Share

11.

Author: Sarangheo
last update Last Updated: 2025-07-04 23:52:42

Ava sudah mengira saat dia menandatangani kontrak seks secara sukarela, maka dia akan menjadi pekerja seks yang dimuliakan. Ava tidak yakin akan ada orang yang mau menerimanya sebagai teman. Jadi Ava menghindari memberi tahu Gabriel tentang isi sebenarnya dari kontrak tersebut.

"Jadi untuk melunasi hutang pamanmu, apakah kau harus bekerja sebagai perawat pribadi dari seorang bos mafia ya?" Gabriel bertanya dengan ekspresi ngeri saat Ava berganti gaun merah, yang menurut Gabriel harus dicobanya.

"Ya." Ava membenarkan.

"Sayang, kenapa kau yang harus melunasi hutang pamanmu?" tanya Gabriel.

"Dia keluargaku. Aku tidak bisa hanya berdiam diri dan melihatnya terluka. Lagipula, karena kami keluarga, mereka bisa saja mengejarku untuk mendapatkan uang. Aku bisa kehilangan rumah. Dan sepertinya ini solusi terbaik," kata Ava.

"Gabriel, aku tidak bisa memakai ini."

"Kenapa?" tanya Gabriel sambil berdiri berjinjit untuk melihat ke balik tirai yang memisahkan sepatu ganti dari toko.

"Karena ini du
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • HASRAT PANAS SANG MAFIA   12.

    Setelah makan siang, Ava dan Gabriel pergi ke salon. Mereka disambut oleh seorang wanita, wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Tammy teman Jill."Aku suka warna rambutmu. Pirang madu sangat cocok untukmu. Aku akan membuatnya menjadi gaya khasmu. Kapan terakhir kau pergi ke penata rambut?" tanya Tammy kepada Ava saat Ava duduk di kursinya."Oh, seingatku. Lima tahun yang lalu?" kata Ava ragu-ragu."Tidak, aku menyeret mu ke salon saat Joan menikah. Sekitar tiga tahun yang lalu." Gabriel mengoreksinya."Ya ampun. Itu sudah cukup lama," kata Tammy."Apakah seburuk itu?" tanya Ava."Tidak terlalu buruk, bentuknya tidak ada. Aku ingin menambahkan beberapa lapisan dan sedikit menyegarkan nya. Apakah tidak apa-apa?""Kau profesional. Aku percaya padamu," kata Ava. Ava menghabiskan beberapa jam untuk dimanjakan, menata rambut dan kukunya sementara Tammy, dan Gabriel mengobrol. Tom dan Ryder selalu ada di dekat mereka. Ava merasa kasihan kepada mereka yang harus duduk bersamanya selama

  • HASRAT PANAS SANG MAFIA   11.

    Ava sudah mengira saat dia menandatangani kontrak seks secara sukarela, maka dia akan menjadi pekerja seks yang dimuliakan. Ava tidak yakin akan ada orang yang mau menerimanya sebagai teman. Jadi Ava menghindari memberi tahu Gabriel tentang isi sebenarnya dari kontrak tersebut."Jadi untuk melunasi hutang pamanmu, apakah kau harus bekerja sebagai perawat pribadi dari seorang bos mafia ya?" Gabriel bertanya dengan ekspresi ngeri saat Ava berganti gaun merah, yang menurut Gabriel harus dicobanya."Ya." Ava membenarkan."Sayang, kenapa kau yang harus melunasi hutang pamanmu?" tanya Gabriel."Dia keluargaku. Aku tidak bisa hanya berdiam diri dan melihatnya terluka. Lagipula, karena kami keluarga, mereka bisa saja mengejarku untuk mendapatkan uang. Aku bisa kehilangan rumah. Dan sepertinya ini solusi terbaik," kata Ava. "Gabriel, aku tidak bisa memakai ini.""Kenapa?" tanya Gabriel sambil berdiri berjinjit untuk melihat ke balik tirai yang memisahkan sepatu ganti dari toko."Karena ini du

  • HASRAT PANAS SANG MAFIA   10.

    "Aku tak bisa seenaknya mengatakan pada orang-orang bahwa kau adalah pacarku, lalu berpura-pura menutup mata saat kau mendekati wanita lain." Ava menjelaskan."Benar," kata Zane. Namun, kedengarannya Zane tidak senang. Mereka duduk dalam diam beberapa saat. Ketika, mereka berdua baru saja menyelesaikan sarapan pagi, tiba-tiba dua orang pria datang memasuki ruangan itu."Ava, ini Tom dan Ryder. Mereka akan mengantarmu berbelanja dan apa pun yang kau butuhkan. Beri tahu saja ke mana kau harus pergi dan mereka akan memastikan kau sampai di sana," kata Zane padanya. Ava menatap kedua pria besar itu, keduanya mengenakan celana jins hitam, kaus hitam, dan jaket kulit hitam. Sepertinya mereka berdua sudah berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat seperti anak nakal klasik."Hai, Nona Cobler." Mereka berdua tersenyum."Panggil aku Ava, ya." kata Ava kepada mereka. Mereka saling menatap lalu beralih menatap Zane. Zane mengangkat bahu, dan mereka mengangguk. "Aku perlu menelepon sebelum pe

  • HASRAT PANAS SANG MAFIA   9.

    Ava terbangun karena mendengar ketukan pelan di pintu. Ia bingung sejenak; Ava tak mengenali seprai, tempat tidur, atau kamar ini. Kejadian tadi malam kembali seperti kereta barang yang tanpa ampun menghancurkan pikirannya yang sedang tidur. Terdengar ketukan kedua. Ava duduk dan mempersilahkan orang yang mengetuk pintu agar masuk, Ava memastikan selimut menutupi pinggangnya. Ia tidur hanya menggunakan tank top serta celana dalam saja. Seorang wanita tua kemudian masuk dengan senyum mengembang di bibirnya. "Selamat pagi, Nona Ava," sapanya. "Selamat pagi. Anna." Jawab Ava. "Aku membawa beberapa baju baru dan alat rias." Anna memberitahunya dan meletakkan bungkusan yang ada di tangannya ke atas meja rias. "Terima kasih," kata Ava. Anna, berjalan ke arah Ava dan menoleh untuk melihat pipi Ava. Anna berdecak. "Tuan Velky pasti akan membuat mereka membayar untuk ini," katanya. "Kau mandi dan bersiap-siaplah. Sarapan akan disajikan satu jam lagi, dan tuan ingin kau bergabung de

  • HASRAT PANAS SANG MAFIA   8.

    Bibir Zane tak selembut ciumannya yang kasar. Kontras itu membuat pikiran Ava menjadi aneh. Dia merasakan Zane menyeret lidahnya di sepanjang lipatan bibirnya dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah pelan. Zane mengambil kesempatan itu untuk menyerbu mulutnya. Cengkeramannya di leher Ava kini semakin kuat. Tepat saat Ava benar-benar tenggelam dalam ciuman itu, Zane mengakhirinya dan melangkah mundur. Ava hampir tersandung di tempat yang tiba-tiba kosong."Ciuman ini lebih sekedar hanya berjabat tangan bidadariku. Sekarang, Aku akan menunjukkan kamar tidurmu," kata Zane dengan suara gelap. Ada janji dalam suara itu yang membuat Ava takut. Sekarang Ava miliknya, Zane bisa melakukan apa pun yang dia inginkan padanya. Zane menuntun Ava ke pintu yang telah ditunjukkannya sebagai miliknya. Zane mendorong Ava ke pintu yang tertutup dan mencium Ava sampai pikiran Ava kosong lagi dan yang bisa Ava pikirkan hanyalah bibirnya di bibir Zane.Zane merasakan hasratnya mulai tumbuh saa

  • HASRAT PANAS SANG MAFIA   7

    Ava menarik napas dalam-dalam beberapa kali dan berusaha fokus menjaga tangannya tetap stabil. Setidaknya getarannya tidak terlalu terasa dan dia menganggapnya sebagai kemenangan. Ava berjalan kembali ke kantor Zane sebelum dia bisa membujuk dirinya sendiri untuk membatalkan kesepakatan itu. "Aku ingin semuanya dikirim ke emailku dalam waktu tiga puluh menit," kata Zane kepada seseorang lewat telepon sembari mengamati Ava ketika di lihatnya Ava berjalan ke lantai dansa di bawahnya. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Ava, diikuti oleh malam mengerikan dan mencekam, membuatnya harus membuat keputusan tersulit dalam hidupnya. Sekarang yang Ava inginkan hanyalah tidur. Ava punya daftar panjang untuk dia tangani besok. "Saatnya pulang," kata Zane dari belakang, membuat Ava terlonjak. Kapan dia bangun dari mejanya? "Kau harus rileks, sayang," Zane terkekeh dan meletakkan tangannya di punggung Ava. Seketika tubuh Ava menegang karena instingnya. Pantulan samar wajah Zane di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status