Share

BAB 13. MERINDING DALAM KETAKUTAN.

“ Sisi gelapmu ? Tentang apa? "tanya Flora.

“ Mmm… terlihat senyum  liar di ujung bibir Reno. Setelah kau tahu, saya serahkan semuanya padamu.” katanya sambil membuka seluruh bajunya , dalam ketelanjangannya dia mengambil semacam pecut dari ranselnya, menyerahkan kepada Flora yang menerimanya dengan penuh tanda tanya.

“ Whip me!” perintahnya.

“ ????"

“ Pukuli seluruh tubuhku dengan yang kau pegang !" perintahnya tegas.

“ Reno …?”

“ Whip me now !” raung Reno.

“ Tidak mau !” jerit Flora.

Dengan kasar Reno mengambil cambuk dari tangan Flora memukul dirinya. Nampak punggungnya dan dadanya di penuhi dengan ruam-ruam  menyisakan luka-luka bergaris-garis. Flora menutup wajahnya , betapa kagetnya ketika tubuhnya direngkuh Reno dengan kasar dan membuka seluruh baju yang dipakainya , memaksanya berhubungan intim.

Flora menolak , tapi Reno memaksa dengan kekerasan  melakukannya dengan paksa membuat Flora menjerit. Jeritannya terdengar di dalam cabin kecil . Erangan Reno , jeritan Flora ditutupi dengan suara derik api perapian serta desiran angin kencang membuat jendela cabin bergetar , membuat Flora ketakutan.

“ Scream !” bentak Reno.

" Shake your body, shake, shake !" raung Reno terus menghantam masuk dalam tubuh Ghea. Flora menjerit, mencakar, menggaruk tubuh Reno, menggigit . Semakin Flora mencakar, menggaruk , menggigit , Reno semakin terangsang ,Flora tidak mampu mengatasi hentakan demi hentakan yang masuk dalam miliknya. Flora hanya mampu menjerit.

" Reno, please sakit.” Rintih Flora.

Reno bergeming, jeritan Flora seakan stimulasi baginya , semakin gencar menyiksa tubuh Flora tanpa ampun. Semakin Flora menjerit dan berteriak , Reno semakin menggila .

Tanpa menghiraukan Flora , Reno terus menyalurkan fantasinya , menghisap kuat leher , menggigit payudara Flora  sehingga timbul luka, dihisapnya membuat Flora merintih karena rasa nyeri dan sakit di sekujur dadanya. Tatapan kejamnya berakhir pada bagian bawah tubuh Flora, tersenyum sadis melihat Flora yang ketakutan .

Semakin Flora mencakar, menggigit memancing Reno bertindak lebih kejam, makian, geraman dan hentakan kuat terus dilakukannya , senyum sinisnya langsung menghiasi bibirnya ketika melihat Flora luruh terkulai di bawah kungkungannya, mata Flora terpejam, rambutnya acak-acakan , bibirnya tidak lagi merekah merah tapi biru, lalu terkulai lemas.

Flora membuang mukanya takut melihat ekspresi aneh Reno. Melihat Flora membuang mukanya Reno menarik rambut Flora yang sudah acak-acakan, menatap wajah Flora yang ketakutan.

“ Inilah aku dibalik wajahku yang lain.”

“ Reno  kaukah ini ? “ desis Flora sambil menangis mencoba mendorong Reno , menjauhkan Reno dari wajahnya kemudian pingsan.

Ketika sadar dia tidak melihat Reno di pembaringan. Dengan meringkuk menahan sakit, perih dan sedih , Flora mencari Reno di cabin. Membungkus tubuhnya yang telanjang dengan selimut dan bedcover  membuka pintu cabin , menghiraukan salju yang turun .  Jauh di antara pohon pinus di kegelapan malam,  dia melihat Reno telanjang berteriak-teriak , menangis , meraung , melolong mengumpat dan meminta maaf kepada Flora.

Melihatnya Flora menangis , memanggil Reno. Reno tidak mendengarnya karena deru angin kencang , salju yang turun teriakan Reno  membuat suasana hutan terasa mencengkam. Dengan membungkus tubuhnya Flora keluar dari cabin , menemui Reno, memeluk dari belakang  perlahan dengan  suara lembut membujuk Reno.

“ Tubuhmu kaku dan dingin sekali.” bisik Flora lalu membungkus tubuhnya dan tubuh Reno  dalam satu selimut menuju ke cabin.

Sambil menangis Flora melihat luka-luka di tubuh Reno, “ Apa yang membuatmu menjadi sangat menakutkan?” katanya sambil duduk di depan perapian.

Flora membuat susu untuk dirinya dan Reno mengangsurkan gela susu ke Reno, mereka duduk di perapian sambil minum susu.

Reno menatapnya penuh penyesalan, berdiri membuka tas  ranselnya mengambil salep  menyodorkan ke Flora, “ Olesi salep ini di lukaku, sebentar lagi lukanya mengering.” Bisiknya.

“ Reno…. Inikah sisi gelapmu?” tanya Flora.

Reno hanya mengangguk, menutup mukanya, terdengar senggukkannya, “ Flora jika kau minta cerai aku ikhlas, meskipun aku bisa gila.” bisiknya, kemudian berlutut, mencium kaki Flora bertubi-tubi, menjilatnya membuat Flora salah tingkah.

" Flora katakan bersihkan kakiku." kata Reno.

Flora menggeleng.

" Katakan !" desak Reno.

" Bersihkan kakiku !" bisik Flora.

Reno meraup kaki Flora, mencium, menjilatnya.

" Reno kamu gila ! Kamu bukan anjing !" kata Flora lalu menendang Reno hingga tersungkur. Reno menatapnya, " Tendang aku, pukul aku, cambuk aku !" jeritnya .

Flora bergeming, menatap Reno yang bersimpun di bawah kakinya.

" Flora ,whip me, please."

Flora mengambil cambuk dan mencambuk tubuh Reno, ada senyum kepuasan di wajah Reno, Flora menangis lalu menjerit, " Kamu gila !"  meninggalkan Reno  di perapian masuk ke  dalam kamar.

Setelah merasa dirinya tenang, Flora kembali ke perapian, didapatinya Reno menangis , diambilnya salep ,dengan lembut mengoles luka-luka yang ada di punggung , dada dan pantat Reno. Flora faham dia menghadapi seorang yang mempunyai kelainan jiwa, bukan takut malah kasihan melihat Reno yang menahan sakitnya ketika Flora mengoles tubuhnya dengan salep.

“ Tahan sakitnya mi amor.” bisik Flora.

Setelahnya dia menyuruh menelungkup di sofa , menuju ke dapur kecil menyeduh kopi dan membantu Reno minum kopi.

“ Ada croissant, kamu mau?” tanya Flora.

“ Aku suka croissant, kita makan bersama dengan kopi, enak banget.” kata Flora ,  menatap  Reno yang tertunduk tak berdaya.

“ Reno, mi amor,” bisik Flora sambil memotong croissan memasukkan dalam mulut Reno.

“ Setelah minum kopi dan makan croisan kita ke kamar tidur, ceritakan apa yang tersirat dalam hatimu, masa kelammu yang menakutkan, jangan ada yang kau tinggalkan.” bisiknya.

Dengan penuh kasih, Flora memapah Reno ke kamar tidur , membantu Reno menelungkupkan tubuh Reno di kasur.

“ Flora, ambil buku harianku di ransel, semua tentang diriku ada di sana.” kata Reno.

Flora turun dari tempat tidur, mengambil ransel Reno dan melihat  buku yang disampul cover  tebal , dengan gembok kecil.  “

“ Kuncinya ada di dalam saku kecil di sampingnya. “ kata Reno.

Flora membuka gembok nampak buku yang sudah kumal  karena lamanya, ketika mencoba melihat isinya, berhamburan beberapa foto. Terlihat foto pernikahan jaman dulu di sebuah taman yang indah.

“Foto pernikahan mom and dad.” bisik Reno.

“ Bacalahlah, jika kau sudah membacanyanya , aku menerima apapun keputusanmu.” Kata Reno dengan suara parau menahan sedih.

Flora keluar dari kamar tidur, duduk di depan perapian, ditemani api di perapian, secangkir coklat susu hangat dan croissant, tingkah angin yang bertiup kencang serta suara salju yang turun dari langit , Flora menggeser jempolnya pada ponselnya, untung ada signal,  mencari satu kata Masokis. Flora ingin mengetahui lebih mendalam sebelum membaca buku harian Reno.

Dibacanya dan disimaknya baik-baik, ada ketakutan dalam diri Flora bahwa si penderita mewujudkan fantasi seksualnya dengan cara melukai dirinya sendiri dan sangat berbahaya bahkan bisa mengancam nyawa dirinya sendiri dan pasangannya.

Setelah membacanya, Flora menangis tersedu-sedua. Mengapa dibalik ketampanan dan kelembutannya aku tidak menyadari Reno mempunayi kelainan? Aku kadang-kadang jengkel melihat posesifnya, tapi dibalik itu ada kebanggan dia memberlakukanku sebagai miliknya yang paling berharga. Aku harus bertindak, aku tidak bisa mendiamkannya, aku tidak bisa memaklumi kelainannya, batin Flora

Aku harus mengetahui apa, gejala, penyebabnya baru aku membaca buku harian Reno.  Setelah mendapat informasinya, Flora kembali ke kamar, Reno terlihat tidur dengan  tubuh membungkuk. Kembali ke depan perapian, membuka buku harian Reno, tangannya gemetar, dadanya berdegub kencang ketika membawa halaman pertama buku harian Reno.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status