Home / Romansa / HASRAT TERLARANG ADIK TIRI / 5 - BENCI TAPI PEDULI

Share

5 - BENCI TAPI PEDULI

Author: Ranari Kka
last update Last Updated: 2025-09-15 21:25:15

Chloe duduk di kursi makan dengan rambut masih berantakan. Matanya sayu akibat semalam hampir tidak tidur.

Meja sudah penuh dengan hidangan. Ada roti panggang, telur, dan kopi hangat yang aromanya menusuk hidung.

Richard duduk rapi dengan koran di tangan. Sementara Sarah mondar-mandir menambahkan makanan ke piring masing-masing.

“Chloe, semalam kau ke mana? Ibu masuk ke kamarmu, tapi kau tidak ada,” tanya Sarah sambil menaruh gelas susu di depannya.

Chloe yang sedang meneguk air langsung tersedak. Batuk keras, dadanya naik-turun, membuat semua orang menoleh.

“Chloe, hati-hati!” Sarah panik, menepuk-nepuk punggungnya.

Wajah Chloe memanas. Bukan karena tersedak, tapi karena otaknya baru saja menampilkan kembali kilasan semalam—mereka bersembunyi di lemari, dan… bibirnya yang direnggut begitu saja.

Chloe buru-buru menggeleng, mencoba menenangkan diri.

“A-aku sedang keluar mencari angin, Bu,” jawabnya bohong.

Dari ujung meja, Dante menatapnya. Pria itu duduk santai, kaos hitam membalut tubuh tegapnya, satu tangan menopang dagu. Bibirnya terangkat membentuk senyum tipis penuh kemenangan.

Chloe buru-buru menunduk. Tangannya menusuk roti dengan garpu tanpa selera. Setiap kali matanya tak sengaja bertemu pandang dengan Dante, jantungnya meloncat gila-gilaan.

Chloe berusaha mengatur napas setelah insiden tersedak barusan. Untung Sarah tidak terlalu curiga, hanya menghela napas kecil sambil menyuapkan makanan.

“Apa kau sudah dapat kabar dari lamaran pekerjaanmu, Chloe?” tanya Sarah, menoleh dengan tatapan penuh harap.

Pertanyaan itu membuat Chloe sejenak terdiam. Namun sudut bibirnya perlahan terangkat, walau gugup. “Iya, Bu. Kemarin sore aku ditelepon. Aku diterima jadi barista di sebuah kafe dekat pusat kota.”

Wajah Sarah langsung cerah. “Syukurlah! Ibu sudah khawatir kau terlalu stres memikirkan itu. Kapan mulai bekerja?”

“Hari ini,” jawab Chloe singkat.

Richard yang sedari tadi sibuk dengan korannya hanya mengangguk singkat. “Bagus. Kau hebat sekali, Chloe.”

Chloe mengangguk, menunduk sambil menusuk rotinya lagi. Ia sebenarnya ingin bahagia, tapi entah kenapa hatinya terasa campur aduk.

Lalu, suara rendah itu terdengar, jelas ditujukan hanya padanya.

“Kenapa kau tidak beritahu kalau kau bekerja mulai hari ini?”

“Kenapa aku harus beritahumu?” Chloe menatapnya tajam.

Senyum tipis Dante melebar, kali ini terdengar nyaris seperti ejekan.

“Kita saudara. Wajar kalau aku peduli.”

Kata itu menghantam Chloe seperti palu. Saudara? Lidah Dante bisa semanis madu di depan orang lain. Padahal semalam ia sendiri yang berbisik kalau mereka bukan saudara. Kalau ia takkan pernah melihat Chloe seperti itu.

'Dia benar-benar… brengsek. Kenapa bisa mudah sekali mengubah wajah?' batinnya.

Chloe menggenggam garpu lebih erat sampai buku jarinya memutih. Tenggorokannya kering, seolah menolak menelan ludah.

Ia sudah membuka mulut, siap membalas, namun suara Sarah memotong cepat.

“Dante benar juga, Chloe. Kalian tinggal serumah, tentu saja harus saling memperhatikan,” ucap Sarah sambil tersenyum, sama sekali tak menyadari ketegangan yang baru saja tercipta.

Dante masih menatapnya, seolah menikmati setiap detik keterkejutan di wajah Chloe. Ada kilatan puas di matanya.

Namun suasana berubah ketika suara berat Richard tiba-tiba memecah keheningan.

“Kau persis seperti yang dikatakan ibumu, Chloe. Kau cerdas dan dapat diandalkan. Tidak seperti pria di sana yang sampai saat ini bahkan tidak tahu apa yang sedang dilakukannya. Tiap malam menyelinap keluar, lalu kembali pagi-pagi buta.” Dagunya terangkat sedikit, mengisyaratkan arah Dante.

Chloe terbelalak. Ia menoleh sejenak untuk melihat reaksi pria yang dibicarakan.

Sarah spontan menegur, “Richard, jangan begitu. Mereka berdua masih muda, tentu saja wajar kalau kadang—”

“Tentu tidak, Sarah,” potong Richard dingin, lipatan halus di keningnya menegaskan ketidaksukaan. “Satu sibuk berusaha membangun hidup, sementara yang lain sibuk membuang waktu. Kontras yang sangat jelas, bukan?”

Dante sendiri tidak merespons. Pria itu hanya terdiam, sendoknya berhenti di udara. Senyumnya lenyap digantikan sorot mata gelap yang menahan amarah. Rahangnya mengeras, jelas sekali ia menahan diri.

Chloe bisa merasakan ketegangan itu, aura panas yang tiba-tiba berubah jadi dingin menusuk. Ia tahu Dante tidak suka direndahkan, apalagi di hadapan dirinya.

Dan anehnya, ada sesuatu di dalam dirinya yang ikut terhimpit. Walau membencinya setengah mati, Chloe tetap merasakan sejumput iba.

Ada sisi kecil dalam hatinya yang tak suka melihat pria itu dipermalukan, seakan bagian dirinya sendiri juga ikut tercabik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   8 - ADIK TIRI OVERPROTEKTIF

    Chloe berdiri di belakang meja bar. Tangannya lincah menata gelas dan membersihkan bekas tumpahan susu. Matanya tampak fokus, tapi gerakannya terlalu mekanis seolah pikirannya tertinggal di tempat lain.Sudah hampir setengah jam ia bekerja tanpa bicara. Hanya sesekali mengangguk ke pelanggan yang memesan. Di luar jalanan sore mulai ramai, tapi dunia di dalam kafe terasa jauh lebih tenang.Sampai suara berat namun tenang memecah keheningan.“Kau baik-baik saja?”Chloe menoleh pelan. Arga bersandar di meja kerja sebelah, rambut gondrongnya dikuncir rapi, lengan seragamnya digulung sampai siku. Ia menatap Chloe dengan ekspresi cemas yang disamarkan oleh senyum tipis.Chloe sedikit mengerutkan kening, tidak mengerti maksudnya.Arga menatapnya sejenak, lalu menunduk, seperti ragu apakah ia seharusnya melanjutkan.“Maksudku… semalam. Pria itu. Dia sungguh adikmu?” Ia menatap lurus, seolah mencari kata yang tepat.Chloe mengedip pelan, lalu menurunkan pandangan ke cangkir yang sedang ia lap.

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   7 - SENTUHAN TERLARANG

    Dante melangkah mendekat lagi, menutup celah hingga napas mereka hampir bercampur. Chloe menatapnya datar dengan mata dingin yang tak mau luluh. Hanya ada bunyi langkah dan jantung mereka yang berdetak kencang.“Aku akan membunuhmu kalau berani menyentuhku tanpa izin lagi!” Chloe memerintah, suaranya tegas.Tawa Dante meledak, menggulung dan mereda jadi senyum sinis. “Kalau kau tak ingin kusentuh, jangan buat aku marah, Chloe,” jawabnya pelan. Suara itu menjadi dingin, seperti baja yang mengiris.Chloe mendesah. “Dasar gila.” Suaranya penuh rasa jijik.Dante mencondongkan badan, pandangannya menekan. “Kuperingati kau agar tidak dekat-dekat dengan pria lain, selain aku.” Kata-katanya seperti klaim, bukan nasihat.“Kau siapa berani mengaturku?” Chloe menantang, dagunya terangkat.Dante mundur sebentar, lalu tertawa pendek sebelum melangkah maju lagi. Di bawah lampu kuning, bekas luka di pipinya tampak menonjol.“Aku? Adikmu. Kau sendiri yang bilang, bukan?” Suaranya mengambang, penuh ej

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   6 - WANITA YANG JAHAT

    Aroma kopi pekat langsung menyambut Chloe saat ia melangkah masuk ke kafe. Wanita itu menata rambut sebahunya yang bergelombang ringan, meski beberapa helai jatuh bebas menutupi pipinya yang pucat.Wajahnya sederhana, tapi cantik alami dengan mata besar dan bening itu memantulkan kegugupan sekaligus tekad. Dengan celemek hitam yang baru ia kenakan, Chloe terlihat seperti potret barista pemula yang berusaha keras tampil percaya diri.“Chloe, kan?” Suara ramah menyapa.Seorang pemuda berpostur tinggi dengan rambut agak gondrong rapi melangkah keluar dari balik meja kasir. Namanya Arga, senior di kafe itu. Usianya mungkin 25-30 tahun, sorot matanya hangat dan penuh selidik.“Iya.” Chloe tersenyum kikuk, menyembunyikan kegugupannya.Arga mengangguk sambil tersenyum miring. “Aku Arga. Mulai hari ini kita partner kerja. Kamu shift sore sampai malam, kan?”Chloe hanya mengangguk singkat, lalu berjalan mengikuti langkah Arga ke belakang meja. Mesin espresso mendesis, aroma cokelat panas berca

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   5 - BENCI TAPI PEDULI

    Chloe duduk di kursi makan dengan rambut masih berantakan. Matanya sayu akibat semalam hampir tidak tidur.Meja sudah penuh dengan hidangan. Ada roti panggang, telur, dan kopi hangat yang aromanya menusuk hidung.Richard duduk rapi dengan koran di tangan. Sementara Sarah mondar-mandir menambahkan makanan ke piring masing-masing.“Chloe, semalam kau ke mana? Ibu masuk ke kamarmu, tapi kau tidak ada,” tanya Sarah sambil menaruh gelas susu di depannya.Chloe yang sedang meneguk air langsung tersedak. Batuk keras, dadanya naik-turun, membuat semua orang menoleh.“Chloe, hati-hati!” Sarah panik, menepuk-nepuk punggungnya.Wajah Chloe memanas. Bukan karena tersedak, tapi karena otaknya baru saja menampilkan kembali kilasan semalam—mereka bersembunyi di lemari, dan… bibirnya yang direnggut begitu saja.Chloe buru-buru menggeleng, mencoba menenangkan diri.“A-aku sedang keluar mencari angin, Bu,” jawabnya bohong.Dari ujung meja, Dante menatapnya. Pria itu duduk santai, kaos hitam membalut tu

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   4 - CIUMAN DALAM GELAP

    Chloe menatap langit-langit kamar, tubuhnya terasa berat. Semakin lama ia menatap, semakin besar keinginannya untuk pergi dari rumah ini. Namun kenyataan menampar keras. Tabungannya tidak akan cukup.“Aku belum mulai bekerja. Aku juga tidak mau merepotkan ibu,” gumamnya getir, suara nyaris pecah.Ponselnya masih tergeletak di lantai, layar padam. Ia menunduk, lalu meraih benda itu hendak menutup semua tab kost-an yang ia buka. Tapi tiba-tiba, ponselnya berdering beberapa kali.Tring! Tring!Pesan masuk dengan cepat dan bertubi-tubi.Chloe terdiam. Angka di ikon pesan naik seperti deret hitung gila. Mulai dari 15… 27… 39… hingga lebih dari 50 pesan masuk hanya dalam hitungan menit.Ia membuka satu. Isinya sama, hanya satu kata sapaan ‘hai’. Pesan berikutnya? ‘hai’. Dan berikutnya lagi masih ‘hai’.“Orang bodoh mana yang sebar spam seperti ini?” Chloe mendengus, buru-buru memblokir nomor itu. Ia melempar ponsel ke kasur, lalu menutupi wajah dengan bantal mencoba menenangkan diri.Belum

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   3 - DIBALIK PINTU TANPA KUNCI

    Chloe berdiri tepat di depan cermin. Jemarinya sibuk merapikan kerah kemeja putih. Hari ini ia punya wawancara penting. Sebuah kesempatan untuk memulai kembali hidupnya, jauh dari masa lalu yang masih membayang.Namun, bayangan itu justru datang tanpa diundang. Kilatan kembang api. Sorak-sorai orang-orang yang berdesakan di alun-alun kota. Dan sosok Dante, tiga tahun lalu, yang menggenggam erat tangannya."Tunggu aku di bawah pohon besar. Setelah hitungan mundur, kita akan melihat kembang api bersama. Aku ingin malam tahun baru kita jadi awal yang baru, Chloe."Itulah janji terakhir yang Dante ucapkan. Janji yang ia hancurkan sendiri. Karena ketika malam itu datang, Chloe tidak pernah muncul. Ia memilih kabur meninggalkan Dante sendirian di tengah keramaian.Chloe mengerjap cepat, menepis kenangan itu. Ia menarik kemeja hingga menutup sebagian tubuhnya, namun belum sempat mengancingkan semua, suara pintu berderit terbuka hingga membuatnya menoleh kaget.Sosok pria paling dibenci berdi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status