Share

BAB 12. KEANEHAN RENO

Paris memiliki sejumlah spot , mempunyai nuansa dengan energi yang memancarkan energi romantis dan eksotik bagi mereka yang sedang berbulan madu. Reno yang faham dengan tempat-tempat yang romantis karena pernah dikunjunginya mengajak Flora di hari kedua, pada etape kedua bulan madu untuk mengukir kenangan indah bulan madu mereka.

“ Hari ini kita ke Pont des Arts, jembatan gembok cinta.” kata Reno ketika mereka sarapan di restoran hotel.

“ Hmm… seperti saran supir taxi sewaktu kita dari bandara?” tanya Flora.

“ Yes.” seru Reno, memandang Flora yang pagi terlihat cantik dengan memakai gaun panjang setengah lutut dengan sepatu bot, rambutnya digelung di bawah tengkuk lehernya.

“ Kamu tambah hari tambah cantik.” bisik Reno.

“ Karenamu.” jawab Flora.

“ Aku ??” tanya Reno tidak percaya.

“Kau selalu bisa memenuhi keinginanku…..” bisik Flora.

“Mmm…. ??”

“ Setiap hari aku jatuh cinta padamu, setiap hari kau memberi aku cinta, hadiah, pujian dan kepuasan, membuat aku bahagia . Kebahagiaan terpancar dari dalam diriku, membuat aku terlihat cantik. Baru lima hari kita berbulan madu, aku sudah bahagia banget. “ kata Flora sambil merengkuh tangan Reno yang sedang memotong roti.

Ada setitik air mata di ujung mata Flora. Airmata kebahagiaan.

“ Aku tidak pernah memimpikan mendapat kemewahan darimu. Sejak pertemuan pertama kita di jalan Jaksa sampai sekarang, setiap hari ada saja kemewahan yang kau berikan. Tidak saja hadiah, perhatian dan cintamu Ren, tapi ketulusanmu berbungkus kemewahan membuatku tak ingin hilang dari kalbuku yang terdalam.” bisik Flora tak kuasa menahan airmata yang jatuh ke pipinya.

Reno membungkuk menghapus airmata di pipi Flora, lalu pindah duduk di samping Flora.

“ Aku mencintaimu lebih dari segalanya, kau hidupku, kau nyawaku tanpamu aku bisa gila.” bisik Reno.

“ Setiap saat aku selalu menginginimu” bisiknya parau.

Mata mereka bertatapan  ada kilatan  cinta, ketulusan dan hasrat. Tanpa dikomando mereka berdiri menyisakan sisa makanan , meninggalkan restoran kembali ke kamar mereka. Gairah mereka rupanya ingin dipuaskan saat itu, apakah tuntutan gairah bulan madu , tuntutuan gairah naluri mereka atau tuntutan gairah cinta mereka yang luar biasa?

Sejam mereka di kamar menyelesaikan hasrat dan gairah mereka sempat membuat Flora menjerit nikmat.

Keluar dari hotel dengan aura kebahagiaan nampak di wajah mereka, sambil mengaitkan jari-jari mereka, tubuh mereka terlihat saling menempel menuju Pont des Arts, jembatan khusus pejalan kaki yang melintasi sungai Seine.

“ Dahulu jembatan ini terkenal dengan gembok cinta, love padlock-nya. Rupanya kampanye Love without Locks tahun 2014 telah menghilangkan gembok-gembok cinta.” kata Reno mengikuti gaya pemandu wisata.

“Monsieur,  kita bisa berswafoto ?” tanya Flora.

“ Bien sûr “ jawab Reno , memasang kamera tustelnya.

 Mereka lalu swafoto di jembatan yang masih menyisakan energi romantisnya, berciuman, berangkulan dan saling menatap mesra.

Dari sana mereka ke Notre-Dame, melalui Pont au Double, jembatan besi cor. Mereka bisa melihat katedral Notre-Dame yang berjarak 100 meter dengan berjalan santai sambil melihat pemandangan sungai Seine. Flora memandang kagum katedral Notre-Dame yang terkenal dengan arsitektur Gothik Perancis. Setelah berkeliling sekitar lokasi katedral dan berswafoto , pandangan Flora beralih ke patung yang terletak tepat di depan katedral. Setelah puas berswa foto, Flora meminta ijin ke Reno ingin berdoa di dalam katedral. Reno kemudian menyilahkan Flora duduk dan dia mengantri agar bisa masuk ke dalam gereja.

Setelah berdoa sejenak sambil mengagumi keindahan arsitektur dalam gereja yang amazing , Reno mengajak ke Shakespeare and Company Bookstore yang terletak di pusat keramaian di antara toko souvenir dan restoran.

“Aku pernah beli novel The Hunchback of Notre Dame karangan Victor Hugo terjemahan bahasa Inggris. Ada juga filmnya, tapi aku tidak pernah nonton.” seru Reno ketika mereka menyusuri toko buku.

“Mmm… novelnya dibuat film. Mama Sisca punya novelnya dan katanya dia pernah nonton filmnya.” kata Flora.

“Kita jangan terlalu lama di sini, malam kita naik kereta ke Swiss.” kata Reno.

“Malam ini ? Kau sudah pesan tiket?” tanya Flora.

“Sudah, tinggal print di hotel atau di stasiun.” jawab Reno.

“Kau selalu penuh kejutan.” kata Flora.

“Tunggu kejutan berikutnya.” kata Reno.

"Mmm... Kekasihku selalu penuh kejutan." bisik Flora.

Sampai di hotel, Flora membaringkan tubuhnya sejenak dengan maksud dia akan membereskan koper mereka setelah rasa penatnya hilang. Karena lelah, dia tidak tahu bahwa dia tertidur, Reno yang sibuk dengan ponselnya menoleh ke tempat tidur  tersenyum mendengar dengkuran halus Flora. Setelah sibuk dengan ponselnya, dia memungut baju mereka yang berserakan di lantai karena sebelum jalan-jalan mereka sempat berhubungan intim, memasukkan makeup Flora , parfumnya yang tergeletak di meja rias ke tas jinjing pribadi Flora.

Melihat Flora yang tertidur pulas, Reno memesan service room untuk makan malam mereka. Makanan yang dipesan tiba, dengan perlahan dia membangunkan Flora. Betapa kagetnya Flora ketika melihat semua barang mereka telah dimasukkan dalam koper. Dengan tersipu malu Flora meminta maaf karena sangat lelah.

Setelah makan malam, mereka ke lobbi hotel . Reno menyelesaikan check out dan mobilpun sudah siap di depan untuk berangkat ke setasiun Paris Gare de Lyon menuju ke Swiss. Naik kereta malam dari Paris ke Swiss. Selama perjalanan Flora memandang ke luar jendela kereta, Reno malah tertidur nyenyak di sampingnya. Setelah melalui perjalanan  sekitar empat jam lebih , mereka tiba di stasiun Zurich Central Station, Swiss. Begitu turun dari kereta dan memasuki setasiun yang bersih , mereka dijemput oleh seorang pria berpostur tinggi dengan matanya yang biru sedalam lautan.

“ Selamat pagi Monsiur Reno, saya akan mengantar anda dan isteri.” katanya dengan sopan.

Flora kagum mendengar pria itu berbahasa Indonesia, ternyata dia pernah menjadi chef di sebuah hotel yang cukup terkenal di Nusa Dua.

Sepanjang jalan, Swiss memamerkan panorama alam dan keindahan yang memukau. Langit yang biru, gunung menjulang tinggi, udara yang bersih memberikan energi bahagia di wajah Flora. Flora membuka jendela mobil , terpukau atas pemandangan indah yang terbentang di depan. Mobil melintasi kota Zurich yang indah, alamnya menyegarkan dan tenang keluar kota dan nampaklah pinus-pinus berjejeran sepanjang jalan, Tidak lama mereka memasuki hutan, melalui jalan yang berkelok-kelok menghantam salju yang turun.

Flora melihat ke jendela merasakan suatu petualangan yang mencekam melalui jurang yang menganga di sampingnya.

"Cantik sekali pemandangannya, tapi menakutkan melihat jurang menganga di kiri kanan jalan, " bisik Flora, ada nada ketakutan.

“Kita akan ke tempat yang sangat indah.” bisik Reno.

Mobil memasuki hutan pinus yang lebat, dari jauh terlihat sebuah cabin di atas bukit, semakin mendekat terlihat cabin berbentuk segitiga di kelilingi pohon pinus, bunga-bunga liar bercampur dengan bunga mawar. Nampak asap keluar dari cerobong asap.

Dua jam lebih perjalanan dari Zurich mereka sampai di tempat yang menampilkan panorama yang sangat indah di atas bukit. Sepanjang mata memandang mereka melihat hutan pinus di bawah dan danau yang seolah-olah menyembunyikan dirinya di antara hutan pinus.

"Rasanya seperti di surga, " bisik Flora.

"Surga kita berdua." bisik Reno

Sampai di cabin, udara dingin menusuk tulang membuat Flora terus menempel pada Reno. Bau kayu pinus dan ketika memasuki cabin, aroma kopi menyambut mereka. Nampak ibu muda , orang Indonesia menyambut mereka.

“Selamat datang, selamat berbulan madu tuan dan nyonya Reno, silahkan menikmati bulan madu di cabin kami yang kecil. Sudah tersedia makanan hangat di penghangat makanan dan kopi siap diseduh.” katanya dengan sopan.

Suami isteri saling memandang , berciuman , kemudian mereka pamit meninggalkan Flora dan Reno.

Kesunyian di cabin , suhu udara yang dingin membuat Flora meringkuk manja di dalam dekapan Reno. Suara angin berderu di antara pohon-pohon pinus , suara air mengalir entah di mana memecah ketenangan membuat suasana di cabin terasa misterius.

“Reno…?”

“Mmm…”

“Mengapa kamu pilih tempat bulan madu jauh dari keramaian ?” tanya Flora.

"Aku ingin hanya ada kau dan aku, kita bisa berbulan madu sepuas-puasnya, di huta ini. Hanya kita berdua penghuni hutan saat ini," Jawab Reno.

“Tempatnya romantis, jauh dari keramaian, aku bisa menjerit sepuas-puasnya?” bisik Flora menggelanjut manja di bahu Reno.

Reno menatap Flora dengan tatapan liar membuat Flora mengkerut ketakutan, Kenapa dia menatapku dengan hasrat tapi ada keliaran di matanya? Apakah yang di depanku suamiku, Reno? Batin Flora.

Sekilas  perkataan ibu Megawati berkelebat di kepala Flora, masuk ke dalam otak Flora, “Reno itu psikopat, nikmatilah pernikahanmu, aku jamin belum sebulan kamu minta cerai atau dia menceraikanmu !"

“Aku ingin mengungkapkan sisi gelap dari hidupku sebelum bulan madu kita berakhir. " kata Reno.

“Sisi gelapmu ?” tanya Flora , tengkuknya langsung merinding.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status