Share

BAB 8 HARI TERAKHIR

Kondisi James terus menurun dengan cepat, Geby mulai khawatir jika James tidak akan sanggup melalui akhir tahun ini. James sudah tidak bisa lagi duduk di kursi roda, dia hanya bisa berbaring di atas ranjang dan sudah sama sekali tidak bisa bergerak. Kadang dia ingat untuk memanggil Geby kadang juga sudah lupa dengan namanya. Terakhir James hanya menyebutnya 'kau cantik' kemudian Geby mengangguk dan menciumnya.

Geby tidak pernah menyangkan jika dirinya akan dilupakan oleh James dengan cara seperti ini, cara yang tidak bisa dia benci dan rasanya ternyata jauh lebih berat dari dilupakan kekasih karena pengkhianatan. Hal itu membuat Geby semakin sadar jika cinta, kebencian, kebahagiaan, dan kesedihan batasnya sangat tipis. Karena begitu ingatan memudar semua itu sudah tidak akan ada artinya lagi.Lantas untuk apa manusia masih suka mempertahankan kebencian jika sebenarnya tiap tarikan napas mereka jauh lebih berharga untuk sama-sama bahagia. Berapapun sisa waktu yang dimilik James, tiap detiknya akan tetap sangat berharga bagi Geby.

Geby memutuskan untuk mengirim Lily agar tinggal bersama pengasuhnya dulu untuk sementara, karena Geby tidak mau putri semata wayang James itu ikut melihat hari-hari terakhir ayahnya dan dilupakan. Geby ingin Lily tetap mengingat James sebagai ayah yang mencintainya.

Setelah James mulai lumpuh total Geby bersikeras untuk mengurusnya sendiri termasuk menyeka dan membersihkannya setiap hari tanpa rasa risih ataupun jijik. Geby melakukan semua itu karena cinta. Cintanya kepada James Loghan yang begitu besar meskipun dirinya tetap akan dilupakan tanpa arti. Karena Geby tetap bukan siapa-siapa bagi pria itu, dia tidak akan sama seperti wanita yang telah dinikahi. Karena Geby memiliki keyakinan jika sebuah pernikahan bisa mengikat dua manusia selamanya bahkan setelah ajal. Tapi James yang tidak pernah mau menyeret Geby ikut menderita bersamanya, meski sekarang Geby tetap saja menderita.

Walaupun semua orang sudah tahu jika hal seperti ini akan terjadi tapi rasanya tetap tidak akan pernah ada yang sanggup menggambarkan bagaimana ketika akhirnya benar-benar terjadi dan tetap harus dilalui.

"Istirahatlah, Nona Geby." Mr. Papkins mendekati Geby yang sedari tadi duduk di samping ranjang James. "Biar saya yang gantian menjaga tuan muda."

"Tidak Paman , biarkan saya di sini." Geby sudah biasa menganggap kepala pelayan itu seperti pamannya sendiri dan sering menegurnya jika Mr. Papkins memanggilnya dengan nama belakang.

James sudah tidur dari kemarin sore dan sampai malam ini belum juga bangun, yang artinya James sudah benar-benar kehilangan kesadarannya. James sudah dalam kondisi koma, hanya alat-alat canggih yang menempel di tubuhnya itu yang memberitahu jika pria yang hanya berbaring diam itu masih hidup. James juga sudah menandatangi surat pernyataan untuk melepas semua alat penopang kehidupannya jika kondisinya sudah jadi seperti ini, karena James tidak ingin Geby terlalu lama bersedih melihatnya.

Sebenarnya Mr. Papkins ingin mengingatkan untuk memberitahu dokter keluarga Harlot tapi sepertinya Mr. Papkins masih belum tega ketika melihat Geby.

Geby kembali mendekati James dan mencium bibirnya berulang kali sambil menyentuh pipinya yang masih hangat. Geby tidak akan lagi melihat James, tersenyum, menegur atau menasehatinya lagi seperti dulu. Geby mulai menangis dengan punggung bergetar meskipun tanpa suara. Mr. Papkins hanya bisa mendekatkan kotak tisu pada Geby. Bagaimanapun James juga sudah seperti seorang putra baginya dan pasti banyak orang yang akan ikut kehilangan pemuda seluar biasa James Loghan yang mereka kenal sebagai tuan yang ramah, bijak, dan dermawan.

Mr. Harlot datang dari Washington keesokan harinya bersama salah satu putranya Tobias Harlot. Mereka datang lebih dulu untuk menenangkan Geby yang mereka tahu pasti akan sangat tertekan karena dokter keluarga Loghan akan melepas semua alat penopang kehidupan James hari ini. Bagi Mr. Harlot James juga sudah seperti seorang putra yang sangat membuatnya bangga dengan seluruh kualitas kebaikannya yang tanpa celah.

James sudah sama sekali tidak merespon begitu semua alat dilepas dari tubuhnya. Bagi Geby James masih nampak sedang tertidur seperti biasa, dia juga masih sangat tampan meski bibirnya sudah mulai pucat dan kulitnya dingin, semakin dingin dan jemarinya yang Geby genggam perlahan sudah tidak lentur lagi. Geby hanya bisa menangis dengan Tobias Harlot yang memeluknya erat. Mr. Harlot hanya memiliki tiga orang putra tanpa anak perempuan karena itu mereka semua sangat menyayangi Geby layaknya adik kandung mereka sendiri.

Mr. Papkins sudah sibuk menyiapkan pemakaman untuk besok dan Geby minta agar mereka mengambil Lily dari rumah pengasuhnya. Rasanya Geby juga hanya ingin memeluk gadis kecil itu. Satu-satunya bukti Cinta dan keberadaan James yang masih tersisa untuknya.

James dimakamkan tepat di sebelah kiri makam sang kakek. Disebelah kanannya sudah ada makam kedua ayah ibu James yang juga sudah pergi lebih dulu dalam kecelakaan secara bersamaan. Di samping James masih ada satu lahan kosong yang sepertinya diperuntukkan bagi Jeremy Loghan yang bahkan tidak ikut hadir di acara pemakaman saudaranya.

Geby berdiri sambil memeluk Lily yang bersembunyi dalam gendongannya ketika peti mahoni James mulai di turunkan ke dalam liang.

Lily berbisik pelan pada Geby, "Apa papa akan bangun lagi setelah sampai di surga?"

Geby cuma sanggup mengangguk dan gadis kecil itu kembali memeluk erat lehernya.

Geby juga masih belum mau pergi, dia menunggu sampai peti James sempurna ditimbun tanah dan saat itu lah dia melihat Jeremy Loghan yang paling terakhir datang bahkan setelah para peziarah berangsur pulang.

Jeremy melihat Geby berjongkok di samping gundukan tanah yang masih basah sambil memeluk gadis kecil di sampingnya. Jeremy berjalan mendekati mereka dan membalas anggukan dari Tobias Harlot.

Tidak ada yang bicara sama sekali di antara mereka setelah berapa lama hanya keheningan. Geby juga sedang tidak perduli dengan apapun. Hanya Lily yang ternyata menatap Jeremy tapi dengan keras hatinya Jeremy tetap berpaling dan kemudian pergi lebih dulu dari pada Geby.

*****

Semua orang di keluarga Loghan sedang diselimuti duka, hingga rasa hening itu seolah membuat angin enggan berhembus. Geby cuma duduk di depan jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka. Sudah lewat dua jam dia hanya duduk melihat ke halaman belakang tanpa bergeming sampai ia melihat Jeremy Loghan menunggangi kuda Arab jantan mereka.

Prince adalah kuda pemarah dan sangat tidak ramah terhadap orang asing, bagaimana Jeremy bisa nekat menungganginya. Geby segera berdiri mendekati bingkai jendela melihat Jeremy Loghan yang sedang berkuda dengan begitu kencang ke arah perbukitan. Geby masih memperhatikan sampai pria itu menghilang dari pandanganya. Geby yang semula sedang terpuruk dengan kesedihannya tiba-tiba ikut merasakan dadanya berdegup kencang seolah dirinya sendiri yang sedang menunggangi kuda Arab jantan itu dengan sembrono.

 

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Ita Hati Puspita
sesenggukan aku bayangin james............
goodnovel comment avatar
Arka Qool
Sampai disini ceritnya bagus banget dan penuh kisah yg haru.
goodnovel comment avatar
avelove
sedih bangeeettt...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status