Tobias benar-benar membawa Mara ke Washington untuk dia bawa pulang ke rumah keluarganya. Kebetulan Geby dan Jeremy juga sudah tiba sejak dua hari yang lalu. Geby datang membawa kelima putrinya, Lily, dan bayi laki-lakinya yang baru berumur beberapa bulan. Jeremy memang sudah berjanji akan selalu membawa Geby untuk menghabiskan akhir tahun bersama keluarganya dan ini adalah tahun ke dua untuk kelima si kembar menghabiskan akhir tahun bersama keluarga. Walaupun Washington tidak kalah beku di pertengahan Desember tapi kehangatan keluarga yang sedang berkumpul membuat Mara ikut merasa hangat.
Tobias memperkenalkan Mara ke pada mereka semua dan mendapatkan sambutan yang sangat antusias karena sepertinya mereka menyukai gadis yang Tobias bawa kali ini. Kedua anak laki-laki tertua keluarga masih belum bisa ikut berkumpul tapi mungkin nanti menjelang akhir baru bisa berkumpul semua. Mara
YUK POKOKNYA JANGAN LUPA VOTE UNTUK MENDUKUNG CERITA INI LUV U ^.^
Sebenarnya Tobias ingin menemani Mara pulang tapi Mara menolak. Mara tidak ingin menganggu masa liburan Tobias untuk berkumpul keluarga di akhir tahun. Mara tetap nekat untuk pulang sendiri, padahal kemarin rencananya mereka masih akan menghabiskan musim dingin bersama dan semua rencana itu gagal karena ulah Veronika yang Mara tahu sengaja ingin membalasnya. Bukanya langsung ke peternakan Mara malah mendatangi Veronika ke Lexington. Mara langsung masuk ke dalam rumahnya mendorong pintu dengan kasar dan langsung mencari Veronika sipengecut licik yang memang tidak akan berhenti untuk membuat keributan dengannya. Veronika terlihat tersenyum menyunggingkan senyum sinis kemenangannya ketika melihat Mara kembali. Veronika tidak akan membiarkan Mara bersenang-senang menghabiskan libur akhir tahunnya berama dengan Tobias Harlot.
"Ayo!" ajak Jared setelah cuma menutup pintu pondoknya tanpa di kunci. "Kau tidak mengunci pintu pondokmu?" tanya Mara sekaligus mengingatkan. "Tidak ada yang berharga di dalam pondok pria miskin sepertiku," sarkas Jared utuk kembali mengingatkan Mara pada kata-katanya sendiri jika dia hanya pengurus istal miskin tanpa masa depan untuk dipertimbangkan Jared sudah berjalan lebih dulu dua langkah di depan Mara. Diam-diam Mara jadi memerhatikan punggung pemuda itu ketika ia berjalan mengekor di belakang. Mara cuma tidak menyangka jika setelah itu Jared menangkap tangannya untuk ia gandeng. Anehnya Jared dapat menangkap tangan Mara dengan tepat meski tanpa menoleh. "Lepaskan!" Mara menyentak pergelangan tangannya.
Badai masih berdesing keras hingga ikut membawa butiran es sebesar kelereng bergemeletuk di atas kap mobil Mara yang ringsek ke tepi jalan dengan kontur tanah miring. Mara kembali sadar dan pelan-pelan membuka matanya, meski kepalanya masih tertahan balon udara tapi hempasannya tetap sangat keras dan membuat dahi Mara nyeri. Mara sadar jika mobilnya sudah tidak akan bisa bergerak dan mungkin akan segera terkubur di dalam salju jika badainya tidak juga berhenti. Mara coba memeriksa tubuhnya, sepertinya tidak apa-apa tidak ada yang sakit kecuali dahinya yang agak berdenyut. Mara berusaha mencari ponselnya untuk mencari pertolongan, tapi benda itu sudah tidak ada di atas dashboard. Setelah mencari ke sekeliling, Mara baru melihat jika benda itu ikut terlempar di bawah jok, ia segera merunduk mengulurkan tangan kanannya untuk meraih benda tersebut dengan kepalanya yang ternyata nyeri ketika di gunakan untuk merunduk terjungkal seperti itu.
Setelah menelepon bibi Carolina untuk memberitahukan kondisinya Mara dan Jared langsung melanjutkan perjalanan ke Lexington. Jared yang mengemudi untuk mengantarkan Mara ke kantor notaris keluarganya di pusat kota. Mara menyerahkan semu dokumennya dan merasa lega karena notaris yang sudah puluhan tahun bekerja pada ayahnya itu berjanji akan membantu Mara. Anehnya tidak tahu kenapa Jared kurang menyukai pria berkacamata minus tebal itu sejak kali pertama Mara mengenalkan mereka. Nampaknya pria itu juga kurang menyukai Jared dan agak terkejut ketika tadi Mara membawanya ikut masuk. Penampilan Jared memang agak mengganggu, terlihat kasar dengan tubuh tinggi besar serta gumpalan otot keras layaknya tukang pukul sewaan. "Percayalah padaku Nona Clark semuanya akan aman jika kita sudah memiliki semua dokumennya, Veronika tidak akan bisa berbuat apa-apa."
"Oh, hentikan Jared! " pekik Mara pada pria yang terus menyarukkan dagu ke sisi lehernya. "Aku tidak mau ikut kotor! " Jared tetap mengacuhkannya dan malah mengigit daun telinga Mara sampai wanita itu menendang tang, menjatuhkannya ke lantai dengan suara berdenting nyaring. Mara geli dengan desisan napas panas Jared dari sela giginya. "Aku tidak suka saat kau bersama pria lain." "Kau tidak berhak cemburu padaku! " tolak Mara yang masih berbaring enteng menyepelekan. Jared mencekal pinggangnya kemudian mengangkatnya sedikit untuk merekat. "Kita hanya bercita tidak lebih!" tegas Mara.
Sebelum kembali ke rumah keluarga Clark tidak lupa Jared berhenti untuk membeli oli untuk pikapnya. Begitu sampai di rumah keluarga Clark ternyata sudah larut malam dan semua lampu taman dan teras sudah di nyalakan. Jared langsung memasukkan mobil ke garasi dan mengisikan oli mobilnya sekaligus agar besok pagi mereka bisa langsung kembali ke peternakan. Rasanya Jared benar-benar ingin segera membawa Mara menyingkir dari mereka semua andaikan saja wanita itu bisa dia bawa kabur. Jared langsung masuk ke dalam rumah melalui pintu garasi dengan menaiki anak tangga. Entah apa masalahnya karena ketika Jared masuk ke dalam rumah dia melihat Mara sedang bersitegang dengan Veronika dan saudara laki-lakinya di meja makan. Mereka sedang makan malam bertiga dan sepertinya Jared memang sudah terlambat datang, Jared berjalan menghampiri Mara.
Mara masih berganti pakaian ketika ponsel di saku celana Jared bergetar dan muncul nama notaris keluarga Clark. Jared cuma menyunggingkan senyum atas kabar keberhasilannya. Mr. Lambert baru saja memberitahu jika Veronika Hill sudah menandatangani semua surat persetujuannya. "Jared tolong bantu bawakan koperku ke mobil!" Mara baru keluar dari ruang wardrobe sambil menjinjing tas berukuran sedang yang sepertinya berisi pakaian karena waktu kemarin dia pergi bersama Tobias, Mara sudah membawa serta hampir semua pakaiannya. Jared kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku kemudian berjalan menghampiri koper yang berisi buku-buku Mara untuk dia bawa keluar. Mara mengekor di belakang dan diam-diam kembali berpikir, 'kenapa pemuda seperti Jared datang jauh-jauh dari Inggris hanya untuk bek
Jared masih memperhatikan puntung rokok di tangannya, meski masih tidak ingin buru-buru berpikir tapi otaknya terus berputar, apa lagi jika dia teringat dengan mimpinya kemarin. Jared menjentikkan puntung rokok tersebut ke bara api yang mulai menyala dengan rahangnya yang berdenyut mengencang kemudian segera berpaling pada Mara yang sedang menunggunya. Mara sama sekali tidak sadar jika pemuda yang berjalan menghampirinya itu sedang sangat tegang. Jared langsung melempar kaosnya ke lantai kemudian ikut menyusup ke dalam selimut. Mara berjingkat kaget ketika pemuda itu menggosokkan rahang ke kulit perutnya kemudian mengigit pelan ke sisis pinggangnya dari dalam selimut. Kancing celana Mara juga digigit untuk ditarik, pinggulnya di cengkram agar diam. Jared masih menggumulinya di dalam selimut , napasnya panas, sapuan lidahnya juga panas, giginya mulai menggigit-gigit di manapun yang