Home / Romansa / HASRAT MEMBARA CEO PERKASA / BAB. 20 Malam Romantis di Bioskop Mini

Share

BAB. 20 Malam Romantis di Bioskop Mini

last update Last Updated: 2025-10-14 12:16:33

Setelah selesai menikmati makan malam bersama di apartemen mewah mereka, Joseph menatap Mary dengan penuh cinta. Meja makan yang masih tersusun rapi dengan lilin yang hampir habis menyala, sisa makanan di piring keduanya, dan suasana malam yang sunyi menambah kesan romantis.

"Bagaimana makan malamnya, Sayang? Apa kamu suka?" tanya Mary dengan lembut, menatap wajah suaminya yang bercahaya di bawah sinar lampu gantung.

Joseph tersenyum manis.

"Aku suka sekali, Sayang. Masakanmu selalu enak. Aku masih tak percaya kalau istriku ini pandai memasak," ujarnya sambil menggenggam tangan Mary di atas meja.

Mary terkekeh.

"He-he-he. Ya, aku harus memastikan suamiku bahagia.”

“Oh ya, sekarang, bagaimana kalau kita habiskan malam ini dengan sesuatu yang lebih santai?" seru Joseph antusias.

Mary mengangkat alis.

"Apa itu?"

Joseph berdiri dari kursinya dan mengulurkan tangan.

"Ayo ikut aku."

Mary menerima tangan suaminya, dan Joseph menuntunnya melewati ruang tamu yang elegan menuju sebuah ruang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 55 Brunch Romantis Bersama Istri Tercinta

    Setelah bangun pagi dengan tubuh yang masih sedikit pegal akibat petualangan sebelumnya, Mary menguap lebar sambil memeluk selimut.“Mmm … kita masih Tasmania, ya?” gumamnya setengah sadar.Joseph, yang sudah mengenakan sweater abu-abu dan duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya, tersenyum.“Selamat pagi, putri petualangku. Hari ini kita agak santai dulu. Aku udah booking tempat brunch yang terkenal banget di pusat Kota Hobart.”Mary membuka mata sepenuhnya, lalu duduk. “Brunch? Di mana?”Joseph menutup laptop dan berdiri. “Di Restoran Franklin. Katanya salah satu tempat terbaik buat ngerasain cita rasa lokal Tasmania.”Tak lama kemudian, mereka pun bersiap dan berkendara ke pusat Kota Hobart. Restoran Franklin memiliki desain interior yang modern minimalis dengan sentuhan industrial. Aroma kopi segar dan roti panggang memenuhi ruangan itu.Pelayan membawa mereka ke meja di dekat jendela besar yang menghadap ke jalan utama.“Selamat datang! Hari ini kami punya oyster segar dari Br

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 54 Sejarah, Misteri, dan Pemandangan Bersatu Padu

    Pagi menyapa dengan lembut di Kota Hobart. Sinar matahari menembus tirai tipis kamar vila, membentuk garis keemasan di lantai kayu. Mary membuka matanya pelan, mendapati Joseph masih tertidur di sampingnya, wajahnya sangat damai.Dia tersenyum, lalu membelai lembut rambut suaminya. “Kak Jo, bangun, Sayang. Hari ini kita punya petualangan baru.”Joseph membuka matanya perlahan, lalu menggeliat kecil. “Hmm … petualangan? Jangan bilang kamu mau lomba lari pagi,” candanya dengan suara serak.Mary tertawa. “Ha-ha-ha. Bukan, Kak! Kita mau ke Port Arthur, remember? Sejarah, misteri, dan pemandangan menakjubkan menanti.”Setelah mandi dan sarapan ringan, mereka menaiki mobil SUV sewaan dan memulai perjalanan sekitar sembilan puluh menit menuju Port Arthur, situs bersejarah yang dulu merupakan koloni tahanan Inggris. Di sepanjang jalan, pohon-pohon eukaliptus dan bukit-bukit hijau mendampingi mereka, berpadu dengan angin sejuk Tasmania yang khas.Sesampainya di gerbang masuk Port Arthur Hi

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 53 Welcome To Tasmania

    Setelah puas menjelajahi pantai-pantai eksotis Bora-Bora, Joseph dan Mary pun meninggalkan pulau surga itu dengan senyuman puas di wajah mereka. Keduanya lalu menumpang jet pribadi milik keluarga Joseph, sebuah pesawat jet pribadi mewah yang dilengkapi fasilitas premium.Di dalam kabin, Mary duduk di samping jendela sambil menikmati panorama langit. Joseph duduk di sebelahnya, menyeruput kopi hangat.“Nggak nyangka ya, akhirnya kita bisa menikmati waktu liburan panjang ini,” ucap Mary, tersenyum manis.Joseph mengangguk, memegang tangan Mary. “Aku udah lama rencanain semua ini. Setelah semua kesibukan kantor yang melelahkan di Jakarta sana.”Mary menyandarkan kepalanya di bahu Joseph. “Dan sekarang kita menuju Tasmania. Jujur aku penasaran banget sama tempat itu.”Beberapa jam kemudian, jet mereka mulai menurunkan ketinggian. Di kejauhan, bentang alam Tasmania mulai terlihat. Ada perbukitan hijau, hutan lebat, dan teluk biru yang tenang. Cuaca cerah, dengan awan tipis menghiasi lan

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 52 Menikmati Keindahan Surga Pribadi Yang Begitu Menggoda

    Pagi berikutnya, matahari bersinar lembut di balik awan tipis, menyinari permukaan air laguna Bora-Bora yang berkilauan bak kristal cair. Joseph dan Mary berdiri di dermaga resort, bergandengan tangan, menunggu perahu pribadi mereka datang. Hari ini, keduanya dijadwalkan mengikuti Lagoon Tour, petualangan yang paling ditunggu-tunggu selama bulan madu Joseph dan Mary.“Lihat airnya, Kak Jo,” ujar Mary takjub, matanya tak lepas dari gradasi biru toska yang memukau. “Kayak bingkai kaca raksasa.”Joseph tersenyum, merangkul pinggang Mary. “Dan kita akan mengarunginya berdua. Bagaimana rasanya jadi pasangan paling beruntung di dunia?”Mary tersipu. “Rasanya kayak mimpi yang menjadi kenyataan.”Tak lama, perahu katamaran putih elegan bersandar di dermaga. Kapten kapal, seorang pria lokal ramah bernama Teva, menyapa dengan senyum lebar.“Selamat pagi! Selamat datang di surga pribadi kalian hari ini!” sapa Kapten Teva.Mary terkekeh. “He-he-he. Surga pribadi. Kedengarannya menarik!”Josep

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 51 Tour Helikopter Yang Mendebarkan

    Cahaya matahari pagi menelusup masuk melalui tirai tipis vila, membentuk pola lembut di dinding kayu. Mary membuka matanya lebih dulu dan menoleh ke sisi tempat tidur. Joseph masih terlelap, napasnya tenang dan damai. Senyum tipis terbit di wajah Mary.Dia membelai pelan rambut Joseph. “Bangun, Kak Jo. Hari ini kita punya janji sama langit,” bisiknya lembut.Joseph menggeliat pelan, lalu membuka mata dan tersenyum. “Langit? Maksudnya kamu?” godanya.Mary tertawa pelan. “He-he-he. Bukan, Kak. Maksudku, tur helikopter kita ke Mount Otemanu!”Joseph langsung bangkit. “Oh iya! Hari ini kita jadi burung.”“Lho? Kok jadi burung?” celetuk Mary bingung.“Kan kita akan terbang ke angkasa, Sayang!” sahut Joseph senang.“Ah, iya. Aku lupa! Hore … hari ini kita jadi pasangan burung yang cantik dan ganteng!” tukas Mary semangat.“Ha-ha-ha!” Keduanya pun tertawa terbahak-bahak.Setelah sarapan ringan di dek vila, roti panggang, buah tropis segar, dan jus mangga. Keduanya lalu dijemput oleh staf r

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 50 Keseruan Naik Parasailing

    Keesokan harinya,Pagi di Bora-Bora kembali menyambut Joseph dan Mary dengan langit cerah dan angin laut yang hangat. Dari balkon vila itu, mereka bisa melihat gugusan pulau kecil di kejauhan dan ombak tenang yang menyapu perlahan dasar laut.“Matira Beach menunggu kita hari ini,” ujar Joseph sambil menyeruput capucino.Mary tersenyum, duduk di kursi rotan sambil mengenakan kacamata hitam dan gaun pantai putih. “Katanya itu pantai terindah di dunia, Kak Jo. Aku nggak sabar deh!”Sekitar pukul sepuluh pagi, mereka tiba di Matira Beach. Hamparan pasir putih seperti tepung terhampar luas, bersih tanpa cela. Air laut bergradasi biru toska sampai hijau zamrud, begitu jernih hingga dasar pasir bisa terlihat jelas bahkan dari jauh. Di pinggiran pantai, deretan pohon kelapa melambai tertiup angin.Mary berdiri terpukau. “Kak Jo ini seperti lukisan. Tapi nyata.”Joseph menggenggam tangannya. “Ini lebih dari yang aku bayangkan. Lihat airnya, kayak kaca. Bening banget!”Mereka pun menanggalkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status