JANGAN LUPA VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA
"Kemari lah," panggil Lily agar Brandon ikut naik ke atas ranjangnya.Brandon yang dari tadi duduk di sofa bangkit berdiri dengan langkah lesu mengikuti permintaan Lily. Brandon naik pelan-pelan dan ikut menyelipkan sebagian tubuhnya ke dalam selimut. Ranjang rumah sakit memang tidak terlalu besar tapi cukup untuk menampung mereka berdua jika saling merapat. Geby sudah kembali ke hotel, mereka hanya tinggal berdua. Berdua, untuk saling menjaga."Apa yang kau rasakan?" tanya Lily."Sudah jauh lebih baik."Lily yang mendekat lebih dulu untuk mencium Brandon. Sebenarnya Lily ingin melakukanya dari tadi. Lily benar-benar tidak tega melihat Brandon lemas karena muntah. "Maaf, aku sedang tidak bisa banyak membantu.""Seharusnya aku yang menjagamu bukan malah jadi payah seperti ini."Seharian tadi Geby yang mengurus Brandon, membujuknya makan dan terus memberi semangat dari rasa mual yang memang bisa sangat menguras energi."Apa rasanya selalu seperti itu?" Lily jadi ingin tahu dengan apa ya
Sindrom kehamilan membuat Brandon Lington seperti kalah oleh ulahnya sendiri. Karena saat tidak ada seorang pun yang berani menentangnya, ternyata ia justru dikacaukan oleh penyakit tidak terduga macam ini.Brandon menggenggam kaleng coca-cola yang kembali dia minum sedikit-sedikit untuk meredakan rasa mual. Dia sudah lemas karena kurang asupan makanan sejak beberapa hari terakhir ini. Brandon hanya menelan beberapa potong buah setelah dipaksa oleh Geby."Kau tidak bisa terus mengisi perutmu dengan minuman soda sementara tidak menelan makana yang lain." Geby kembali memaksa Brandon untuk makan beberapa potong pisang yang sudah dia letakkan dalam mangkok. Geby juga menusukkan beberapa potongan ke ujung garpu agar Brandon mudah mengambilnya."Ayo tetap telan asal tidak mencekik lehermu."Geby benar-benar paling pantang menyerah untuk membujuk Brandon, jikapun Brandon mau menelan makanan, itu karena dia tidak mau dianggap pengecut yang takut muntah. Padahal setelah di telan Brandon juga a
James Loghan mengetahui perihal ayahnya yang ternyata masih hidup dan sedang merencanakan sebuah kejahatan besar. James mengetahui semua itu dari Mr. Papkins. Sebagai penerus keluarga Loghan, James merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keluarganya dan bertekad menggagalkan semua rencana ayahnya sendiri. Mr.Papkins sudah mengingatkan tuan mudanya untuk tetap berhati-hati karena berhadapan dengan orang-orang berbahaya.James Loghan bukan cuma pria rupawan dari keluarga kaya raya, dia juga sangat cerdas dan bijak. James tidak akan membongkar kejahatan ayahnya karena hal itu akan ikut menghancurkan reputasi keluarga Loghan. James mulai berpikir jika keluarga Loghan harus bisa bekerja sama dengan keluarga Lington untuk mengalahkan George Loghan.Begitu James mengetahui istrinya mengandung bayi perempuan, James segera mengatur kontrak perjodohan putrinya dengan putra keluarga Lington. Keluarga Lington memiliki anak laki-laki yang sudah berumur dua tahun. Sebenarnya David Lington mem
Anak laki-laki kecil itu langsung berlari menghampiri Brandon untuk mengambil bolanya."Terimakasih," ucap bibir kecilnya dengan nada ceria.Justru Mara yang terlihat gugup karena tidak tahu Brandon akan ikut ke Yorkshire. Ini adalah kali pertama Brandon melihat dan bertemu Jacob. Mustahil jika Mara tidak panik, apa lagi Jared juga sedang tidak ada. Brandon mengangguk pelan pada Mara agar dia tidak perlu cemas. Brandon tidak akan membuat anak laki-lakinya terkejut."Siapa namamu?""Jacob!"Brandon masih setengah berjongkok untuk mengimbangi tinggi badan anak laki-laki itu. Jacob memiliki alis tebal dengan rambut gelap dan Netra hijau persis seperti milik Brandon Lington. Pipi montok Jacob jelas masih menyembunyikan tulang rahang yang kokoh di kemudian hari. Anak laki-laki yang kelak bakal tumbuh menjadi pemuda tampan sama seperti namanya."Kau tampan," puji Brandon sambil menyentuh kepala Jacob.Mereka benar-benar mirip, ibarat kemasan botol dan kemasan sachet."Panggil aku, Brandon."
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Lily, menengadah pada Brandon Lington yang baru menjatuhkan tubuh lelah di sampingnya.Brandon tidak bicara apa-apa, dia hanya langsung membungkus tubuh lembut Lily ke dalam pelukannya. Lily yang baru memberinya klimaks panjang dengan suka rela. Mereka masih sama-sama telanjang setelah bercumbu dan saling bercucur gairah. Kaki mereka juga masih saling terlilit di dalam selimut, percampuran kontras antara kelembutan dan keras tapi sedang terasa tepat serta nyaman untuk merekat."Terimakasih ..." bisik Brandon. "Terimakasih sudah menjadi milikku."Dari dulu Brandon memang selalu cenderung untuk memiliki, posesif, keras, tapi juga sangat menjaga wanitanya. Lily adalah miliknya, sejak dulu memang miliknya, bahkan sejak gadis itu belum lahir sudah diperuntukkan untuk dirinya. Jikapun kedua paman Lily masih sering ribut, itu karena mereka terlalu kolot dan kaku. Brandon kembali menciumi dahi Lily, puncak hidung, dagu, dan beberapa kali singgah di bibirnya."Kau
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?" Mara langsung menuduh Jared."Aku tidak mau memohon pada anak muda sombong itu!" tegas Jared."Kalau kau tidak mau biar aku saja yang melakukannya!" Mara segera beranjak berdiri."Kau mau ke mana?" heran Jared."Mencari Brandon di kamar Lily!" Mara benar-benar pergi meninggalkan Jared serta Nathan."Apa aku salah dengar?" tanya Jared menoleh Nathan dengan ekspresi bingung."Tidak!" Nathan malah melipat tangan di dada sambil menegakkan punggung ke sandaran sofa layaknya penonton yang sedang menikmati adegan seru."Oh ...!" Jared segera ikut bangkit mengejar Mara."Papa!" panggil Jacob seketika menghentikan langkah Jared di depan anak tangga."Papa sudah pulang!" Jacob baru kembali bersama Geby dan langsung berlari untuk memeluk Jared."Apa Lily sudah kembali?" tanya Jared pada Geby yang ikut berjalan menghampirinya."Ya.""Bersama Brandon Lington?""Ya." Geby masih sangat tenang."Aku suka Brandon!" tiba-tiba Jacob ikut menyela."Oh, Tuhan!" Jare
Begitu mendengar Lily sudah kembali ke Yorkshire, Alif segera datang menemuinya. Sebenarnya Lily juga terkejut dan belum siap tapi pemuda itu sudah berdiri di depannya. Ingat, jika terakhir mereka berpisah, hubungan mereka masih baik-baik saja dan saling mencintai dengan berbagai macam janji untuk rencana mereka di masa depan.Sebelum Geby meberi Alif ijin untuk bertemu Lily, Geby sudah mengingatkan bagaimana kondisi Lily dan sudah membuat Alif bersumpah agar tidak menyalahkan Lily untuk semua kondisi ini. Alif juga telah bersedia demi untuk bisa kembali menemui Lily.Lily masih berdiri di ambang pintu menatap Alif yang juga baru berdiri dari sofa dengan Geby di sampingnya."Bicaralah dulu," Beby permisi untuk keluar, memberi kesempatan untuk kedua anak mudanya.Sama persis dengan yang telah dikhawatirkan Geby, Alif melihat kondisi Lily terlihat masih lemah dengan kehamilan mudanya dan sudah tidak tega. Sampai detik ini, sampai Alif melihatnya sendiri dia depan mata pun dia masih berp
Memasuki awal musim dingin Yorkshire menjadi salah satu wilayah paling beku di bagian utara Inggris. Akhir musim gugur tinggal menyisakan cakar-cakar ranting gundul dan tumpukan daun lembap beraroma spora jamur. Suhu udaranya bisa sangat beku disertai hujan berbadai yang bisa bertahan sepanjang malam. Tanah pekarangan keluarga Loghan yang berumput jadi makin berlumpur dan licin. Perlu ketelitian untuk berjalan di halaman agar menemukan pijakan yang stabil.Brandon Lington mau ikut ke Yorkshire demi Lily dan tetu saja demi untuk ikut melihat anak laki-lakinya yang justru sedang dalam masa senang-senangnya bermain hujan. Brandon cuma sering memperhatikan anak-anak dari jendela karena dia sudah seratus persen tidak mau menginjak rumput becek, padahal berada di lingkungan rumah juga sudah membuatnya bosan luar biasa. Kehamilan Lily baru memasuki bulan ke dua, Brandon mulai memperhitungkan berapa lama lagi dirinya harus ikut terjebak di rumah tersebut, dengan orang-orang yang juga tidak per