aku …," suaraku tercekat, tak dapat lagi meneruskan kata-kataku. Hatiku terasa seperti di sayat-sayat dengan pisau, mendengar Mama ternyata selama ini mengharapkanku pulang.

Bodohnya aku yang selama ini hanya mengira-ngira tentang mereka.

"Kenapa kamu tidak langsung pulang ke rumah? Mana suamimu? Kalian sudah punya anak belum?" lanjut Mama lagi dengan banyak pertanyaan.

"Apa tujuan kamu tiba-tiba ingin bertemu dengan kami?" sela Papa tiba-tiba setelah dari tadi hanya diam.

"Aku … mau minta maaf sama Papa dan Mama. Maafin Rada, Pa, Ma, sudah bikin sedih kalian. Rada anak yang tidak tahu terima kasih, Rada anak yang tidak berguna, Rada anak yang …."

"Cukup, Nak, jangan kau teruskan lagi!" potong Papa membuatku tidak meneruskan perkataan.

"Semua yang sudah terjadi, lupakan saja! Papa udah maafin kamu, tapi yang membuat Papa sedih adalah kenapa kamu tidak pernah pulang ke rumah?!" lanjut Papa, terdengar kecewa dari nada bicaranya.

"Bukankah Papa sudah mengusirku waktu itu? Papa bilang tak sudi lagi bertemu denganku. Makanya aku tidak berani pulang selama ini," jawabku sambil terisak.

"Ya Allah, Nak? Hanya gara-gara itu membuatmu tidak berani pulang? Seharusnya kamu berusaha mengambil hati kami dengan terus datang kerumah. Tidak mungkin akan kami usir terus!" ucap Papa akhirnya menangis juga.

Aku mendekati Papa dan kemudian memeluknya, Mamapun ikut memeluk hingga akhirnya kami bertiga saling memeluk dalam tangis. 

"Aku senang melihat kalian kembali seperti ini," terdengar suara Pak Agus dari depan pintu, rupanya dia baru akan masuk dan melihat kami bertiga saling berpelukan.

Kamipun mengurai pelukan kami, karena ternyata Pak Agus datang dengan pramusaji yang membawa makanan untuk makan siang kami. Kami bertiga saling tersenyum kemudian menghapus air mata masing-masing.

Setelah pramusaji itu selesai menata hidangan di atas meja dan sudah berlalu pergi, kami bertiga pun mulai untuk makan, karena perut yang sudah keroncongan minta diisi.

"Loh, Gus, sini ngapain kamu berdiri disitu kaya satpam aja!" ajak Papa karena temannya itu hanya berdiri di bibir pintu sambil melihat kami yang tengah makan.

"Iya, Pak Agus, ayo sini bareng-bareng kita makan siangnya!" sambungku ikut mengajaknya.

Akhirnya Pak Agus menerima ajakan kami untuk makan bersama-sama.

¤¤¤¤¤¤¤

Selesai makan siang, aku membicarakan masalah pekerjaan pada Papa. Aku meminta pekerjaan yang tidak harus setiap hari berangkat ke kantor. Karena aku tidak mau mas Arka curiga. Papa menyarankanku untuk mulai mempelajari seluk beluk perusahaan, karena nantinya akulah yang akan menggantikannya, tapi untuk sekarang aku belum siap. Fokusku sekarang adalah untuk memberi pelajaran pada mas Arka dan istri barunya itu.

Aku belum menceritakan masalah rumah tanggaku pada Papa. Nanti bila tiba waktunya semuanya tidak akan aku tutup-tutupi lagi.

"Oya, cucu Papa sudah umur berapa sekarang?" tanya Papa setelah pembicaraan kami tentang pekerjaan selesai.

Akhirnya didapat keputusan tentang pekerjaan apa yang cocok untuk dikerjakan di rumah. Tadinya Papa mau memberiku atm cuma-cuma untuk peganganku, tapi aku mau. Aku ingin uang yang aku gunakan murni hasil keringatku sendiri meskipun itu aku kerja di perusahaan Papa.

"Empat tahun, Pa, namanya Musda," jawabku.

"Anakmu perempuan, Rada?" kali ini Pak Agus yang bertanya.

"Iya, Pak."

"Ini ya, fotonya?" tanya Mama tiba-tiba sambil memperlihatkan foto dari dalam gawaiku, karena sedari tadi Mama memang sibuk mengotak-atik gawaiku.

"Masya Allah, cantik sekali persis sepertimu, Nak!" ujar Papa begitu melihat foto Musda, Pak Agus juga tampak menganggukkan kepalanya tanda menyetujui.

"Besok-besok ajak dia untuk menemui kami, ya, Nak," pinta Mama dengan tatapan penuh harap.

Aku menganggukkan kepala, menyesal aku hari ini tidak membawa Musda. Pasti dia senang sekali bisa bertemu nenek dan kakeknya yang selama ini selalu ditanyakan.

¤¤¤¤¤¤

Sorenya ketika aku pulang, ku ketuk berulang kali pintu yang tertutup itu tapi tidak ada yang membukakannya. Lalu aku coba untuk mendorongnya, ternyata pintu tidak di kunci. Ceroboh sekali ulat bulu itu.

Begitu aku masuk, aku tercengang melihat pemandangan di dalam rumah. Bagaimana tidak, mainan Musda berserakan di sembarang tempat, belum lagi bungkus bekas jajanan Musda. 

Ketika melangkahkan kaki menuju ruang tengah, terlihat Musda tertidur di depan televisi dengan dikelilingi oleh mainannya juga. Tidak tampak Melli, entah dimana pelakor itu berada.

Ku angkat tubuh Musda untuk memindahkannya ke dalam kamar. Tapi ketika baru saja ku angkat, tiba-tiba Musda membuka matanya dan langsung memelukku sambil menangis.

"Bunda dari mana aja? Kenapa Musda nggak di ajak?" tanyanya sambil menangis.

"Maafin Bunda , ya? Tadi Bunda ada urusan, Nak." jawabku sambil mengusap rambut panjangnya.

"Musda udah makan?" tanyaku, Musda menggelengkan kepalanya.

"Bunda Melli nggak mau ngambilin makan Musda, dia nyuruh Musda makan jajan yang ada di kulkas, Bun! Musda juga belum mandi dari pagi," ucap Musda mulai mengadu padaku.

Ya Allah, kenapa aku baru menyadari kalau baju yang dipakai Musda itu baju yang dipakainya semalam untuk tidur. Keterlaluan si Melli itu! Anakku tidak diurusnya, rumah pun dia tidak mau membereskan. Maafkan bunda, Nak, gara-gara mau bikin ayahmu menderita kamu sampai harus jadi korbannya.

Segera ku mandikan gadis kecilku itu, lalu menggantikannya dengan baju yang bersih. Setelah selesai mendandani Musda, aku berniat untuk ke dapur, melihat apakah ada makanan yang bisa dimakan.

"Astagfirullah! Apa-apaan ini!" ucapku sedikit berteriak.

Kulihat cucian piring tadi pagi masih belum dicuci, padahal itu bekas makan mereka tadi pagi. Ku abaikan saja semua itu, aku mengambil telur dan kemudian menggorengnya. Ku buka magic com ternyata nasinya tinggal sedikit itu pun sudah hampir kering. Ku pilih nasi yang lembut dan menaruhnya di piring, lumayanlah cukup untuk makan Musda.

Ketika sedang menyuapi Musda makan di dalam kamar, tiba-tiba terdengar teriakan dari luar.

"Aawww!!"

¤¤¤¤¤¤¤

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Amelia Hastuti
lanjut ceritanya makin asyiik thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab 70 Ending

    Pov. AuthorHari ini Rada berencana untuk memberitahukan pengunduran dirinya pada pak Hartono. Setelah kedatangan Rendra, perusahaan semakin maju. Walau Rendra masih baru dalam dunia bisnis, tapi rupanya dia dengan cepat dapat menyesuaikan dirinya. Rada bersyukur karena Rendra sudah cakap, itu artinya dia bisa tenang pergi dari perusahaan itu karena banyak hal yang harus diurus sebelum pernikahannya dengan Aldo.Dengan sengaja Rada berangkat kantor sedikit lebih siang dari biasanya. Jam sembilan dia baru tiba. Langsung saja Rada menuju lift yang membawa menuju lantai tiga. Dengan membawa surat pengunduran diri yang sudah disiapkannya, Rada langsung menuju ruangan pak Hartono. Sebelum masuk terlebih dahulu mengetuk pintunya.Tok! Tok! Tok!"Masuk!!" terdengar suara perintah dari dalam. Pintu terbuka perlahan, Pak Hartono sedang duduk di kursi kebesarannya dan Aldo yang ternyata berada di ruangan ini dengan duduk di depan Papanya. Serentak mereka menoleh ke arah pintu."Permisi, Pak,

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab 69

    Mas Arka dan para tersangka lainnya segera dibawa polisi untuk kembali ke dalam tahanan. Namun, terlihat mas Arka berbicara dengan polisi yang membawanya. Tak lama setelahnya dia berjalan menuju ke tempatku duduk yang berdampingan dengan ibu dan bapaknya.Aku memang sengaja duduk didekat mereka untuk menenangkan hati bapak dan ibu yang pasti sedih.Mas Arka datang dan langsung bersimpuh memeluk kaki ibu. Dia menangis, menyesal dan meminta maaf pada kedua orang tuanya. Bapak dan ibu pun tak kuasa menahan tangis mereka. Kini mereka bertiga saling berpelukan dengan duduk bersimpuh. Melihat keharuan di depan mata, mau tak mau hati ini terenyuh juga melihatnya. Namun, sebisa mungkin aku menahan agar air mataku tidak jatuh. Biar bagaimanapun Mas Arka dulu pernah menjadi orang penting dalam hidupku.Aku tidak menyangka jika akhirnya dia akan seperti ini. Setidaknya di dalam penjara nanti dia bisa merenung dan memperbaiki sikapnya. Aku pun bangkit berdiri dari dudukku. Berniat pergi menyusu

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab. 68 hukuman Arka

    [Al, aku makan siang dengan temanku. Kebetulan dia anak dari pak Hartono. Aku harap jika nanti ada temanmu atau kamu sendiri yang melihat tidak menjadi salah paham, kami hanya teman, kok! Love u,]"Terkirim dan langsung centang dua warna biru. Itu artinya Aldo sedang memegang ponselnya. "[Ya,]" balasnya singkat.Keningku langsung mengkerut membaca balasan yang dikirim Aldo. Tidak biasanya dia membalas singkat begitu. Biasanya dia selalu panjang membalas pesanku. Apa jangan-jangan Aldo marah?"[Dia beneran hanya temanku, Al. Atau kalau nggak gimana kalau kita makan siang bersama-sama? Kamu sibuk nggak?]"Ku tunggu balasan darinya, namun tidak juga dibalasnya, bahkan pesanku dibaca saja belum."[Ini aku share lok, ya!]" Ujarku akhirnya mengirimkan lokasi tempat kami makan siang."Ehm … sibuk banget, sih! Berbalas pesan sama pacarnya, ya?" ujar Rendra tiba-tiba, membuatku sangat kaget. Rupanya sedari tadi dia memperhatikanku."Emm … bukan pacar, kok.""Ah, yang bener? Pasti pacarnya, k

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab. 67

    "Kasihan sekali, ya, kakaknya Melly. Dia kelihatan sangat terpukul kehilangan adiknya," ucap Mama. Saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang dari menghadiri pemakaman Melly.Setelah tiga hari kritis, Melly akhirnya sudah tidak bisa bertahan melawan penyakitnya lagi. Penyakit yang sebenarnya masih bisa disembuhkan, namun terlambat mengetahuinya."Iya, Mam. Apalagi Melly itu adik kesayangan satu-satunya. Pasti dia sangat kehilangan," balasku."Syukurlah, kamu tidak tertular penyakit menjijikan itu. Kalau sampai itu terjadi hi …. Mama jadi ngeri!" ucap Mama sambil bergidik."Sebenarnya penyakit itu masih bisa disembuhkan, Mam. Tapi untuk kasusnya Melly, karena ketahuan sudah parah begitu jadi, yaaa … susah!" Balasku."Terus apa kabarnya Arka? Mama dengar dia tertular penyakit itu? Oh, ya, kok tadi dia nggak menghadiri pemakaman istrinya?""Nggak semudah itu, Mam, buat keluar dari sel. Selain harus ada alasan yang benar-benar darurat, tetap harus ada yang menjamin juga. Nah, mungkin ng

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab. 66 Melly kritis

    Keesokan harinya, Rada membawa tante Merry ke rumah sakit dimana Melly di rawat. Awalnya wanita cantik yang meski usianya tidak muda lagi itu menolak. Namun, Rada menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan Melly. Sehingga atas dasar kemanusiaan akhirnya tante Merry setuju untuk menemuinya.Sebelum ke rumah sakit, terlebih dahulu Rada menghubungi Rini. "Rin, kamu dimana? Aku mau ke rumah sakit ini sama tante Merry," ucap Rada langsung pada intinya ketika sambungan sudah terhubung."Aku lagi nggak enak badan, Da. Aku di rumah. Tapi kalau kamu mau ke rumah sakit, disana ada kakaknya Melly," jawab Rini dengan suara yang serak."Oo … gitu, ya udah aku langsung kesana aja, ya. Semoga kamu lekas sembuh," balas Rada kemudian mematikan sambungan telepon itu dan memasukkan kembali benda pipih canggih itu ke dalam tas selempangnya."Gimana?" tanya Merry yang saat ini duduk di bagian penumpang sebelah kemudi. Kebetulan sekarang waktu istirahat kantor dan Rada sengaja menjemputnya untuk membawanya k

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab 65 permintaan maaf Melly

    Pov. AuthorHari itu juga Arka menjalani pemeriksaan dan tes apakah benar dia sudah tertular penyakit hiv atau tidak. Setelah semuanya selesai dia dibawa kembali ke dalam lapas.Kedua orang tuanya sangat sedih melihat anak lelaki satu-satunya berada di dalam penjara. Mereka pun berupaya untuk menemui mantan bos Arka, yaitu pak Hartono. Mereka ingin meminta keringanan hukuman untuk Arka. Mereka Pun akhirnya kembali meminta bantuan Rada untuk bertemu dengan mantan bos anaknya itu setelah sebelumnya mereka juga bertanya dimana Arka berada.Ibunya Arka yang bernama Sri itu pun mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam tas yang dibawanya. Kemudian menekan layarnya, tak lama kemudian menempelkan ke telinga."Assalamualaikum, Nak, kamu sudah pulang to?" tanya Bu Sri saat panggilan terhubung."Waalaikumsalam, Belum, Bu, Rada masih di rumah sakit kok, ini masih jenguk Melly," jawab Rada karena memang saat ini dia tengah melihat keadaan Melly. Kebetulan tadi dia bertemu dengan Rini yang akan meliha

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab. 64 Arka menjalani tes

    Masih di pov. Arka"Ba--bapak, Ibuk!" ucapku tertahan saat dua orang tua itu masuk."Oalah Nak-nak … kamu itu kenapa kok bisa sampai seperti ini?" ibuk bertanya dengan air mata yang sudah mulai mengaliri kedua pipinya."Kamu itu memang b0d0h! Lihat bagaimana keadaanmu sekarang. Gara-gara kamu memilih wanita itu. Lihat, apa yang dia beri untukmu! Dasar kamu itu memang b0d0h!" tangan ibu dengan gemas menyentuh memar-memar pada tubuh ku membuat aku mengaduh kesakitan."Aduh, sakit, Buk, jangan sentuh yang ini, aw-aw, sakit ibu!" "Sukurin! Kamu itu emang dasar b0d0h!" Ibu terus memakiku sambil menangis. "Bapak, lihat anak kita ini huhuhu …,""Sudah, Bu, sudah, itu mungkin balasan dari Allah untuk Arka karena sudah menyia-nyiakan anak dan istrinya dulu," Bapak menenangkan ibu dengan memeluknya.Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Bapak. Bisa jadi kejadian-kejadian sial yang aku alami adalah teguran dari Allah agar aku sadar dengan sikapku selama ini."Pak, Bu, maafkan Arka, ya? Arka s

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab. 63 Arka belum menyesal

    pov. ArkaSebulan telah berlalu aku berada di dalam lapas, kasusku sudah berjalan dua kali di pengadilan, aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan di dalam sini. Namun, karena semua hal terbatas, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa badanku mulai cepat lelah dan gampang sekali berkeringat padahal aku tidak melakukah kegiatan yang menguras tenaga.'Aduh, kok sakit, ya!'Pagi ini saat aku akan membuang hajat, pusaka ku terasa nyeri, bahkan terlihat sedikit bengkak. Ku ingat-ingat selama di dalam sel aku tidak pernah memakainya dan soal kebersihannya aku selalu menjaga, lalu kenapa kok tiba-tiba sakit seperti ini.Atau jangan-jangan aku sudah tertular penyakitnya Melly. Sialan wanita itu, gara-gara dia semua harta yang aku kumpulkan dengan susah payah diambil orang untuk menutup hutangnya. Sekarang aku sudah tak punya apa-apa, untuk menyewa pengacara sudah tidak ada harta yang tersisa. Sedangkan untuk menghubungi kedua orang tuaku, aku tidak berani. Jelas mereka langsung akan memarahik

  • HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!   bab 62 pov Aldo 2

    Pov. Aldo 2"Maksud Mama?" tanyaku tidak mengerti."Ya, maksud Mama? Coba kamu tes perasaannya gimana kalau lihat kamu bareng sama wanita lain. Kalau dia cemburu, itu artinya dia punya perasaan sama kamu," ucap Mama mengutarakan idenya.Hmm … boleh juga sepertinya ide Mama. Aku pun sebenarnya sudah nggak sabar untuk segera menghalalkannya. Aku tersenyum membayangkannya cemburu melihatku bersama wanita lain. Semua masalah sudah hampir beres, tinggal menunggu ketok palu hakim saja yang memutuskan para penjahat itu dikurung berapa lama disana. Sepertinya aku akan melakukan ide Mama."Al, yee … kok malah senyum-senyum sendiri!" Mama menyapukan tangannya pada wajahku. Aku hanya nyengir padanya."Mam, tapi siapa kira-kira wanita yang mau Aldo mintain tolong? Mama tau sendiri Aldo nggak punya teman wanita," aku mendesah kecewa."Aku mau, Kak!" sambar Bulan, tiba-tiba saja dia sudah berada di samping Mama."Nah, bener. Biar Bulan saja. Kan dia cantik, Rada pasti cemburu melihatmu bersamanya,"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status