Geby baru akan mengambil kudanya dari istal ketika mendengar suara ringkihan kuda yang tidak biasa dari istal khusus. Buru-buru Geby memastikan dan tidak menyangkan bakal menemukan Jeremy Loghan berada di istal kuda. Pria kaya itu memang sama sekali tidak cocok untuk berada di istal kuda. Gaya dan pakaiannya terlalu mahal untuk dibawa berkeliaran di dekat tumpukan jerami.
Sebenarnya tadi Jeremy ingin mencari kuda kakeknya, karena dulu istal khusus tersebut memang cuma di tempati oleh King kuda hitam kesayangan sang kakek. Tapi sepertinya kuda itu memang sudah tidak ada dan sekarang ditempati kuda lain yang hampir mirip.
"Sebaiknya Anda hati-hati karena Prince agak sensitif dengan orang asing." Geby memperingatkan ketika melihat Jeremy hendak menyentuh kepala kuda tersebut.
"Sepertinya Anda ada di mana saja, Nona Harlot?" sarkas Jeremy yang masih sama sekali tidak menghargai keramahannya.
Kali ini pria tersebut sudah berpaling dan menghadap pada Geby yang sudah siap dengan pakaian berkuda. Seharusnya memang tidak aneh jika Geby berada di istal, beda dengan Jeremy Loghan. Jeremy lebih cocok duduk di sofa jet pribadi dibanding berkeliaran di kandang kuda.
"Sebaiknya Anda memilih kuda yang lain jika ingin berkuda," saran Geby. "Ada beberapa jenis Morgan di istal sebelah."
Kuda Arab jantan itu memang masih agak liar untuk dipilih. Tapi nampaknya sudah bukan itu lagi fokus Jeremy kali ini.
"Katakan apa yang kau inginkan, Nona Harlot?"
"Apa maksud Anda?" Geby balas bertanya dan berusaha untuk tidak buru-buru tersinggung dengan tatapan Jeremy Loghan yang jelas sedang meremehkannya.
"Aku akan mencantumkan namamu dalam surat perjanjian, kau bisa minta apa saja atas jasamu selama ini."
Geby juga sudah mendengar mengenai surat perjanjian yang akan dibuat James dan Jeremy tapi Geby memang tidak pernah berpikir mengenai imbalan apapun.
"Aku tidak meminta imbalan apapun pada James."
"Mulia sekali jika seorang Harlot hanya mengharapkan imbalan hati dari saudaraku."
"Sebaiknya jaga ucapan Anda, Mr. Loghan." Gaby balas menatapnya dengan tegas jika memang pria itu berniat untuk merendahkannya.
"Cukup kukatakan sekali lagi kau boleh minta apa pun, karena seorang Loghan tidak akan mengambil sesuatu yang gratis bahkan hanya untuk kehangatan seorang wanita."
"Plak!"
Gaby juga tidak menyangka jika dirinya baru saja menampar seorang Jeremy Loghan. Meski tamparannya sama sekali tidak membuat pria itu bergeming tapi pastinya tetap berhasil melukai harga diri seorang Jeremy Loghan. Geby melihat rahang pria itu masih berkedut ketika berjalan maju untuk mendekatinya. Geby tidak mau terlihat takut ketika Jeremy Loghan mencekal dagunya.
"Apa James yang sudah membuat wanita sepertimu besar kepala?"
Geby sudah hendak kembali menamparnya tapi kali ini Jeremy jauh lebih cepat menangkap pergelangan tangannya.
"Siapa yang mengijinkanmu mengangkat tangan padaku!" desis Jeremy.
"Aku memang mencintai James tapi kau tidak berhak menghinaku karena itu!"
Jeremy cuma menyunggingkan seringai sinis.
"Karena dia layak untuk dicintai, dibanding pria yang merasa sempurna tapi menjijikkan dengan menekan wanita!"
"Omong kosong!"_____ "Jangan naif, Nona Harlot. Apa menunggangi saudaraku yang duduk di kursi roda sama seperti saat kau menunggangi seekor thoroughbred?" Jeremy masih ingat dengan kuda yang ditunggangi Geby kemarin sore dan tahu jika wanita itu memiliki selera yang baik dalam memilih kuda.
Geby sempat merinding karena jadi membayangkan Jeremy Loghan yang seperti seekor thoroughbred dan tidak menyangkan jika kemudian pria itu malah mencium bibirnya. Menciumnya seperti seorang pria meskipun sambil mencekal tangan Geby dan menahan dagunya. Bibirnya hangat lembab dan memang tidak seperti ketika James menciumnya dengan taku-takut dan sopan, karena seorang Jeremy Loghan sepertinya memang sama sekali tidak memiliki rasa takut. Pria itu mendesakkan lidahnya untuk bercampur dan menghisap.
"Sekarang katakan padaku jika kau masih jijik!"
Geby kembali menamparnya tapi Jeremy sengaja membiarkannya, karena dia tahu berapa kali pun wanita itu menamparnya tetap tidak akan menghapus sedikitpun harga dirinya yang sudah sama tak bernilainya dengan wanita yang bisa asal dicicipi di pinggir jalan.
"Kau tetap tidak ada bedanya dengan wanita yang dapat dibeli dengan murah meskipun dengan gelar pendidikanmu sebagai seorang Harlot!"
Geby mengakui jika dia sangat awam untuk menangani pria tapi bukan berati lantas dirinya bisa dihina oleh seorang Jeremy Loghan dengan serendah itu.
"Silahkan kau berbangga dengan kemampuanmu! dengan kesuksesanmu sekarang! tapi lihat apa mereka bisa menghargaimu seperti pada James! Bahkan untuk sekala hatiku saja kau sama sekali tak sebanding sedikitpun dengan kebaikan kecilnya!"
Tidak tahu kenapa kata-kata Geby kali ini ternyata lebih berhasil menyerang seorang Jeremy Loghan dengan begitu tepat di pusat jantungnya yang berdenyut.
Selama dirinya masih hidup Jeremy tahu jika rasa nyeri itu tetap akan muncul kembali. Dia hanya tidak menyangka jika seorang Harlot yang baru dilihatnya tidak lebih dari dua hari sudah mampu melakukanya.
Napas Geby masih tersendat sesak membawa dadanya ikut bergerak naik turun dengan gelepar panas meskipun Jeremy Loghan sudah berjalan pergi meninggalkannya berdiri sendiri di lorong istal.
****
"Dimana Geby kenapa lama sekali." Lily sudah mulai menggerutu pada James karena Geby yang pergi mengambil kudanya belum juga muncul.
Mr. Papkins yang James suruh menjemput Geby terlihat buru-buru menyebrangi halaman dari arah istal.
"Lily temui bibi Beatris dan minta puding padanya dulu," perintah James pada putrinya.
"Jadi aku boleh mendapatkan puding sebelum pelajaran berkuda?"
"Ya, hanya untuk hari ini."
Lily segera mencium pipi James sebelum berlari ke dapur bibi Beatris.
James tahu ada yang tidak beres dari wajah tergesa-gesa kepala pelayannya.
"Maaf Tuanku, sepertinya Nona Geby bermasalah dengan tuan muda Jeremy."
"Apa maksudmu!" heran James karena tahu Jeremy bukan tipe orang yang akan ribut dengan wanita, sampai kemudian Mr. Papkins membisikkan sesuatu padanya.
Mr. Papkins mengatakan apa yang tadi dilihatnya di istal. Tentu James juga masih syok mendengarnya tapi dia juga segera berpikir dan menyuruh Mr. Papkins untuk menghubungi notarisnya.
"Suruh Mr. Rich untuk menemuiku siang ini!"
"Baik Tuanku." Mr. Papkins mengangguk patuh pada perintah tuannya, meskipun dia sendiri pasti tahu seperti apa perasaan seorang James Loghan ketika mendengar adik laki-lakinya berani mencium nona Harlot dengan tidak sopan.
Semu orang yang tinggal di rumah itu juga tahu bagaimana tuan mereka sangat menjaga Geby dan tidak akan membiarkan gadis baik itu dihina oleh siapapun.
NOTE: 'Thoroughbred' adalah jenis kuda gagah dan berotot posturnya lebih tinggi dari kuda Arab, biasanya berwarna coklat ,hitam, dan abu-abu. Kekuranganya mudah stres.
'Morgan' adalah Jenis kuda yang lebih ramah bahkan terhadap orang asing, cocok untuk tunggangan orang yang baru mengenal kuda.
Mr. Papkins melihat Geby kembali dari istal tapi tidak membawa kuda. Geby langsung masuk ke kamarnya dan tidak keluar lagi sampai beberapa lama. Sebenarnya Mr. Papkins juga khawatir tapi rasanya tidak etis untuk ikut campur. Geby berdiri di depan cermin melihat dirinya sendiri yang masih sangat marah tapi tidak bisa asal memaki pada pria seperti Jeremy Loghan walaupun pria itu sudah sangat berani menciumnya. Kenyataanya mereka berdua sama-sama orang dewasa yang berpendidikan dan tidak selayaknya bertengkar seperti tadi. Sangat memalukan untuk sekedar dipikirkan apalagi dibahas. Geby cuma kembali berkumur-kumur kemudian mengambil tisu untuk membersihkan bibirnya entah untuk apa karena sebenarnya juga tidak berguna kecuali hanya untuk sedikit menghibur kekesalannya sendiri sebelum berani keluar dari kamar untuk mencari James. "Di mana James?" tanya Gaby pada Mr. Papkins. "Tuan muda James masih berada di ruang kerjanya bersama Mr. Rich. Mr.Rich adalah notaris kepercayaan James yang k
Kondisi James terus menurun dengan cepat, Geby mulai khawatir jika James tidak akan sanggup melalui akhir tahun ini. James sudah tidak bisa lagi duduk di kursi roda, dia hanya bisa berbaring di atas ranjang dan sudah sama sekali tidak bisa bergerak. Kadang dia ingat untuk memanggil Geby kadang juga sudah lupa dengan namanya. Terakhir James hanya menyebutnya 'kau cantik' kemudian Geby mengangguk dan menciumnya.Geby tidak pernah menyangkan jika dirinya akan dilupakan oleh James dengan cara seperti ini, cara yang tidak bisa dia benci dan rasanya ternyata jauh lebih berat dari dilupakan kekasih karena pengkhianatan. Hal itu membuat Geby semakin sadar jika cinta, kebencian, kebahagiaan, dan kesedihan batasnya sangat tipis. Karena begitu ingatan memudar semua itu sudah tidak akan ada artinya lagi.Lantas untuk apa manusia masih suka mempertahankan kebencian jika sebenarnya tiap tarikan napas mereka jauh lebih berharga untuk sama-sama bahagia. Berapapun sisa waktu yang dimilik James, tiap det
Geby baru kembali melihat Jeremy Loghan ketika makan malam. Geby yang baru bergabung memilih duduk di samping sang paman dan berhadapan dengan sepupunya Tobias yang duduk bersebelahan dengan Mr. Rich. Jeremy Loghan duduk di ujung meja sebagai tuan rumah. Meja persegi panjang dengan sepuluh pasang kursi itu malam ini diisi oleh lima orang dengan suasana yang masih hening dan sunyi dalam suasana duka. Geby hanya melihat sebentar pada Jeremy Loghan, cuma untuk sekedar memastikan jika pria itu masih utuh setelah menunggangi Prince seperti siang tadi. Meski hanya sepersekian detik Geby yakin Jeremy sempat menangkap sepasang manik matanya sebelum kemudian melanjutkan obrolanya dengan Mr. Rich."Kami akan kembali besok." Mr. Harlot bicara pada keponakannya dan Geby hanya mengangguk."Terimakasih Paman sudah bersedia datang.""Kami juga mencintai James," jawab sang paman.Kali ini Tobias Harlot yang meraih tangan Geby dari seberang meja. "Jaga dirimu baik-baik, Geby."Walaupun sudah tidak ada
Pagi-pagi Geby sudah bangun karena paman dan sepupunya akan pulang pagi ini."Jaga kesehatanmu, Geby," pesan sang paman ketika Geby memeluknya.Geby juga memeluk sepupunya dan membiarkan Tobias balas memeluknya dengan mantap seperti biasanya."Aku akan pulang saat nanti kau menikah." Gaby mendongak pada sepupunya yang tiga bulan lalu sudah bertunangan tapi Geby tidak bisa pulang karena kondisi James yang terus menurun."Kau juga harus mulai memikirkan masa depanmu sendiri!"Geby cuma mengangguk lesu tapi tetap tersenyum pada sepupunya. Di antara ketiga sepupunya Geby memang paling dekat dengan Tobias."Ayo,Gaby ku, kau wanita yang hebat!" Tobias Harlot menepuk punggung Geby agar kembali bersemangat seperti Geby yang mereka kenal dulu.Setelah mereka berdua pergi Geby segera mencari Lily ke kamarnya."Geby!" gadis kecil itu langsung berlari dan melompat ke pelukannya. "Aku kira mereka juga akan membawamu.""Oh, tidak sayang. Aku tidak akan ke mana-mana, aku akan selalu bersamamu.""Aku
Stelah James meninggal, bencana yang lain kembali datang. Jeremy Loghan akan membawa Lily bersamanya. Rasanya Geby benar-benar tidak sanggup untuk sekedar membayangkan hal itu. Lily masih sangat kecil dan Geby yakin Jeremy hanya akan menelantarkan Lily tanpa kasih sayang.Kesedihan mereka semua atas kepergian James masih belum usai dan sekarang semua orang di rumah keluarga Loghan juga ikut kembali bersedih dengan rencana Jeremy yang akan membawa Lily karena Jeremy juga tidak akan pernah mau tinggal di Yorkshire hanya untuk mengawasi keponakannya. Tidak ada yang berani menentang seorang Jeremy Loghan yang telah membuat sebuah keputusan apapun itu."Mr. Papkins mengatakan jika Anda mencari saya?" kata Geby setelah mengetuk daun pintu yang sudah setengah terbuka."Masuk dan tutup pintunya."Geby melihat Jeremy Loghan sedang duduk di kursi milik James, kursi bersandaran tinggi dengan lapisan kulit yang disamak lembut itu terlihat sangat hidup ketika Jeremy Loghan yang duduk di sana. Tempa
Semua orang mengucapkan selamat untuk pernikahan Geby dan Jeremy yang tetap terlihat sangat manis meskipun setelah duka yang menimpa keluarga Loghan. Sepertinya juga cuma seorang Jeremy Loghan yang berani mengelar pernikahan hanya berselang beberapa minggu dari kepergian kakak laki-lakinya. Walaupun dianggap tabu tapi tidak ada yang berani menghentikan kemauannya. Tidak sedikit rumor yang mulai beredar mengenai pernikahan mendadak mereka yang diragukan. Apa lagi semua orang yang berada di rumah keluarga Loghan juga tahu jika Geby sangat mencintai James, bagi mereka semua Geby adalah milik James. Tapi sepertinya Jeremy juga aktor yang brilian, dia tega mencium Geby di depan semua orang hingga membuat kepala Geby pening, bahkan dia belum berhenti sampai para tamu berhenti bertepuk tangan dan ikut merinding.Mereka tahu seorang Jeremy Loghan memang mampu mendapatkan wanita manapun, termasuk wanita yang masih mencintai kakak laki-lakinya. Dia muda, tampan, dan tentunya sangat kaya raya. Ju
Satu hal yang seharusnya mulai Geby catat 'jika menikah dengan seorang Jeremy Loghan tidak akan membuat hidupnya sama lagi seperti dulu!' Bukan hanya karena kekuasaan dan nama besar keluarga Loghan yang harus ikut ia jaga. Tapi pria tanpa hati itu juga dapat berbuat apapun terhadap dirinya. Akhirnya Geby terpaksa kembali menuruti kemauan Jeremy. Geby ikut pergi ke New York dan sama sekali tidak ada obrolan di antara mereka berdua di sepanjang penerbangan. Geby memang bisa sangat lembut ketika bersama James tapi juga bisa keras kepala luar biasa saat bersama Jeremy Loghan. Geby menganggap bebas harus bersikap seperti apa ketik mereka hanya berdua di kabin pesawat, tidak perlu berpura-pura. "Bersikaplah layaknya seorang istri jika di depan semua orang!" tegas Jeremy sebelum pintu jet pribadinya dibuka. Begitu mereka keluar, Jeremy langsung memperkenalkan Geby pada sekertarisnya yang bernama Ovelia Graison, seorang wanita muda yang cantik dan sama angkuhnya dengan Jeremy. Tak mengheran
Jeremy Loghan adalah pria dewasa pastinya dia memiliki kebutuhan terhadap wanita, wajar jika pria seperti dirinya memiliki lebih dari satu wanita yang akan dengan profesional melayaninya setiap waktu.Ovelia Graison juga sudah tahu berapa banyak wanita yang dipelihara oleh seorang Jeremy Loghan dan diberi penghidupan dengan sangat layak hanya dengan pekerjaan berbaring di atas ranjang. Tapi belum pernah Ovelia merasa cemburu dengan satupun dari wanita-wanita tersebut, karena selama ini dirinya merasa menjadi yang paling banyak mendapatkan perhatian dari Jeremy. Namun saat tiba-tiba dia mendengar Jeremy Loghan menikahi seorang wanita tentu itu artinya sangat berbeda. Apa lagi dengan segala rumor pernikahan mereka yang serba mendadak. Ovelia sangat sakit hati karena justru mendengar berita tersebut dari media."Bersiaplah aku ingin istirahat sejenak!"Jeremy yang baru datang langsung meminta Ovelia bersiap melayaninya.Ovelia segera mandi untuk mempersiapkan dirinya dan tidak lupa memaka