“Kau salah Ruzel, kami tidak mempriotaskan Romeo. Tapi dia akan mengagalkan semua rencana kita. Kamu tahukan apa yang terjadi lima tahun lalu. Aku tidak yakin, Romeo sekarang tidak ada hati sama wanita itu!” jelas Raven dengan menyilangkan kedua kaki panjangnya.
Ruzel terdiam, apa yang di katakan oleh Reihan memang benar. Kemungkinan besar 99% Romeo akan memgagalkan rencana yang sudah di susun untuk memancing ayah dari wanita itu keluar.
“Maaf, aku terbawa emosi. Aku telalu sayang pada tuan muda,” ucap Ruzel jujur.
“Aku tahu dan hanya kau yang bisa aku harapkan daripada Jack yang mulut ember itu.”
Ruzel mengangguk mengerti.
“Aku harus pulang ke Seoul, sebelum Reina terbangun dari tidurnya. Sisanya tolong bereskan,” perintah Reihan yang berdiri dari tempat duduknya.
“Jangan lupa, sering-sering kasih kabar. Kamu itu selalu suka menghilang seperti hantu,” timpal Rayyan yang meran
Tapi ada yang aneh dari sikap Ruster, tubuhnya terlihat menggigil. wajahnya memucat seperti seorang yang demam.“Apakah kau sakit?” ucap Raven dengan pandangan beralih di kedua tangan Ruster yang di sembunyikan di balik tubuhnya."Perlihatkan padaku," perintah Raven dengan menyodorkan telapak tangan kanannya ke hadapan Ruster untuk meminta Ruster memberikan sesuatu yang telah di sembunyikannya.Ruster menggeleng, butiran keringat dingin mengalir di pelipisnya."Tunjukkan pada ku atau.." kalimat Raven menggantung, matanya menatap nakal pada belahan dada yang terpampang indah.Ruster tau kemana fikiran negatif Raven berkelana, pria jahat ini pasti ingin memaksanya bercinta di sore hari seperti dulu."Akkh!" ringisan kesakitan Ruster terdengar jelas, saat Raven menyambar lengannya mencengkramnya kuat. Pasti akan meninggalkan bekas merah dan memar setelahnya.Kotak hitam itu terjatuh dan semua isinya berserakkan termasuk
"Entahlah kau cek saja keruangannya, aku buru-buru dan sampai jumpa!" pamit Romeo yang melanjutkan langkahnya dan Aelin mengikuti Romeo yang membuka pintu mobil."Meo, tunggu aku. kau ingin ke mana?""Aku ingin pulang sebentar.""Aku ikut ya.." pinta Aelin memohon dan membuka pintu mobil di samping. kemudian sudah duduk manis di dalam mobil Romeo.“Wanita ini sungguh merepotkan, kalau aku pulang bersama Aelin. Maka,” batin Romeo yang takut Ruster salah paham padanya. tapi Aelin juga kerabatnya, walau dulu mereka pernah terjalin hubungan yang intens."Sepertinya aku tidak jadi pulang,” ucap Romeo tetiba."Ya sudah kita makan siang bareng," Ajak Aelin yang tidak menyerah.Romeo pasrah karena Aelin pasti tetap memaksanya, Romeo duduk di kursi kemudinya menyetir mobilnya meninggalkan area perkantoran dengan hati panas.***Kecupan dan jilatan masih di lakukan Raven di saat Ruster sudah terlelap
Sesampai di rumah, Aelin masuk ke dalam dengan menaiki anak tangga. Ia membuka pintu kamar Raven dan pandangannya jatuh pada seorang wanita yang di samping Raven.“Raven?” suara jeritan seorang wanita tiba-tiba datang dari arah pintu kamar Raven.Ruster mengangkat kepalanya dan melihat seorang wanita berdiri di depan pintu. Wajah cantik dengan kulit eksotisnya mengeras melihat kemestraan mereka berdua.Ruster yang melihat hal itu, buru-buru menjauhkan diri dan berusaha untuk duduk normal. Namun Raven enggan melepaskan pelukkannya.“Ven… lepasin..” Ruster memohon, namun Raven bergeming.Raven semakin merapatkan tubuh Ruster dengan tubuhnya. Kedua tangannya yang semula berada di punggung Ruster mulai bergerak naik dan menangkup wajah Ruster.Raven menatap Ruster dengan mesra, lalu dengan satu gerakan pasti. Raven mendaratkan bibirnya ke bibir Ruster. Raven menciumnya dengan intim, melumat bibir penuh milih Ruster
"Hemm….Aku sangat lelah," balas Ruster tanpa bisa di cegah sebutir air matanya mengalir.Romeo yang melihatnya langsung menyeka dengan ibu jarinya."Kenapa kau menangis?""Tidak ada, hanya saja aku ingin tidur lebih lama lagi."Ruster tidak bisa mengatakan pada Romeo, bahwa ia sudah lelah dengan janji manis dan kebohogan Romeo selama ini."Usstt…." jari telunjuk tangan Romeo menutupi bibir Ruster." Jangan bicara seperti itu lagi,” lanjut Romeo dengan wajah sedihnya."Boleh kah aku bertanya sesuatu?" tanya Ruster menegakkan tubuhnya bersandar meraih tangan Romeo dan menggenggamnya erat."Tentang?""Emilia Lim."Mimik wajah Romeo berubah datar, ia mengernyitkan keningnya bingung dari mana Ruster tau nama itu. ia yakin, pasti Raven yang memberitahukannya pada Ruster. tentang apa sebenarnya maksud kakaknya dengan sengaja membuka masa lalunya pada Ruster."Aku menemukan kotak di dalam lemari
"Ada apa?" tanya Ruster yang heran dengan sikap Romeo yang tetiba diam.Ruster menatap manik mata Ruster, rasanya ia tidak tega membawa Ruster bersamanya."Tidak ada," jawab Romeo dengan senyuman yang di paksakan dan menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana."Lihat Meo, di sana ada badut! Ucap Ruster yang sangat kegirangan seperti anak kecil.“Hari ini mungkin Ruster bisa tertawa bahagia, tapi setelahnya wajah cantik itu kembali bersedih!” batin Romoe.Romeo tidak menggubris permintaan Raven untuk membawa Ruster datang ke club malam. Perasaanya tidak baik mungkin saja Raven merencanakan sesuatu yang dapat membahayakan Ruster kedepannya dan ia juga tidak perlu membuktikan pada Raven soal perasaanya kini pada Ruster.setelah mengantar Ruster pulang ke rumah, Romeo beralasan mengambil dokumen yang ketinggalan di perusahan. Karena ia ingin membuat perhitungan dengan Raven. Setidaknya satu atau dua pukulan akan ia layang
Tatapan Ruster tidak pernah lepas dari Raven yang menyetir mobilnya. sosok pria seperti apa sebenarnya Raven, kepribadian pria ini terlihat misterius dan dingin. tapi Ruster tahu, Raven sangat menyayangi adiknya Romeo. sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu mereka hingga mereka berdua memperlakukan semena-mena terhadap wanita dan apa itu Pandora heart.***Di klub malam, ruang super VVIP."Apa yang kau lakukan," ucap Romeo yang mendorong Aelin dan menatap murka pada wanita itu yang tersungkur ke lantai.AElin tersenyum sinis, membalas tatapan Romeo dengan tatapan benci. Tepatnya ia benci dengan kedua kembar yang telah mempermainkan hatinya dengan janji manis."Apa kau sudah gila?" bentak Romeo geram."Aku gila karenamu, karena Raven juga!" balas Aelin yang berdiri dan berusaha mendekati Romeo lagi."Hentikan langkah mu, Aelin.”"Bukankah kau datang menemuiku! ayolah kita bergabung dengan mereka melakukan thr
"Kau malam tadi berada di club?" tanya Romeo kaget, seolah tebakkanya menjadi kenyataan.Ruster mengalihkan pandangannya enggan menatap Romeo. Karena kejadian malam tadi berputar kembali di benaknya seperti sebuah potongan film."Kenapa kau pergi ke club? Kau membuntutiku? Atau kau kerjasama dengan Raven?" tanya Romeo dengan segala deretan pertanyaanya dengan emosi membara di dalam hatinya."Kau banyak bertanya, Romeo. Sedangkan pertanyaanku saja kau tidak mampu menjawabnya."Romeo mendengus, ingin sekali ia melampiaskan amarahnya pada istrinya yang bodoh. Yang bisa-bisanya bekerjasama dengan Raven."Jawaban apa yang kau harapan, kau hanya pelacur di rumahku! apa kau merasa sudah besar kepala atas sikap baikku padamu dan menganggap pernikahan ini nyata, kau salah besar. Kau hanya seorang jalang yang tidak ada artinya," ucap Romeo yang lain di hati dan di mulut.Rasanya sesak saat kalimat menyakitkan itu terlontar dari Romeo. Ruster tidak bis
Ruster akhirnya mengalah dan membuka mulutnya menggigit roti yang di suapkan ke mulutnya."Minumlah," perintah Romeo dengan menyodorkan segelas susu pada Ruster yang di sambutnya.Romeo meraih tangan Ruster dan menggenggamnya dengan erat."Maafkan aku, membuat kau menderita!" ucap Romeo. sementara Ruster hanya terdiam membisu."Dia bukan wanita spesial, aku pastikan malam itu tidak terjadi apapun. aku ke club malam karena mencari Raven. tapi saat aku memasuki ruangan yang sering Raven gunakan, wanita itu tiba-tiba memeluk dan menciumku. Aku tidak terima dan langsung mendorongnya, kemudian memilih pulang ke rumah," jelas Romeo jujur agar Ruster juga mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. apakah bekerjasama dengan Raven untuk menjebaknya atau sebaliknya."Untuk apa kau menjelaskannya padaku, bukan kah aku bukan siapa-siapanya kamu.""Kau istriku, sudah selayaknya aku menjaga perasaanmu dan maafkan semua ucapanku yang menyakitimu!" ucap