Home / Romansa / HASRAT TERLARANG ADIK TIRI / 6 - WANITA YANG JAHAT

Share

6 - WANITA YANG JAHAT

Author: Ranari Kka
last update Last Updated: 2025-10-05 01:28:57

Aroma kopi pekat langsung menyambut Chloe saat ia melangkah masuk ke kafe. Wanita itu menata rambut sebahunya yang bergelombang ringan, meski beberapa helai jatuh bebas menutupi pipinya yang pucat.

Wajahnya sederhana, tapi cantik alami dengan mata besar dan bening itu memantulkan kegugupan sekaligus tekad. Dengan celemek hitam yang baru ia kenakan, Chloe terlihat seperti potret barista pemula yang berusaha keras tampil percaya diri.

“Chloe, kan?” Suara ramah menyapa.

Seorang pemuda berpostur tinggi dengan rambut agak gondrong rapi melangkah keluar dari balik meja kasir. Namanya Arga, senior di kafe itu. Usianya mungkin 25-30 tahun, sorot matanya hangat dan penuh selidik.

“Iya.” Chloe tersenyum kikuk, menyembunyikan kegugupannya.

Arga mengangguk sambil tersenyum miring. “Aku Arga. Mulai hari ini kita partner kerja. Kamu shift sore sampai malam, kan?”

Chloe hanya mengangguk singkat, lalu berjalan mengikuti langkah Arga ke belakang meja. Mesin espresso mendesis, aroma cokelat panas bercampur dengan suara denting cangkir.

Suasana kafe sudah ramai, kebanyakan mahasiswa dan pekerja yang singgah setelah jam kerja.

“Rambutmu bagus kalau diikat ke samping, supaya tidak kena busa susu,” celetuk Arga ringan sambil memperhatikan gerakan Chloe yang canggung.

Wajah Chloe kontan memanas. “O-oh… baik. Terima kasih.” Ia buru-buru meraih karet rambut, lalu mengikat asal-asalan.

Jam bergulir cepat. Chloe sibuk mencatat pesanan, menghidangkan kopi, dan membersihkan meja. Sesekali ia salah langkah, tapi Arga selalu sigap menutupinya dengan nada santai seakan tidak ingin orang lain memperhatikan.

Menjelang malam, suasana kafe mulai tenang. Arga bersandar di meja bar, memperhatikan Chloe yang tengah membersihkan mesin espresso.

“Kamu cepat belajar. Jujur saja, tidak semua orang bisa seperti kamu di hari pertama.”

Chloe tersenyum kecil, tidak menoleh. “Syurkulah, aku hanya ... bekerja keras.”

Ada jeda sejenak. Tatapan Arga terasa menempel lebih lama daripada yang semestinya. Tapi ketika Chloe menoleh, ia mendapati pemuda itu hanya tersenyum singkat, lalu pura-pura sibuk mencatat sesuatu di bukunya.

Chloe mengerjap, merasa aneh. Ada sesuatu dalam tatapan itu. Samar. Tidak jelas. Namun cukup untuk membuatnya sedikit salah tingkah.

Menjelang malam, cafe mulai sepi. Hanya ada denting sendok di gelas dan dengung mesin kopi yang perlahan didinginkan. Arga melirik Chloe yang masih sibuk mengelap meja, meski semua kursi sudah tertata rapi.

“Chloe. Aku boleh tanya sesuatu?” panggil Arga pelan.

Wanita itu menoleh singkat. “Iya?”

“Kenapa kamu pilih kerja di sini? Maksudku ... jadi barista itu melelahkan. Bayarannya juga tidak seberapa.”

Chloe terdiam. Lap di tangannya berhenti bergerak. Tatapannya kosong seolah menembus permukaan meja kayu di depannya. Lalu perlahan ia berbisik, tapi terdengar.

“Karena di sini ... ada suara-suara yang bisa menutupi suaraku sendiri.”

“Maksudmu?” Arga mengerutkan kening.

Chloe tersenyum tipis, getir. “Suara mesin kopi, aroma biji yang digiling … semuanya cukup keras. Aku cuma ... butuh tempat di mana aku bisa berhenti mendengar itu.”

Arga tidak bertanya lagi. Ada sesuatu di balik jawaban itu yang terasa terlalu dalam untuk disentuh. Ia hanya menatap Chloe lama tanpa kata, sebelum kembali pada pekerjaannya.

Lampu café satu per satu dipadamkan. Chloe dan Arga keluar setelah memastikan pintu terkunci rapat.

Angin malam berhembus pelan, menyapu percakapan ringan di antara mereka. Namun langkah Chloe seketika terhenti begitu pandangannya jatuh pada sosok yang berjalan dari arah berlawanan.

Dante.

Wajah pria itu babak belur. Pipi lebam, bibir pecah, dengan sisa darah kering di pelipis. Tapi luka itu sama sekali tak mengurangi ketajaman sorot matanya. Tatapan keras dan mengintimidasi itu menusuk Arga terlebih dulu, lalu kembali ke Chloe.

Hening sejenak, sebelum Dante melangkah lebih dekat.

“Kau siapa?” tanyanya dingin, nyaris seperti interogasi.

Arga menelan ludah, berusaha ramah meski canggung.

“Aku Arga. Rekan kerja Chloe. Senang berkenal—”

Ia belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Dante tiba-tiba meraih lengan Chloe, menariknya hingga berdiri di sisinya. Gerakan itu cepat, penuh penekanan. Chloe sampai terperangah, tubuhnya menegang.

Dengan senyum tipis menjengkelkan, Dante menatap Arga lurus-lurus.

“Aku Dante. Aku dan Chloe pernah menjadi sepasang kekasih, tapi tiba-tiba dia pergi meninggalkanku.” Senyumnya melebar sedikit, sinis, seolah menikmati kegugupan yang timbul. “Dia wanita yang jahat. Jadi, jangan jatuh cinta padanya. Dia mungkin akan meninggalkanmu juga.”

Arga terdiam. Senyumnya memudar, tubuhnya kaku. Tangannya ia masukkan ke saku, jelas tak tahu bagaimana harus merespons.

Namun sebelum keheningan semakin berat, Chloe memaksakan senyum canggung.

“Maaf, Arga. Dia adikku. Bicaranya memang kasar.”

Arga sontak terbelalak kecil, lalu mengangguk dengan lega. Senyum gugup kembali muncul di wajahnya, seolah beban besar di pundaknya langsung luruh.

“Oh, begitu ya. Syukurlah.”

Sementara itu, Dante membeku di tempat. Senyum sinisnya memudar perlahan, berganti dengan tatapan tajam yang menohok Chloe.

Matanya menyipit, rahangnya mengeras. Kata-kata “adikku” yang keluar dari bibir Chloe terdengar seperti penghinaan yang menampar harga dirinya.

Tanpa sepatah kata pun, ia mencengkeram pergelangan tangan Chloe lebih erat, lalu menyeretnya menjauh dari Arga.

“D-Dante…!” Chloe berusaha melepaskan diri, tapi genggamannya terlalu kuat. Sebelum benar-benar ditarik, Chloe menoleh pada Arga dengan senyum kaku. Terima kasih banyak, Arga. Sampai bertemu besok.”

Arga sempat melangkah setapak maju, hendak menghentikan Dante. Namun seketika terhenti. Tatapan Dante yang gelap dan menusuk membuat langkahnya beku.

Akhirnya, ia hanya melambaikan tangan, meski wajahnya penuh kebingungan. Ada rasa lega karena tensi mereda, tapi juga segaris cemas melihat Chloe dibawa begitu saja oleh pria yang jelas penuh amarah.

Langkah Dante cepat dan panjang. Chloe hampir setengah berlari untuk mengimbangi, tubuh mungilnya tertarik paksa. Tak ada kata keluar dari mulut Dante hingga akhirnya mereka tiba di depan rumah.

Begitu sampai, Dante menghentikan langkah mendadak. Dengan kasar, ia memojokkan Chloe ke pintu. Bayangan tubuhnya jatuh menekan, napasnya dekat, dingin dan penuh ancaman.

Chloe bisa merasakan detak jantungnya berpacu tak karuan.

Senyum tipis yang tak menyenangkan kembali muncul di sudut bibir pria itu.

“Kau tahu, hari ini Ayah dan Ibu sedang tidak ada di rumah?” ucapnya pelan, suaranya berat namun jelas menekan.

Dante mencondongkan tubuhnya sedikit, mendekat hingga wajah mereka hanya berjarak sejengkal. Tatapannya tak lepas dari mata Chloe seolah ingin menelannya bulat-bulat.

“Tak ada seorang pun yang bisa menyelamatkanmu dariku malam ini.”

Chloe tercekat. Tangannya mengepal erat di sisi tubuh, berusaha menahan gemetar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   89 - PERTAHANAN MATI-MATIAN KAKAK TIRI

    “Apa kau mengusir Zoya, Dante?”Suara Sarah terdengar datar, namun di dalamnya terselip nada yang membuat udara di ruang tamu terasa lebih dingin. Wanita itu berdiri di dekat meja makan dan ekspresi wajahnya menyiratkan kekecewaan.Di sampingnya, Chloe berdiri diam tanpa bersuara. Sorot matanya sulit dibaca.Dante menghela napas kasar, memijat pangkal hidungnya. Kelelahan akibat konfrontasi dengan Zoya kini berhadapan langsung dengan introgasi ibunya.“Sudah kubilang, aku tidak pernah punya hubungan apa pun dengan dia, Bu. Aku membencinya. Dia wanita licik dan manipulatif.”“Kau bilang begitu setiap kali ada masalah. Tapi dia terus datang. Setiap hari. Dia tampak akrab. Dia menyebut namamu dengan manja,” balas Sarah, menatap Dante seolah ia sedang menginterogasi seorang kriminal yang sudah sering berbohong.“Sudah kubilang dia itu licik, bu. Dia melakukan ini agar aku bi—”“Bisa apa? Ada sesuatu yang kau selalu sembunyikan, Dante. Aku sudah menganggapmu sebagai putraku sendiri. Kau bi

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   88 - TITIK TERLEMAH

    Dante menarik tangan Zoya dengan gerakan kasar, sebuah tarikan tiba-tiba yang menyeret wanita itu menjauh dari suasana tegang di dalam rumah. Langkahnya cepat, penuh energi terpendam dari emosi yang ia tahan sejak lama seolah satu detik lagi ia bisa meledak dan menghancurkan semua yang ada di dekatnya.“KAU TIDAK MENGERTI BAHASA MANUSIA, YA?!” bentakny. Suaranya yang serak dan berat menghentikan langkah Zoya secara paksa dan berbalik menatapnya dengan rahang mengeras. “Kalau kau mau aku bayar penalti karena mengabaikan kontrak, aku akan bayar! Aku akan bayar semua yang kau minta! Kau tidak perlu datang dan mengganggu hidupku!”Zoya sama sekali tidak goyah. Matanya yang gelap memantulkan amarah Dante, namun tatapannya tetap tenang, bahkan terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja ditarik seperti boneka. Di matanya, Dante hanyalah target yang sudah dipahami polanya.Begitu Dante melepaskan cengkeramannya, Zoya segera mengibaskan tangannya seolah kulit Dante adalah debu yang menjijik

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   87 - USAHA MENCOMBLANGKAN DANTE

    Hari itu dimulai dengan cengkeraman kasar Dante dan senyum manis yang dipaksakan Zoya. Sejak berhasil masuk ke rumah itu dan membuat Sarah percaya pada status yang bahkan tidak pernah ada, rumah terasa seperti miliknya sendiri.Ia datang hampir setiap hari. Kadang sore membawa kue, kadang pagi hanya untuk menyapa, kadang muncul menjelang makan malam dengan alasan kebetulan lewat. Dalam hitungan hari, keberadaannya sudah menyatu dengan rutinitas keluarga.Hal yang paling menyayat hati justru datang dari arah yang tidak diduga. Sarah yang biasanya formal dan sulit tertawa kini terlihat begitu hidup ketika berbicara dengan Zoya. Tawanya lepas, wajahnya bersinar, bahkan matanya sampai berkerut di sudut karena terlalu sering tersenyum.Pemandangan itu terasa asing bagi Chloe seolah orang yang membuat ibunya sebahagia itu bukan dirinya, melainkan wanita lain yang jelas tidak sebaik yang Sarah kira.Seolah Zoya adalah anak perempuan yang selama ini diinginkan Sarah. Penampilannya cantik, sup

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   86 - KEKACAUAN BERNAMA ZOYA

    Dante sudah berdiri kaku di ambang pintu. Aura gelapnya memenuhi teras yang seharusnya menyambut pagi hari dengan damai. Dan di sana, berdiri di bawah sinar matahari pagi adalah sumber kekacauan itu.Rambut sebahu Zoya yang dipadu dengan midi dress merah muda yang ia kenakan terlihat begitu kontras dengan suasana tegang. Ia terlihat cantik, sangat cantik, tapi kehadirannya di depan rumah ini terasa seperti minyak yang disiram ke kobaran api amarah Dante.Mata Dante menyipit. Tidak ada sapaan atau basa-basi. Hanya kemarahan murni yang merayap di wajahnya. Kedatangannya jelas merusak ketenangan pagi hari.Sesaat setelah Zoya tersenyum tipis—senyum yang sangat Dante benci—pria itu bergerak cepat. Tangan kokohnya menyambar pergelangan Zoya dengan cengkeraman keras dan hampir menyakitkan.“Pergi,” desis Dante dingin. Suaranya rendah dan penuh ancaman. Ia mulai menarik wanita itu menjauhi ambang pintu, berniat mengusirnya sejauh mungkin dari kediamannya.“Dante! Hentikan!”Langkah Dante ter

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   85 - TAMU YANG MENGEJUTKAN

    Pintu itu terbuka hampir bersamaan. Di satu sisi, Chloe melangkah keluar mengenakan piyama satin berwarna biru muda yang longgar. Rambut panjangnya dikuncir asal-asalan ke belakang, menyisakan anak rambut halus yang membingkai wajahnya hingga membuatnya tampak manis.Dante keluar dari kamar yang tepat berhadapan. Ia hanya memakai celana training abu-abu dan kaus putih polos yang memperlihatkan sedikit lengannya yang berotot. Rambut tebalnya tampak acak-acakan khas bangun tidur dan beberapa tindik perak kecil berkilauan samar di telinganya.Koridor lantai atas rumah itu terasa hangat oleh cahaya matahari pagi. Mereka berdua berdiri diam. Dipisahkan oleh lantai keramik yang dingin.Chloe menatap Dante yang balas menatapnya. Senyum mereka merekah, bukan hanya di bibir, tetapi juga terasa sampai ke mata.Ini adalah pagi yang baik.Setelah beberapa hari sakit, wajah Chloe terlihat segar dan cerah. Kulitnya kini merona sehat dan jauh dari pucat. Sementara Dante, meskipun belum sepenuhnya pu

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   84 - KAKAK ADIK YANG ANEH

    Aroma debu yang terangkat oleh angin senja adalah hal pertama yang tercium. Dante tidak tahu di mana dia, tetapi di sana ada kehangatan yang lembut dan bunyi daun-daun yang bergesekan. Terasa akrab seperti bunyi detak jantungnya sendiri.Ia mendongak. Di atasnya ada kanopi pohon rindang menyaring cahaya matahari sore menjadi serpihan emas yang menari di wajahnya. Dan di sampingnya terdengar tawa itu.Dante melihat dirinya sendiri saat tiga tahun lalu. Ia sedang duduk di samping Chloe, di anak tangga belakang gedung olahraga, tempat yang selalu sepi sepulang sekolah.Chloe menyandarkan kepala di bahunya. Helai rambutnya yang beraroma vanila menggelitik leher Dante. Di jari manis kiri Chloe melingkae cincin kertas pemberian Dante."Sepertinya aku satu-satunya alumni yang sering datang ke sini," bisik Chloe.Dante melingkarkan lengannya di bahu gadis itu, lalu menariknya lebih dekat. Keindahan sore itu terasa seperti sebuah kanvas yang telah selesai dilukis oleh alam semesta. Di usia mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status