Hari bahagia yang ditunggu Flora tibalah. Flora memandang gaun pengantin yang berwarna putih , polos, dia membayangkan jika sewaktu bergerak maju ke depan altar, gaun pengantinnya akan menjulur menyapu karpet merah di gereja.
Perias pengantin mulai merias wajah Flora selanjutnya membuat sanggul mungil yang tergantung anggun di belakang kepalanya. Terakhir gaun pengantin . Flora memperhatikan penampilannya dari balik cermin, gaun pengantin dengan makeup tipis membuatnya terlihat berbeda.
“Cantik dan anggun.” bisik mbak Selina , perias pengantin yang juga merias mbak Maya waktu menikah.
Dibantu mbak Valeri ,mama memasang kerudung pengantin, wedding Veil dari bahan tile halus dipadukan dengan rangkaian bunga mungil dari satin yang akan menghias di atas kepalanya . Mama memandang Flora penuh kasih
“Anakku cantik sekali, tersenyumlah di hari bahagiamu sayangku," katanya sambil menggenggam tangan Flora erat-erat.
Terakhir mama mengalungkan kalung mutiara pemberian Reno terlihat begitu menawan di leher Flora yang jenjang. Pintu kamar diketuk halus, Liza dan Ami masuk ,memandang Flora dengan kagum.
“Dad, gave this to you Miss Flora. You wear with the wedding dress,” kata mereka sambil mengulurkan kotak merah.
Nampak kalung platina dengan liontin dengan huruf RF berhiaskan berlian, kilauannya terpancar terkena sinar matahari yang masuk melalui celah-celah gorden tipis.
Mama mengeluarkan kalung mutiara memasang kalung liontin RF di leher Flora. Semua mata yang ada di kamar memandang Flora dengan takjub.
Apakah karena aku terlihat cantik , ataukah karena kalung dengan liontin berlian yang membuat mereka takjub? batin Flora.
“Mbak Flora cantik, anggun dan elegan.” Puji Valerie.
“Mbak , nanti pada acara resepsi jacket brokatnya dibuka, nanti saya akan bantu membukanya, biar mbak Flora terlihat seksi pada acara resepsi. “ katanya lagi.
“Nah, kita ke kapel, Reno pasti sudah gelisah menunggu pengantinnya .” kata mama.
Dengan hati berdebar penuh kebahagiaan Flora memasuki kapel , sinar matahari pagi yang lembut menembus kaca jendela kapel menyinari para undangan yang sumringah memandang kecantikan Flora . Flora menggamit lengan paman Jhon, adik papa yang menggantikan papa yang telah meninggal lima tahun yang lalu. Reno menunggu di altar, diapit Liza dan Ami. Koor dengan diiringi saxophone , mengalun syahdu menyanyikan lagu The Prayer mengiringi pengantin perempuan menuju ke altar.
Reno terlihat tampan , dibalut jas putih dilengkapi tuxedo membuatnya semakin tampan. Ia menebar senyum bahagia, menampakkan kedua lesung di pipinya. Oh. Tuhan, terima kasih , Engkau memberiku lelaki yang tampan , baik hati dan penyayang. Aku akan menjadi isteri dan ibu yang baik, di bawah perlindunganMu , batin Flora , berjalan menuju ke altar.
Pada saat mengucapkan janji perkawinan, Flora berjanji akan menjadi isteri dan ibu yang baik bagi kedua anak Reno. Reno memagut tangan Flora erat - erat , meneteskan airmatanya, akhirnya Reno terisak-isak. Dengan lembut Flora menenangkannya , “Sssh ….,” bisiknya , mengambil tisu yang diberikan pengiring pengantin , menyeka air mata Reno.
Setelah upacara sakral di kapel, pengantin beserta seluruh undangan menuju ke taman yang telah disiapkan event organizer. Tempat pestanya adalah taman yang luas, dihiasi bunga mawar putih, hijau kesukaan Reno , kain-kain putih bercorak Bali melingkar di setiap pohon. Flora terpesona memandang pemandangan indah di bawah , debur ombak ditingkahi hembusan angin laut membuat suasana begitu romatis ditambah suara saxophone yang mengalunkan lagu The Moment ketika pengantin baru memasuki arena pesta. Selama pesta tak putus-putusnya suara saxophone mengalun romantis membuat seluruh undangan hanyut dalam suasana romantis.
Dengan berbisik Flora mengatakan pada Reno , pestanya sangat indah terutama saxophonenya membuat suasana menjadi semakin romantis.
“I’m very glad you like it.” katanya sambil mencium Flora.
Suasana pesta penuh kekerabatan, makanan dan minuman tak henti hentinya mengalir di antara tamu undangan. Sampailah pada acara puncak yaitu potong kue pengantin , ciuman pengantin dan lemparan bunga pengantin pasti dinantikan oleh para lajang, terutama lajang wanita.
“Ladies and gentlemen, tibalah saat yang akan dikenang oleh kita semua yang hadir, khususnya kedua pengantin. Acara puncak, pemotongan kue pengantin, hmm …. Ciuman pengantin dan bunga yang akan dilemparkan pengantin akan segera dimulai.”kata Master Ceremony.
Tepuk tangan membahana diiringi saxophone, mengalunkan lagu “The Moment “ mengiringi Reno dan Flora memotong kue , saling menyuap , membagikan kue kepada orang yang dihormati, dimulai dari Mama dan tante Reno yang datang dari London. Tibalah moment yang sangat dinantikan adalah ciuman pengantin, Reno memeluk Flora , kedua tangan Flora dipundak Reno. Dengan penuh cinta mereka saling mencium dan mengulum.
Para undangan tertawa bahagia melihat cinta mereka kemudian semua gadis dan jejaka mendekat untuk menangkap bunga yang akan dilempar Flora .Sambil menutup mata , Flora melempar bunga ke belakang dan terdengar pekikan gembira. Mirna, sahabat Flora yang tinggal di Semarang memegang bunga pengantin dengan tersenyum bahagia.
Setelah acara yang sangat melelahkan Reno dan Flora memutuskan segera kembali ke hotel. Tamu - tamu protes mengapa mereka cepat meninggalkan acara resepsi. Pengantin harus membuka acara dansa diikuti oleh para undangan. Reno menggamit Flora , mengajaknya ke tengah taman yang dibuat indah sekali untuk arena dansa . Setelah dua putaran diam - diam mereka meninggalkan arena dansa, langsung menuju kamar hotel khusus buat pengantin.
Reno membuka pintu kamar hotel dan menggendong Flora ala bridal, “Saya sudah tidak sabar… ingin memilikimu,” gumamnya.
Mereka duduk di tempat tidur sambil menatap mesra , dari jauh terdengar saxophone mengalunkan lagu ‘The power of love ‘ membelai telinga mereka. Reno suka sekali memberi surprise buat orang yang dicintainya. Sejak berkenalan dengan Flora, sampai saat mereka menikah sudah tak terhitung hadiah dan surprise yang diberikan kepada Flora. Mereka baru sadar bahwa mereka duduk di tengah taburan mawar merah. Reno tak puas - puasnya menatap , mengelus, meraba dan mengecup Flora . Flora menikmati momen yang diimpikan selama ini.
Selama lima belas menit mereka duduk dengan saling meraba, mengelus dan mengulum, Reno mengecup leher Flora , kemudian beralih ke telinga Flora.
“Aku sangat ingin memilikimu, apakah kamu siap ?” bisik Reno.
Mendengar bisikan Reno, Flora tersenyum , dengan malu-malu dia berkata,“Ada penghalang di antara kita.” Kata Flora menahan senyum
“Apa ? penghalang? Siapa menghalangi?” tanya Reno dengan tatapan marah dan kecewa.
“Gaun pengantinku dan baju pengantinmu.” Desah Flora yang sudah tidak mampu menahan tawa dibarengi hasrat serta gairah yang ingin dilampiaskan..
“Aku akan melucuti baju pengantinmu yang membuatmu sesak sepanjang hari.” Kata Reno tertawa terbahak-bahak.
Diawali melepaskan veil dibantu Flora yang melepaskan bunga-bunga kecil, kemudian dengan mesra dan perlahan dibukanya gaun pengantin yang terdiri dari beberapa bagian.
“Pantas kamu kegerahan, tapi kamu terlihat cantik sekali sampai aku menelan ludah ketika kau memasuki kapel,” kata Reno mengakuinya.
“Mendekatlah, saya akan membantumu melepaskan jas dan tuxedomu. “ kata Flora berbisik.
“Nyonya Reno, celananya sekalian, jangan setengah-setengah. “ canda Reno tertawa menampakkan kedua lesung pipinya.
“Baik tuan Reno, sebagai isterimu ini tugas pertama yang kulakukan untuk suamiku tercinta,” kata Flora sambil tertawa.
Reno memandang Flora dengan takjub, pemandangan indah di depannya sungguh menggiurkan hatinya, tubuh molek dibalut bra dan panti warna putih suatu perbandingan yang sangat kontras dengan kulit Flora yang agak kecoklatan. Ditambah dengan ulah Flora yang tidak sengaja melepaskan sanggul kecil dan mengibaskan rambutnya yang panjang ke belakang .
Flora memandang tubuh di depannya, Reno hanya mengenakan boster yang terlihat tidak mampu menampung miliknya yang terlihat berkedut-kedut. Flora terpana , baru pertama dia bersama pria dalam satu kamar, setengah telanjang.
Mereka saling menatap, mengagumi tubuh yang ada didepan mereka. Reno sudah tidak sabar, diciuminya leher Flora, ujung lidahnya menelusuri kulit lembut sampai ke bawah telinga Flora.
“Kau membuat badanku panas dingin.” Bisik Reno.
“Apa? Suara Flora parau karena tangan Reno menekan tubuh Flora ke arah tubuh Reno. Digigitnya telinga Flora,”Kau menggemaskan !”
Flora mendesah ketika tangan Reno merayap ke perutnya yang datar, “Oh… Reno” desah Flora.
Reno mengangkat lalu menggendong tubuh Flora , dengan lembut dan hati-hati diturunkannya Flora ke atas tempat tidur yang besar, membaringkan tubuhnya di samping Flora.
Reno menatap Flora yang menatapnya penuh hasrat, merapikan rambut Flora dari pipinya, mengecup kening Flora,”Flora aku menginginimu.” Bisiknya parau.
Flora menatapnya, dia tidak meminta ijin, permohonannya menunjukkan sikap ingin memilikiku, batin Flora.
Reno mencium , mengulum bibir Flora disambut oleh Flora. Mereka saling mengulum, mempermainkan lidah mereka, tangan Reno melepaskan kaitan bra, terpesona dengan kedua bukit yang langsung terpampang di depannya, diciuminya, dibelai , kadang-kadang menggigit putting Flora yang berdiri tegak seolah -olah menantang Reno untuk mengigit dan menghisapnya.
Sebagai orang yang berpengalaman Reno tahu titik - titik mana yang membuat wanita terangsang. Sensasi yang dibuatnya membuat Flora kehilangan arah, bergerak tak menentu , berusaha memagut tubuh Reno erat-erat seolah-olah tak ingin melepaskannya. Hasrat yang bangkit dalam dirinya bagaikan pusaran angin yang langsung berkumpul di titik-titik sensitif Flora, menciptakan ledakan-ledakan kecil tak terkendali , membuat miliknya berkedut, menuntut lebih dari sekedar remasan, belaian dan jilatan.
Flora menggelinjang penuh gairah, dilanda hasrat yang belum pernah dia rasakan membuat Flora terangsang , mencoba mengikuti irama permainan cinta Reno yang semakin liar dan panas. Reno menanggalkan panties Flora dari kaki Flora yang panjang, berbisik memuji keindahan kaki Flora yang tidak pernah membayangkan ketika Reno menjilat seluruh tungkai kaki terus menyelusuri ke atas pahanya. Reno berhenti sejenak melepaskan bosternya dengan kakinya kemudian mengkungkung Flora dengan tekanan kuat.
Reno menempatkan tubuhnya di atas tubuh Flora yang memejamkan matanya , ada perasaan malu ketika dia merasakan milik Reno mengeras di pahanya. Flora membuka matanya, betapa kagetnya melihat milik Reno. Wajahnya bersemu merah karena malu.
Reno tersenyum melihat ekspresi wajah Flora,”His name dick, he will satisfy you.” Bisik Reno bergerak dan menemukan yang dicarinya lalu mendorong perlahan masuk ke dalam milik Flora.Tangan Flora menekan paha Reno dan pinggulnya yang diangkat membuat Reno langsung menancapkan dengan hebat.
Flora meringis kesakitan, tapi hanya sebentar kemudian rasa sakit menghilang. Flora tenggelam dalam pengalaman nikmat yang menggetarkan hatinya. Tubuh mereka bersatu, persatuan bukan hanya peleburan dua tubuh melainkan kesatuan cinta mereka. Selama tubuh mereka bersatu Reno tidak putus-putusnya mencumbunya, menghentak kuat dan keras membuat Flora merasakan dirinya tergelincir ke alam kenikmatan yang menggairahkan.
“ Reno! “ jeritnya.
“ Honey, ya.. ya.. jangan ditahan, bergeraklah bersamaku.” Bisik Reno.
Flora sudah tidak malu-malu , nalurinya yang berbicara, dia bergerak mengikuti irama Reno di atasnya, mendesah, mengerang , menjerit ketika tubuh mereka yang bersatu melayang, menggelepar dan berkelonjotan.
Malam pengantin yang panjang penuh gairah dengan suara erangan dan lenguhan panjang yang tiada henti memecah kesunyian kamar. Saat desakan itu menjadi kuat dan akhirnya meledak, menimbulkan kelegaan serta kepuasan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Reno menatap Flora yang malu-malu dalam dekapan Reno.
“Masih perawan? Aku menikah dengan perawan berumur tiga puluh tahun, suatu yang aneh dijaman sekarang.” Kata Reno menggeleng-gelengkan kepalanya , terkagum-kagum melihat isterinya yang menatapnya kebingungan.
“Apakah baru pertama kali ini kamu mendapatkan perawan?” tanya Flora.
“Hmm.. ketika menikah dengan Irene dia sudah tidak perawan.”
“Kamu tidak mempermasalahkan ?” tanya Flora.
“Perawan atau bukan, tidak masalah yang penting bisa memuaskan satu sama lain.”
“Tapi aku sekarang tidak perawan.”
“Aku yang membuat kamu tidak perawan.” Bisik Reno di telinga Flora, menggigitnya dengan gemas.
“Honey, kamu puas?” tanya Reno.
Flora tidak menjawab, memasukkan kepalanya ke leher Reno.
“Kau pasti ingin mengulanginya setiap waktu, kita akan melakukannya setiap saat. Aku akan memberimu kepuasan, aku tidak ingin hanya aku yang puas tapi kau juga. Kita harus mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. ” Bisik Reno lalu tertidur lelap.
Tuhan, terima kasih, Engkau memberiku suami yang baik , yang tidak saja ingin dirinya terpuaskan tapi ia ingin aku juga terpuaskan, batin Flora memandang Reno yang tertidur lelap, senyum kepuasan berbalut kebahagiaan terukir di bibirnya yang seksi. Malam yang indah ini membuatku menjadi wanita sempurna, dicintai dan mencintai. Flora mengusap dada Reno yang bidang, berbisik “ Reno, I’am so happy.”
Seminggu sebelum hari Thankgiving, mereka bersih-bersih rumah Reno. Mc.Bride mengecat keseluruhan rumah Reno yang telah lama tidak di cat. Seharian mereka membicarakan warna cat apa yang cocok untuk rumah tua yang mungkin sudah berpuluh-puluh tahun didiami orangtua mamanya Reno. Akhirnya mereka sepakat memakai cat coklat tua dipadu dengan cat coklat muda . Mc.Bride mengecat sendiri, Flora membantu mengecat bagian yang mudah dijangkaunya serta menyiapkan makanan dan minumannya, kadang-kadang disela-sela melepas lelah Mc. Bride bermanja-manja di pangkuan Flora.“Kami bagaikan suami isteri,” bisik Flora.“Bukan bagaikan sudah seperti suami isteri,” Ralat Mc.Bride mencari bibir Flora mengecupnya .Malamnya meskipun capek, Mc.Bride minta jatah,Flora langsung meleleh melihat Mc.Bride merayunya dan menatapnya penuh hasrat.“Satu ronde saja, please.” Serunya dengan wajah memelas.“Aku capek, badanku terasa kaku. Malas gerak.” Bisik Flora.“Kamu tidak perlu bergerak, aku yang aktif.” Bisik
Flora menarik napas dalam menghembusnya perlahan, punggungnya bersandar pada pintu belakang yang baru saja dihempaskan lalu dikunci , takut Mc.Bride ikut masuk ke dalam rumahnya. Takut Mathew dan isterinya memergokinya sedang bersama pria lain. Mungkin mereka tidak mempermasalahkannya karena Flora janda yang ditinggal mati suaminya. Sudah dua tahun dia menjanda tapi Flora takut jika dengan tidaknya Flora menjawab message, telepon dan video call Liza, Ami dan Dean dia sibuk dengan pria lain melupakan anak-anaknya.Flora mencium aroma Mc.Bride di tubuhnya, bergegas dia masuk ke kamar langsung menuju kamar mandi langsung membasahkan tubuhnya di bawah shower yang mencurahkan air hangat, menyabuni tubuhnya dengan sabun berkali-kali agar aroma tubuh Mc.Bride hilang tapi aroma itu masih tercium di hidungnya.“Mungkin kami selalu lengket satu sama lain, sehingga aroma tubuh kami saling menstranfer,” bisik Flora membayangkan tubuh mereka saling memeluk, memagut. Bahkan dia tidur di atas tubuh
Flora menatap pria yang memeluk pinggangnya seakan tidak ingin melepaskan tubuh sintal milik Flora begitupun Flora, aroma maskulin tubuh yang memeluknya semakin menyengat di hidungnya.“Grahm berapa wanita yang telah kau taklukkan?,” bisik Flora di telinga pria yang kemudian memeluk lebih erat ketika mendengar bisikan Flora."Hum..kamu ingin tahu?" “Kamu membuatku liar ,”“Aku suka keliaranmu,membuatku sulit mengendalikanmu." bisik Mc.Bride di telinga Flora .Flora mencubit pinggangnya, "Kau terobsesi padaku?""Aku takut kehilanganmu." Mereka melepaskan rasa lelah dan sisa-sisa nikmat , memeluk, mencium, berbisik kata-kata mesra setelah berkali-kali mencapai puncak kenikmatan.Setahun lebih tidak menikmati membuat Flora tidak mampu menahan birahinya apalagi sentuhan Mc.Bride membuat hasratnya timbul tenggelam dalam sentuhan bibir, lidah dan tangan Mc.Bride.Awalnya Flora menolak, namun dorongan hasrat yang kuat tak mampu menolak sentuhan bibir, lidah dan tangan Mc.Bride . Akhirnya m
“Maaf Mc. Bride, aku tidak bisa menerima lamaranmu. Aku harus berunding dengan anak-anakku.Tapi…”“Tapi apa Flora?”“Aku tidak mengerti mengapa kau mengajakku menikah, padahal kamu tahu aku tidak menyukaimu.”“Bagiku tidak penting kau tidak menyukaiku, bahkan tidak mencintaiku. Aku tahu , aku tertepuk sebelah tangan.Seperti yang pernah kukatakan sejak melihatmu mengintip di bingkai pintu, aku terpesona pada mata yang mengintip , kemudian seraut wajah yang begitu mempersonaku. Aku sudah menyukaimu.Malah ketika kau menawarkan aku menjadi detektif sewaanmu, aku langsung menerimanya agar bisa mendekatimu.“Oh ya, kamu ..mmm… mengapa menolak cek. Itu hakmu.”“Uang yang kamu bayar sudah cukup dengan semua pengeluaran untuk menyelidiki kematian suamimu.Yang tersisa adalah uang jasaku. Aku tidak akan menerimanya.”“Mengapa?” tanya Flora menatap pria yang duduk di sampingnya.“Karena aku ingin menikahimu,”“Untuk menikah perlu komitmen, bukan saja cinta, tapi janji kesetiaan dan mempertahankan
Flora mengambil ponselnya, mencari m-bangking, melihat saldo, ternyata saldonya tidak cukup untuk membayar sisa kontraknya dengan Mc. Bride. Diambilnya buku cek, ditulisnya nominal . Sambil berpikir-pikir apakah menyerahkannya nanti saja ketika bertemu dengan Mc. Bride, “ Sebaiknya aku bayar sekarang, agar selesai pembayaran, selesai kontrak sudah tidak ada hubungan antar aku dengannya.” Bisiknya pada dirinya sendiri.Flora masuk ke kamar, mengganti bajunya dengan gaun panjang dibalut cardigan rajut over size untuk menutupi dadanya karena dia tidak suka memakai bra kalau di rumah. Setelah mematutkan dirinya di kaca, mematutkan keseluruhan tubuhnya , setelah merasa puas, Flora menuju pintu belakang . Melalui arena belakang rumahnya yang berseberangan dengan rumah keluarga Mc. Bride serta penghuni lain ada taman memudahkan para penghuni untuk saling berkunjung. Demi privasi setiap taman dipisahkan pagar kawat yang berpintu.Flora membuka pintu pagar , menutupnya kembali kemudian menge
Sambil mencicipi roti lapis buatan Mc.Bride yang terasa nikmat diminum dengan kopi, Flora mendengar laporan Mc. Bride mengenai kematian Reno.“Mr. Jatmika dijebak dengan skandal yang akan mempermalukan dirinya jika diekspose keluar. Dia pernah mengalaminya ,waktu itu kamu sangat marah, sempat membuat kalian pisah ranjang.”“Siapa yang menjebak?” tanya Flora.“Marion dan Mr.Chackrii.”“Marion lagi? Belum puas dia melihat rumah tanggaku sempat dibuatnya porak poranda?”“Marion diperalat Chackrii dengan sejumlah uang, malah kalau dia berhasil menguasaimu , dia menyerahkan Mr.Jatmika ke Marion. Kau tetap di Bangkok, Mr. Jatmika dan Marion kembali ke Singapura .“Apa?” teriak Flora, tidak sadar sedang menyerup kopi langsung tersedak. Mc.Bride menepuk punggung Flora, menenangkannya.Setelah tenang dia melanjutkan, “Ternyata Mr. Jatmika sadar yang disetubuhinya bukan kamu, melainkan Marion. Dia sangat marah. Rupanya air yang diminumnya telah diberi obat perangsang .”Flora terdiam sejenak, ad