Paris memiliki sejumlah spot , mempunyai nuansa dengan energi yang memancarkan energi romantis dan eksotik bagi mereka yang sedang berbulan madu. Reno yang faham dengan tempat-tempat yang romantis karena pernah dikunjunginya mengajak Flora di hari kedua, pada etape kedua bulan madu untuk mengukir kenangan indah bulan madu mereka.
“ Hari ini kita ke Pont des Arts, jembatan gembok cinta.” kata Reno ketika mereka sarapan di restoran hotel.
“ Hmm… seperti saran supir taxi sewaktu kita dari bandara?” tanya Flora.
“ Yes.” seru Reno, memandang Flora yang pagi terlihat cantik dengan memakai gaun panjang setengah lutut dengan sepatu bot, rambutnya digelung di bawah tengkuk lehernya.
“ Kamu tambah hari tambah cantik.” bisik Reno.
“ Karenamu.” jawab Flora.
“ Aku ??” tanya Reno tidak percaya.
“Kau selalu bisa memenuhi keinginanku…..” bisik Flora.
“Mmm…. ??”
“ Setiap hari aku jatuh cinta padamu, setiap hari kau memberi aku cinta, hadiah, pujian dan kepuasan, membuat aku bahagia . Kebahagiaan terpancar dari dalam diriku, membuat aku terlihat cantik. Baru lima hari kita berbulan madu, aku sudah bahagia banget. “ kata Flora sambil merengkuh tangan Reno yang sedang memotong roti.
Ada setitik air mata di ujung mata Flora. Airmata kebahagiaan.
“ Aku tidak pernah memimpikan mendapat kemewahan darimu. Sejak pertemuan pertama kita di jalan Jaksa sampai sekarang, setiap hari ada saja kemewahan yang kau berikan. Tidak saja hadiah, perhatian dan cintamu Ren, tapi ketulusanmu berbungkus kemewahan membuatku tak ingin hilang dari kalbuku yang terdalam.” bisik Flora tak kuasa menahan airmata yang jatuh ke pipinya.
Reno membungkuk menghapus airmata di pipi Flora, lalu pindah duduk di samping Flora.
“ Aku mencintaimu lebih dari segalanya, kau hidupku, kau nyawaku tanpamu aku bisa gila.” bisik Reno.
“ Setiap saat aku selalu menginginimu” bisiknya parau.
Mata mereka bertatapan ada kilatan cinta, ketulusan dan hasrat. Tanpa dikomando mereka berdiri menyisakan sisa makanan , meninggalkan restoran kembali ke kamar mereka. Gairah mereka rupanya ingin dipuaskan saat itu, apakah tuntutan gairah bulan madu , tuntutuan gairah naluri mereka atau tuntutan gairah cinta mereka yang luar biasa?
Sejam mereka di kamar menyelesaikan hasrat dan gairah mereka sempat membuat Flora menjerit nikmat.
Keluar dari hotel dengan aura kebahagiaan nampak di wajah mereka, sambil mengaitkan jari-jari mereka, tubuh mereka terlihat saling menempel menuju Pont des Arts, jembatan khusus pejalan kaki yang melintasi sungai Seine.
“ Dahulu jembatan ini terkenal dengan gembok cinta, love padlock-nya. Rupanya kampanye Love without Locks tahun 2014 telah menghilangkan gembok-gembok cinta.” kata Reno mengikuti gaya pemandu wisata.
“Monsieur, kita bisa berswafoto ?” tanya Flora.
“ Bien sûr “ jawab Reno , memasang kamera tustelnya.
Mereka lalu swafoto di jembatan yang masih menyisakan energi romantisnya, berciuman, berangkulan dan saling menatap mesra.
Dari sana mereka ke Notre-Dame, melalui Pont au Double, jembatan besi cor. Mereka bisa melihat katedral Notre-Dame yang berjarak 100 meter dengan berjalan santai sambil melihat pemandangan sungai Seine. Flora memandang kagum katedral Notre-Dame yang terkenal dengan arsitektur Gothik Perancis. Setelah berkeliling sekitar lokasi katedral dan berswafoto , pandangan Flora beralih ke patung yang terletak tepat di depan katedral. Setelah puas berswa foto, Flora meminta ijin ke Reno ingin berdoa di dalam katedral. Reno kemudian menyilahkan Flora duduk dan dia mengantri agar bisa masuk ke dalam gereja.
Setelah berdoa sejenak sambil mengagumi keindahan arsitektur dalam gereja yang amazing , Reno mengajak ke Shakespeare and Company Bookstore yang terletak di pusat keramaian di antara toko souvenir dan restoran.
“Aku pernah beli novel The Hunchback of Notre Dame karangan Victor Hugo terjemahan bahasa Inggris. Ada juga filmnya, tapi aku tidak pernah nonton.” seru Reno ketika mereka menyusuri toko buku.
“Mmm… novelnya dibuat film. Mama Sisca punya novelnya dan katanya dia pernah nonton filmnya.” kata Flora.
“Kita jangan terlalu lama di sini, malam kita naik kereta ke Swiss.” kata Reno.
“Malam ini ? Kau sudah pesan tiket?” tanya Flora.
“Sudah, tinggal print di hotel atau di stasiun.” jawab Reno.
“Kau selalu penuh kejutan.” kata Flora.
“Tunggu kejutan berikutnya.” kata Reno.
"Mmm... Kekasihku selalu penuh kejutan." bisik Flora.
Sampai di hotel, Flora membaringkan tubuhnya sejenak dengan maksud dia akan membereskan koper mereka setelah rasa penatnya hilang. Karena lelah, dia tidak tahu bahwa dia tertidur, Reno yang sibuk dengan ponselnya menoleh ke tempat tidur tersenyum mendengar dengkuran halus Flora. Setelah sibuk dengan ponselnya, dia memungut baju mereka yang berserakan di lantai karena sebelum jalan-jalan mereka sempat berhubungan intim, memasukkan makeup Flora , parfumnya yang tergeletak di meja rias ke tas jinjing pribadi Flora.
Melihat Flora yang tertidur pulas, Reno memesan service room untuk makan malam mereka. Makanan yang dipesan tiba, dengan perlahan dia membangunkan Flora. Betapa kagetnya Flora ketika melihat semua barang mereka telah dimasukkan dalam koper. Dengan tersipu malu Flora meminta maaf karena sangat lelah.
Setelah makan malam, mereka ke lobbi hotel . Reno menyelesaikan check out dan mobilpun sudah siap di depan untuk berangkat ke setasiun Paris Gare de Lyon menuju ke Swiss. Naik kereta malam dari Paris ke Swiss. Selama perjalanan Flora memandang ke luar jendela kereta, Reno malah tertidur nyenyak di sampingnya. Setelah melalui perjalanan sekitar empat jam lebih , mereka tiba di stasiun Zurich Central Station, Swiss. Begitu turun dari kereta dan memasuki setasiun yang bersih , mereka dijemput oleh seorang pria berpostur tinggi dengan matanya yang biru sedalam lautan.
“ Selamat pagi Monsiur Reno, saya akan mengantar anda dan isteri.” katanya dengan sopan.
Flora kagum mendengar pria itu berbahasa Indonesia, ternyata dia pernah menjadi chef di sebuah hotel yang cukup terkenal di Nusa Dua.
Sepanjang jalan, Swiss memamerkan panorama alam dan keindahan yang memukau. Langit yang biru, gunung menjulang tinggi, udara yang bersih memberikan energi bahagia di wajah Flora. Flora membuka jendela mobil , terpukau atas pemandangan indah yang terbentang di depan. Mobil melintasi kota Zurich yang indah, alamnya menyegarkan dan tenang keluar kota dan nampaklah pinus-pinus berjejeran sepanjang jalan, Tidak lama mereka memasuki hutan, melalui jalan yang berkelok-kelok menghantam salju yang turun.
Flora melihat ke jendela merasakan suatu petualangan yang mencekam melalui jurang yang menganga di sampingnya.
"Cantik sekali pemandangannya, tapi menakutkan melihat jurang menganga di kiri kanan jalan, " bisik Flora, ada nada ketakutan.
“Kita akan ke tempat yang sangat indah.” bisik Reno.
Mobil memasuki hutan pinus yang lebat, dari jauh terlihat sebuah cabin di atas bukit, semakin mendekat terlihat cabin berbentuk segitiga di kelilingi pohon pinus, bunga-bunga liar bercampur dengan bunga mawar. Nampak asap keluar dari cerobong asap.
Dua jam lebih perjalanan dari Zurich mereka sampai di tempat yang menampilkan panorama yang sangat indah di atas bukit. Sepanjang mata memandang mereka melihat hutan pinus di bawah dan danau yang seolah-olah menyembunyikan dirinya di antara hutan pinus.
"Rasanya seperti di surga, " bisik Flora.
"Surga kita berdua." bisik Reno
Sampai di cabin, udara dingin menusuk tulang membuat Flora terus menempel pada Reno. Bau kayu pinus dan ketika memasuki cabin, aroma kopi menyambut mereka. Nampak ibu muda , orang Indonesia menyambut mereka.
“Selamat datang, selamat berbulan madu tuan dan nyonya Reno, silahkan menikmati bulan madu di cabin kami yang kecil. Sudah tersedia makanan hangat di penghangat makanan dan kopi siap diseduh.” katanya dengan sopan.
Suami isteri saling memandang , berciuman , kemudian mereka pamit meninggalkan Flora dan Reno.
Kesunyian di cabin , suhu udara yang dingin membuat Flora meringkuk manja di dalam dekapan Reno. Suara angin berderu di antara pohon-pohon pinus , suara air mengalir entah di mana memecah ketenangan membuat suasana di cabin terasa misterius.
“Reno…?”
“Mmm…”
“Mengapa kamu pilih tempat bulan madu jauh dari keramaian ?” tanya Flora.
"Aku ingin hanya ada kau dan aku, kita bisa berbulan madu sepuas-puasnya, di huta ini. Hanya kita berdua penghuni hutan saat ini," Jawab Reno.
“Tempatnya romantis, jauh dari keramaian, aku bisa menjerit sepuas-puasnya?” bisik Flora menggelanjut manja di bahu Reno.
Reno menatap Flora dengan tatapan liar membuat Flora mengkerut ketakutan, Kenapa dia menatapku dengan hasrat tapi ada keliaran di matanya? Apakah yang di depanku suamiku, Reno? Batin Flora.
Sekilas perkataan ibu Megawati berkelebat di kepala Flora, masuk ke dalam otak Flora, “Reno itu psikopat, nikmatilah pernikahanmu, aku jamin belum sebulan kamu minta cerai atau dia menceraikanmu !"
“Aku ingin mengungkapkan sisi gelap dari hidupku sebelum bulan madu kita berakhir. " kata Reno.
“Sisi gelapmu ?” tanya Flora , tengkuknya langsung merinding.
“ Sisi gelapmu ? Tentang apa? "tanya Flora. “ Mmm… terlihat senyum liar di ujung bibir Reno. Setelah kau tahu, saya serahkan semuanya padamu.” katanya sambil membuka seluruh bajunya , dalam ketelanjangannya dia mengambil semacam pecut dari ranselnya, menyerahkan kepada Flora yang menerimanya dengan penuh tanda tanya. “ Whip me!” perintahnya. “ ????" “ Pukuli seluruh tubuhku dengan yang kau pegang !" perintahnya tegas. “ Reno …?” “ Whip me now !” raung Reno. “ Tidak mau !” jerit Flora. Dengan kasar Reno mengambil cambuk dari tangan Flora memukul dirinya. Nampak punggungnya dan dadanya di penuhi dengan ruam-ruam menyisakan luka-luka bergaris-garis. Flora menutup wajahnya , betapa kagetnya ketika tubuhnya direngkuh Reno dengan kasar dan membuka seluruh baju yang dipakainya , memaksanya berhubungan intim. Flora menolak , tapi Reno memaksa dengan kekerasan melakukannya dengan paksa membuat Flora menjerit. Jeritannya terdengar di dalam cabin kecil . Erangan Reno , jeritan Flora d
Perkataan Reno membuat perut Flora serasa ditonjok, akal sehatnya hilang, Flora membanting tubuhnya berkali -kali di tempat tidur sebagai wujud kekecewaan dan kekesalannya. Sepanjang malam, dia tidak bisa tidur di kasur ukuran besar, empuk menyisakan body lotion Reno di kasur, mengunci kamar tidur, tidak ingin Reno masuk ke dalam kamar tidur , tidak peduli dimana Reno tidur. Hatinya tercabik-cabik setelah mendengar pengakuan Reno serta kebohongannya bahwa isterinya meninggal. Waktu mendapatkan info dari Reno bahwa isterinya meninggal ada kelegaan di hati Flora, berarti pernikahannya aman. Tidak ada mantan isteri yang akan memporak porandakan rumah tangganya. Ada ketakutan, kecemasan , kegelisan ketika Reno mengakui bahwa Irene meninggalkannya dengan dua anak yang masih kecil. Sejenak ditatapnya langit-langit kamar, impuls Flora membanting tubuhnya berkali -kali di tempat tidur sebagai wujud kekecewaan dan kekesalan Terjadi perdebatan antara hati nurani dengan otak kecilnya , mengg
Setelah sarapan Reno terlihat sibuk di laptopnya, mengetik sesuatu, kemudian mengirim hasil ketikannya. Flora membiarkan Reno dalam kesibukannya. Tidak lama email di ponsel Flora berbunyi. Dibukanya ponselnya, matanya terbelalak membaca isi email. “ Reno..” “ Hum..” “ Ini kotrak yang kamu bicarakan kemarin? “ tanya Flora. “ Aku serius, aku tidak main-main karena aku melihat keraguan ada pada dirimu. Flora aku ingin berubah, aku ingin hidup normal dan melakukannya hubungan kita dengan normal. Aku tidak ingin selama masa pernikahan kita ada ketakutan dan keraguan dalam dirimu. Aku sangat mencintaimu, bantulah aku untuk bisa berubah.” Pinta Reno. “ Tapi aku tidak nyangka sedemikian cepat kamu membuat kontraknya.” “ Apakah kamu tidak menyesal memberikan sebagian dari kekayaanmu kepadaku? Apakah kamu tidak memikirkan sewaktu-waktu Irene yang kau bilang sudah meninggal, hidup kembali dan merongrong kekayaanmu? Meminta Liza dan Ami?” tanya Flora. “ Untuk itulah aku persiapkan segala
Flora , Liza dan Ami sibuk bercerita di kamar tidur Flora dan Reno. Tempat tidur besar dan nyaman serta hangat membuat mereka sulit untuk berpisah. Reno memandang mereka bercerita tentang rencana yang disusun bersama daddy dan uncle Krishna dengan penuh tawa, ceria bahkan saling berpelukan. “ Uncle Krishna cool, he can make this surprise work.” seru Liza. “ Yeeee ! “ seru Ami. “ Hello ladies, it is time for breakfast. Uncle Krishna already waiting for us in the dinning room .” Seru Reno. Flora, Liza dan Ami turun dari tempat tidur, Flora merapikan rambutnya , blus dan celana jinsnya, diikuti Liza dan Ami. “ You look beautiful ,” bisik Liza memandang Flora. “ Thankyou, “ kata Flora sambil memeluk Liza. “ Both of you are beautiful too.” Bisik Flora. Sesampai di restoran hotel , Krishna sudah menunggu mereka. Flora yang melihat Krishna langsung memeluk pundaknya. “ Thank you for delivering my two angels” kata Flora. “ They are cute little angels,” jawab Krishna. “ Uncle Krishna
Setelahnya Reno tidak pernah menelpon Flora. Biasanya pagi, siang, sore dan malam , tak putus-putusnya dia menelpon tanpa henti. Apa saja ditanyakan. Hanya malam saja ia menelpon, menanyakan keadaan dan kerinduannya pada Flora.Jedanya Reno menelpon , Flora memutuskan untuk menyampaikan kepada Mamanya bahwa dia sedang jatuh cinta.“Kau pulang cepat, Flora ? Biasanya jam begini kau belum pulang, banyak alasan yang kau pakai jika mama bertanya.” Cicit mamanya dengan tatapan penuh tanya.Karena Flora tidak menjawab, mamanya bertanya lagi, “Apakah lantai di kantormu sudah selesai kau ukur?“ canda Mamanya.Flora yang sedang berdiri di ambang pintu, memandang Mamanya lama sekali, Apa yang akan kukatakan pada mama ?, batinnya.“Ada yang tidak beres, sayang?” tanya mamanya.“Hmm.. apakah menu makan malam kita ?” tanya Flora.“Oh, mama belum masak untuk malam. Takut nanti kamu tidak makan malam,”“Kalau begitu, aku ajak mama kencan. Kita berdua saja. Aku lagi kepingin makan ayam baka
Sebulan kemudian Flora tiba di bandara Changi, Reno menjemput Flora bersama kedua anak gadisnya. Mereka anak gadis yang cantik. Liza mengambil profil bapaknya, dagu terbelah dua dan mata biru yang bersinar penuh kejenakaan. Ami, pasti mengambil profil ibunya, lembut dengan mata coklat dan dagu yang runcing. Flora kaget ketika Liza dan Ami memeluknya erat-erat, rupanya setiap bertemu dengan Reno diakhir pekan , Reno selalu cerita tentang Miss Flora dan memperlihatkan foto Flora di ponselnya .Flora sering mengirim foto yang sedang selfie disetiap aktivitas dan terakhir foto ketika mereka jalan-jalan di Tunjungan dan berpose bersama mama di rumah Flora. “Miss ,you are beautiful and kindness. Daddy, said that he love you, so me and Ami will love you too “ kata Liza. “May, I give you I big hug ? “ tanya Ami. Mendengar perkataan dan pertanyaan polos kedua anak Reno, Flora terharu dan tak terasa airmatanya berlinang, dipeluk dan dicium kening mereka dengan lembut. Mereka begitu
Reno tegas mengatakan bahwa dia akan menyiapkan semua hal yang berkaitan dengan pernikahan, tempat pesta , event organizing, bulan madu semuanya dia yang atur. Flora hanya tinggal menerimanya. Kembali sikap dominannya muncul. Flora protes ,mengatakan bahwa yang menikah mereka berdua, jangan semuanya dibebankan pada Reno. Flora tahu Reno mempunyai keuangan yang kuat sebagai pemilik perusahaan konstruksi yang terkenal di Singapura. “Ini pernikahanmu yang pertama, kau harus terlihat bahagia. Bagiku untukmu berapapun uang yang kukeluarkan tidak masalah.You are everthying for me.” Tegas Reno. “But…” “Flora, don’t argue me !” Karena kesal Flora menutup pembicaraan, mematikan ponselnya, " Belum menikah sudah mau mengatur semua keinginanku !Setelah menikah kehidupanku diatur. " Flora mendumel. Reno di kondominiumnya di Singapura gelisah, Flora mematikan ponselnya. Satu-satunya bisa menghubungi Flora hanya melalui ponselnya yang langsung dimatikan Flora. “ Oh my goodness,” kata Reno
Flora kembali ke alam sadar, setelah beberapa jam dalam pikirannya melanglang buana sejak pertemuan pertama dengan Reno sampai ketika Reno melamarnya di depan keluarga berakhir dengan marahnya ibu Megawati karena obsesinya memiliki Reno terhempas karena menurut ibu Megawati dia telah merebut Reno. Segera Flora mengeluarkan ponselnya dari tas jinjing menghubungi Reno. Tidak ada sambungan , malah jawaban “ Nomor yang anda kunjungi sedang diluar jangkauan” jawaban yang diperolehnya beruntun. Tidak lama Reno menelponnya, “Honey, ada apa menelponku terus menerus?” tanyanya. “Hum,saya mau lapor bahwa saya belum mendapat jawaban apakah bisa mendapatkan cuti.” kata Flora. Terdengar helaan napas panjang Reno. “Honey, aku menawarkanmu dua opsi. Opsi A, jika kau mendapatkan hak cutimu dua belas hari, pernikahan kita tetap berjalan, kita tetap berbulan madu. Opsi B, jika kau tidak mendapatkan hak cutimu dua belas hari, pernikahan kita tetap berjalan , kita tetap berbulan madu dan kamu la