Jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi lebih 30 menit, Bella memandangi wajah tampan suaminya dengan senyuman manis di bibirnya. Tiga bulan menahan kerinduan dan semalam mereka menghabiskan waktu bersama untuk bercinta dengan bergelora.
Bella mengusap lembut wajah Marco , pipi yang ditumbuhi dengan rambut halus itu membuat Marco semakin terlihat gagah. Jari lentik Bella kembali menelusuri setiap jengkal tubuh Marco untuk bermain-main, dada Marco yang bidang dan kekar serta kedua tangan dengan otot kuatnya membuat Bella semakin tergila-gila dengan Marco.Dari balik selimut terlihat senjata sang suami berdiri tegak, pikiran nakal Bella datang untuk segera membuat Marco melayang di angkasa.Tangan lembut dengan jemari lentik itu dengan lihai menelusup ke dalam seprei dan menyentuh benda tumpul yang sudah berdiri tegak itu. Senjata Marco pasti akan selalu bangun setiap dengan sendirinya di setiap pagi. Bercinta di saat pagi itu sangat disukai oleh Marco karena"Terus... teruslah... jangan berhenti.... aku sangat menyukainya." seloroh Sandra sambil mencengkram kuat kepala Axel seolah semakin membenamkannya jauh lebih dalam. Mengetahui Sandra sangat suka cumbuannya di area sensitifnya, Axel semakin menggebu saat memcumbunya. Mencesap sampai terdengar suara erotis dan juga lidahnya menjelajahi setiap inci area hangat itu, tidak lupa Axel juga mengemut daging kecil yang semakin membuat Sandra tidak karuan. "Aaahhh...." Sandra memekik, kenikmatan bertubi-tubi yang diberikan Axel kini membuatnya klimaks hingga memancarkan cairan kenikmatannya di wajah Axel. Tubuh Sandra bergelinjang saat klimaks, membuat Axel tersenyum puas. Sandra melihat wajah Axel dipenuhi oleh cairan cintanya tentu sangat terkejut. "Astaga! Apa yang telah aku lakukan?" Sandra lalu bangkit dan mendekati suaminya berniat untuk menghapus cairan cintanya di wajah Axel. Tangan Sandra mulai terulur untuk menghapus cairan cintanya, tetapi Axel segera mencegahnya. "Jan
Sudah beberapa hari semenjak keluar dari rumah sakit, Sandra mengacuhkan Axel. Tidak mau berbicara ataupun memarahi Axel, Sandra hanya diam saja. Terpaksa Axel diam-diam mendatangi Sandra di kantornya. "Tolong katakan sesuatu padaku, San," Axel memohon kepada Istri mudanya. "Marahi aku ataupun caci aku asal kamu tidak mendiamkan aku seperti ini!" "Untuk apa aku marah dan mamaki kamu, Xel?" Sandra menarik Axel untuk duduk di sisinya. "Dengarkan Aku, mungkin aku tidak ingin membebani kamu lagi, Xel." "Apa maksudmu dengan berkata seperti itu?" Axel tentu terkejut. "Kamu juga istriku, sama seperti Anjani, hanya saja...." Axel tercekat, situasinya juga begitu sulit, memiliki dua istri yang benar-benar membuat Axel merasa dilema. Terlebih, ketika keluar dari rumah sakit, sikap Anjani semakin mendominasi dan semakin manja saja. Jika bukan karena dokter memberitahukan kepada Axel, kalau kandungan Anjani itu lemah dan harus extra dalam menjaganya tentu Axel tidak akan m
3 jam sebelum kecelakaan....Para anggota sudah mulai mendaki ke atas bukit, awalnya mereka sangat bersemangat tetapi ketika sudah berad di tengah perjalanan banyak yang kehabisan tenaga dan juga energi untuk melanjutkan ke atas.Sebagian besar wanita telah berhenti untuk tidak melanjutkan perjalanan tetapi Claire dan Tristan serta sebagian dari yang lain terus melakukan perjalanan termasuk Alvin.Walau hatinya terus merasakan sakit karena melihat keromantisan Claire dan Tristan, tidak jauh berbeda dengan Noura yang merasa sakit dan membenci kebersamaan Claire dan Tristan.Bahkan ketika Claire berhenti karena kelelahan, Tristan dengan senang hati menawarkan diri untuk menggendong Claire.Tentu hal itu membuat anggota lain yang berada di belakang mereka bersorak. "Ciee.. serasa dunia milik berdua dan yang lain cuma numpang tinggal."Noura yang kebetulan berada di depan Alvin melihat candaan dan kemesraan Tristan pada Claire semakin terbakar cemburu dan api kebencian begitu berkobar di
"Ambil ini, roti isi dengan selai coklat kesukaanmu," ucap Alvin sambil memberikan sepotong roti coklat untuk Claire. "Terima kasih," Claire terlihat senang karena Alvin masih mengingat makanan kecil kesukaannya. "Kamu masih ingat makanan kesukaanku?" Alvin tiba-tiba tersenyum getir. "Aku hanya ingat saja, bukan hal yang penting." Sikap Alvin menjadi berubah dingin lagi, biasanya Alvin akan dengan bersemangat bercerita apapun kepada Claire. Bahkan terlihat seolah Alvin menyesali telah memberikan roti coklat kesukaannya. "Apakah Aku telah berbuat salah kepadamu, Vin?" akhirnya Claire bisa bertanya juga hal yang mengganjal hatinya. "Bagaimana kamu bisa berpikir begitu?" Alvin malah bertanya balik. Claire mencoba menarik nafas agar bicaranya tidak terkesan memojokkan ataupun menyinggung. "Kamu terasa semakin menjauh dariku, Vin." Alvin tertawa kecil. "Tidak salah? Bukankah kamu yang sudah menjauh dariku setelah memiliki hubungan dengan CEO di perusahaan tempat k
"Claire, kamu mau pergi kemana?" Bella bertanya kepada putrinya yang tengah sibuk berkemas. Claire menjadi bersikap canggung tapi berusaha untuk mengontrol kegugupannya. "Ehh... ini ada acara kantor, bagian staff pemasaran yang telah memenuhi target akan melakukan tour ke puncak." "Sepertinya pekerjaanmu di perusahaan baik-baik saja." Bella tersenyum sambil mengelus rambut Claire. Sebenarnya Claire ingin memberitahukan kepada ibunya, jika dia sudah di lamar oleh Tristan, tetapi kekasihnya itu meminta Claire untuk menyembunyikan dulu kabar bahagia itu sampai pulang dari tour karyawan. "Benar Ma, pekerjaanku lancar dan nyaman," Claire memeluk ibunya. "Maaf jika setelah Claire bekerja jadi tidak banyak waktu untuk Mama, apalagi Kak Tristan juga sudah menikah dan sibuk dengan keluarga barunya." Bella menatap wajah putrinya dengan haru, tidak menyangka rasanya baru kemarin dia menimang Claire tapi kini putrinya itu telah tumbuh dewasa. "Lalu kapan putri Mama ini akan menyusul
"Sandra?" Axel menatap istri pertamanya itu terlihat sangat terkejut. "Tenanglah Anjani, Sandra juga sedang sakit, Aku membuat kalian satu ruangan agar Aku lebih mudah menemani kalian berdua." Axel segera menjelaskan seolah tahu apa yang sedang Anjani pikirkan saat ini. "Dia sakit apa?" Axel mulai gelagapan, tidak mungkin dia mengatakan hal yang sebenarnya kepasa Anjani. Istri pertamanya itu bisa menjadi syok dan pasti akan membahayakan nyawanya dan juga nyawa putranya. "Sandra pingsan karena kelelahan, dia menemanimu untuk menunggu dirimu." Anjani seolah tidak percaya ucapan suaminya. "Kenapa dia menungguku? Aku tidak membutuhkan perhatian wanita yang sudah merebut suamiku!" Kembali Anjani bersikap di luar kendali, Anjani memaksakan untuk bangun untuk mengusir Sandra padahal kondisinya sendiri masih sangat lemah. "Anjani, jangan bangun dulu, kondisimu belum stabil!" "Jangan halangi aku, Mas!" Anjani berusaha memberontak saat Axel memeganginya. "Aku tidak