Anelies duduk di atas batu agak datar di antara semak rumput tidak terlalu tinggi, gadis itu menyingkirkan sisa terakhir pakaiannya, membiarkan Jared melihatnya. Tungkai rampingnya yang lembut terlihat sepeti kaki peri ketika Anelies menjejak ke tepian batu tempatnya sedang duduk setengah berbaring.
Jared langsung melompat turun dari punggung kuda, menyambar pakaian Anelies untuk menutupi tubuh gadis itu.
"Satu minggu yang lalu usiaku sudah genap tujuh belas tahun aku sudah cukup dewasa untuk berbuat apa saja, dengan siapa saja. Kau tidak perlu khawatir, aku juga sudah pernah melakukannya," ucap Anelies pada Jared yang masih coba menutupi tubuh Anelies sekenanya.
"Aku tidak akan apa-apa." Anelies mencekal tangan Jared yang hendak berdiri dan gadis itu masih menengadah se
YUK VOTE DULU
Semua pekerja istal ikut berkumpul di beranda samping rumah utama mengelilingi meja besar di area dapur kekuasaan Carolina. Jadi jangan heran jika juru masak bertubuh subur itu jadi yang paling jumawa jika ada yang berani melanggar aturannya. Carolina sudah menyiapkan bebagai menu masakan dan seperti biasa para pria-pria tua itu selalu rakus. "Kemari, Jared. Sudah kuambilkan sup untukmu." "Karena dia masih muda dan tampan jadi kau paling memanjakannya?" "Diam kau, Kakek Tua! " Carolina tidak menghiraukan dia tetap menarik lengan Jared yang kebetulan terakhir tiba. Anelies sudah ikut duduk di tengah meja makan bersama mereka semua dan ikut menertawakan entah lelucon apa karena Jared memang sudah tertinggal. Anelies menoleh padanya dan tersenyum. "Ingat anak muda jangan coba menggoda nona kami, cukup Carolina saja. " Carolina langsung memukul punggung sepupunya itu dengan spatula. Selain sepupunya, paman Carolina dulu juga bekerj
Salju mulai menebal di pertengahan Desember dan sampai puncaknya di bulan Januari. Padang rumput yang luas sudah sempurna diselimuti salju. Meskipun para kuda termasuk hewan yang paling tahan terhadap cuaca dingin, tapi biasanya justru para pekerja yang semakin enggan membawa kuda keluar istal. Cuma Jared yang terlihat tetap tidak keberatan untuk berkeliaran di cuaca yang sudah semakin membeku, menurutnya kuda-kuda tersebut tidak hanya cukup di beri tumpukan jerami kering, mereka perlu bergerak utuk terus bugar dan mempertahankan panas tubuhnya. Mateo memperhatikan Jared yang sudah beraktifitas sejak pagi, seolah sama sekali tidak mengenal rasa dingin meskipun napasnya terlihat berkabut. "Kubuatkan minuman panas untukmu!" Mateo mengangkat segelas coklat panas utuk dia tunjukkan pada Jared yang masih sibuk membawa kuda-kuda berputar di sekitar istal. "Sebentar lagi Paman!" Jared berputar sekali lagi sebelum kemudian memasukkan kuda-kuda ke dalam istal. Paling tidak dua jam dalam se
"Aku akan menawarkan pernikahan untukmu." "Apa maksud Anda?" Geby langsung balik bertanya dengan menatap seorang Jeremy Loghan yang sepertinya juga tidak sedang bercanda. "Aku akan menikahimu jika kau ingin tetap bisa mengurus keponakanku." Walaupun terkejut Geby tetap wanita yang sangat masuk akal dan pastinya tidak akan asal menyetujui ide gila macam itu begitu saja. Apa lagi jika ide gila tersebut keluar dari pria seperti Jeremy Loghan yang dia tahu paling tidak punya hati. "Aku akan menjadikanmu seorang Loghan untuk bisa mengurusnya karena aku juga tidak mau mengurus anak itu." Geby masih diam belum menjawab karena tetap mustahil dirinya mau menikah dengan pria seperti Jeremy Loghan. Bahkan untuk sekedar membayangkannya saja Geby tidak sanggup. "Kau tidak perlu melakukan tugas sebagai seorang istri," tambah Jeremy. "Karena aku juga tidak akan menyentuh wanita bekas kakak laki-lakiku!" Walau kata-kata sinis itu sempat membuat punggung Geby berjengit tegang tapi justru karena
TIGA TAHUN SEBELUMNYA Gabriela Harlot adalah seorang wanita muda 23 tahu yang cantik, cerdas, dan berasal dari keluarga terpandang. Diam-diam Geby jatuh cinta pada James Loghan yang merupakan bosnya dan pria yang sudah beristri. Hari masih pagi dan Geby juga baru tiba ketika James masuk ke ruanganya kemudian menutup pintu. Aroma parfum yang dipakai James langsung ikut memenuhi seisi ruanganya. Aroma yang sangat dia kenal dan akan selalau membuat dadanya ikut menghangat. "Hadiah apa yang kau inginkan saat ulang tahun?" tanya pria tampan itu ketika menghampiri meja Geby dan tersenyum. Geby terkejut karena ulang taunya masih lima bulan lagi dan dia juga tidak pernah bermimpi bakal ditanya hadiah seperti itu oleh seorang James Loghan, sampai James kembali melanjutkan. "Akhir minggu ini Olivia ulang tahun dan aku tidak tahu hadiah apa yang pas untuknya." Ternyata yang James maksud hadiah untuk istrinya, tentu Geby langsung kecewa tapi tidak pantas bersedih karena berani mengagumi pria
Jeremy Logan baru saja mendapat kabar jika saudara laki-lakinya sedang sekarat dan mengharap kepulanganya. Sudah lewat sepuluh tahun sejak Jeremy berjanji untuk tidak lagi menginjakkan kaki di rumah keluarga Loghan yang pernah membuatnya sangat sakit hati. Bahkan beberapa tahu yang lalu ketika Jeremy mendengar kakak laki-lakinya James Loghan mengalami kecelakaan dan istrinya meninggal, Jeremy tetap tidak sudi untuk pulang sejenak. Sekarang Jeremy sudah sangat sukses dengan kehidupannya sendiri dan tidak butuh sepeserpun harta dari keluarga Loghan. Tidak akan ada yang berani menyepelekannya lagi, bahkan sekarang dia sudah jauh melampaui James Loghan dengan segala kesuksesannya. Jeremy Loghan adalah pemuda 31 tahu yang sangat tampan dengan sepasang netra biru pekat seperti laut dalam. Meskipun tatapannya selalu dingin penuh kekejian tapi ia tetap sosok yang karismatik layaknhya seorang Loghan. Bahkan ketika dia hanya sekedar duduk, siapapaun akan gentar menghadapinya. Termasuk Mr. Harlo
YORKSHIRE Jeremy sudah tidak ingat kapa terakhir dirinya melihat halam rumput keluarga Loghan. Rumah utama masih terlihat sama tidak banyak yang berubah sejak dirinya datang untuk menghadiri pemakaman sang kakek sepuluh tahun lalu. Bahkan pagar kudanya juga masih sama. Sejak Jeremy dan James berumur belasan tahun mereka sudah tinggal di sekolah asrama elit di Washington dan hanya sesekali mengujungi sang kakek saat musim libur. Mereka akan menghabiskan masa libur dengan berkuda di tanah keluarga mereka yang luas dengan perbukitan hijau. Tanah yang sampai sekarang masih alami tak terjamah oleh moderenisasi. Seluruh tanah dan properti keluarga Loghan memang masih utuh terjaga. Semua itu adalah warisan turun temurun dari leluhur nenek moyang mereka yang pernah menjadi penguasa di perbatasan Utara Inggris. "Oh, Tuanku sejak kapan Anda datang?" kaget salah seorang pengurus rumah begitu melihat Jeremy Loghan berdiri di ambang pintu. Jeremy juga sudah mengenal Mr. Papkins, pria yang sekar
Jeremy langsung menatap dingin pada saudaranya yang baru didorong keluar dengan kursi roda oleh seorang wanita. Di mana James Loghan yang dulu terkenal paling gagah ketika berdiri di atas singgasana keluarga Loghan. Karena yang Jeremy lihat sekarang hanyalah pria cacat menyedihkan, hanya bisa duduk di atas kursi roda dan sedang sekarat. Sebenarnya Jeremy bukannya tanpa hati untuk bersimpati pada nasib malang saudara laki-lakinya, tapi jika kembali melihat wanita muda yang sedang berdiri di samping James, seketika kemurahan hatinya yang cuma tinggal seujung jari itu pun ikut lenyap. "Terimakasih kau sudah mau pulang," sambut James lebih dulu. "Apa tidak bisa kita hanya bicara berdua?" sarkas Jeremy ketika melihat pada Gabriela Harlot yang menurutnya tak lebih dari produk konspirasi dari seorang Harlot yang cerdas. Jeremy tahu semua anak-anak Harlot adalah orang-orang yang sangat berpendidikan. Tidak ada seorang Harlot yang bodoh hingga mau menghabiskan waktu dengan pria cacat h
Geby baru akan mengambil kudanya dari istal ketika mendengar suara ringkihan kuda yang tidak biasa dari istal khusus. Buru-buru Geby memastikan dan tidak menyangkan bakal menemukan Jeremy Loghan berada di istal kuda. Pria kaya itu memang sama sekali tidak cocok untuk berada di istal kuda. Gaya dan pakaiannya terlalu mahal untuk dibawa berkeliaran di dekat tumpukan jerami.Sebenarnya tadi Jeremy ingin mencari kuda kakeknya, karena dulu istal khusus tersebut memang cuma di tempati oleh King kuda hitam kesayangan sang kakek. Tapi sepertinya kuda itu memang sudah tidak ada dan sekarang ditempati kuda lain yang hampir mirip."Sebaiknya Anda hati-hati karena Prince agak sensitif dengan orang asing." Geby memperingatkan ketika melihat Jeremy hendak menyentuh kepala kuda tersebut."Sepertinya Anda ada di mana saja, Nona Harlot?" sarkas Jeremy yang masih sama sekali tidak menghargai keramahannya.Kali ini pria tersebut sudah berpaling dan menghadap pada Geby yang sudah siap dengan pakaian berku