Share

7.  Aku Istrinya Bukan Pembantu

Auteur: Ulhy Maerhan
last update Dernière mise à jour: 2025-04-08 14:58:26

‘Mas, sabar apa lagi aku? Kali ini calon istri keduamu mengujiku,’

Safina turun dengan melewati anak tangga satu per satu. Ia ke dapur mengambil sisa makanan untuk disantapnya. Istri Angga tersebut mengisi tenaganya dulu sebelum menghadapi problematika rumah tangganya yang akan datang.

“Oh, kamu baru mengisi perutmu dengan makanan enak, yah?” Angga tidak pernah berhenti mengusiknya.

“Aku sudah selesai makan, tuan! Apa yang bisa saya bantu?” Safina bertanya dengan tidak seperti biasanya ia memanggil sapaan tersebut.

“Buatkan minuman dingin buat Sandra!”

Angga sangat memanjakan calon istri keduanya. Bahkan, dia tidak segan menyuruh Safina membuatkan minuman dingin untuk kekasihnya itu. Angga sungguh keterlaluan tidak memperhatikan perasaan Safina. Namun, kenapa ia perlu marah ketika pria lain menghubungi Safina?

“Mas, aku lagi ribet memasak. Mestinya ia harus menunjukkan keuletannya di dapur juga, bukan menunjukkan kecantikan saja” Safina menolaknya dengan wajah yang judes.

Angga heran dengan perubahan sikap Safina semenjak kehadiran Sandra. Safina mulai melawan kepada Angga. Ia tidak takut lagi dengan ancaman Angga, sebab sudah terbiasa dengan kekerasan dan ancaman darinya.

“Kamu memang tidak kapok untuk dihukum. Buatkan sekarang!” Angga menarik hijab Safina hingga hampir terlepas.

"Mas, sakit. Lepaskan!" sekali lagi Safina merasakan kesakitan dari sikap suami kepadanya.

Ia menangis bukan karena kesakitan atas arogan tangan suaminya, melainkan ia harus rela melayani calon istri kedua suaminya tersebut.

Safina menangis membuat minuman yang diinginkan suaminya. Tangannya gemetaran memegang nampan, sehingga minuman dalam gelas bergoyang mengikuti gerakan nampan tersebut.

“Ini minuman dinginnya,” Safina dengan gugup meletakkan gelas tersebut.

Ketika Safina berdiri, tangannya tidak sengaja menyentuh gelas tersebut, sehingga minuman tumpah membasahi baju Sandra.

“Oh, Tuhan! Baju ini baru aku beli, Mas dan harganya sangat mahal!” teriak Sandra dan sangat marah kepada Safina.

“Safina! Kamu sengaja menjatuhkan minuman itu, yah?!” gertak Angga dengan mendorong Safina hingga terjatuh dan dahinya terbentur di sudut kursi.

Entah, berapa kali Safina menangis dalam sehari. Rumah itu bagaikan neraka buatnya. Bukannya Angga meminta maaf kepada Safina dan membantunya mengobati luka di dahinya, ia justru merangkul Sandra dan mengajaknya ke Toko untuk beli baju buatnya.

"Mas, tolong aku!” Safina menghubungi Randy.

Randy dengan sigap menancapkan gas dan melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah Angga. Setibanya di parkiran, pintu rumah terbuka lebar dan kelihatan Safina tergeletak di lantai. Randy segera menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

“Safina, aku nggak paham dengan perasaanmu yang sebenarnya, sampai kesehatanmu dinomor duakan,” ketus Randy dengan menggelengkan kepalanya.

Tidak sadar Randy mengeluarkan pernyataan tersebut, sebab panik melihat Safina kesakitan tanpa suami ataupun penghuni di dalam rumah mega itu.

Setelah Safina sadar, Randy menyuruhnya untuk istirahat. Namun, Safina menolak. Ia harus segera pulang, karena masih banyak persiapan yang harus dikerjakan Safina, sedangkan pernikahan kedua suaminya tinggal menghitung hari.

“Mas, aku mau pulang,” pinta Safina dalam keadaan masih lemas.

“Kamu istirahat saja dulu! Tubuhmu juga butuh perhatian darimu, loh,” Randy sangat prihatin melihat kondisi Safina.

“Jangan, Ran! Angga nanti marah besar denganku. Persiapan pernikahannya pun masih banyak yang belum selesai,” Safina berusaha bangun dan menguatkan dirinya.

Hati Safina terbuat dari mana? Dengan kondisi yang masih lemas masih memikirkan suaminya yang acuh itu.

***

Pagi yang cerah menumbuhkan semangat yang cerah pula untuk Angga. Angga turun ke ruang tengah dan siap-siap berangkat ke rumah Sandra. Di sudut ruangan, tampak Safina duduk dengan lusuh. Walaupun sakit, ia tetap ingin mengantarkan suaminya untuk menikah dengan wanita pilihannya.

“Nak, sungguh kamu mau lihat suamimu menikah?” salah seorang tamu berusia langsia memegang tangan Safina.

“Iya, Nek!” Emangnya kenapa?” Safina berusaha tegar menemani nenek langsia tersebut.

“Matamu tidak bisa berbohong,” sangka nenek kemudian berjalan memakai tongkatnya.

Safina merenungi perkataan nenek itu. Memang benar ia ikhlas suaminya menikah, tetapi bola matanya yang tidak indah lagi tidak bisa menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.

"Mas, nenek tau perasaanku hanya dengan melihat mataku saja. Sedangkan kamu ...."

Rombongan pengantin sudah siap naik ke mobil, tetapi tidak ada satupun orang mengajak Safina ikut bersama rombongan. Ketika Safina keluar, Merliam menghalanginya. Safina dengan penampilan yang sederhana dengan ikhlas melihat suaminya tersenyum semringah memasuki mobil pengantin.

“Kamu mau ke mana?” sindiran sinis Merliam dan tertawa tipis melihat penampilan Safina.

“Pastinya aku akan mengantar suamiku, Bu,” dengan heran Safina menjawab sindiran mertuanya.

“Tidak! Kamu tidak perlu hadir di acara istimewa anakku. Sebaiknya kamu ke rumah baru Angga. Bersihkan rumahnya dan menunggu kedatangan Angga dan istri barunya!”

Merliam tidak peduli lagi dengan tamu apakah mereka akan melihat sifat aslinya terhadap Safina.

“Tapi, Bu! Aku istrinya, bukan pembantu!” suara Safina meninggi melawan Merliam.

Safina memang menikah dengan Angga, karena ia harus balas budi kepada mertuanya. Sehingga, baktinya kepada suami, bagaikan asisten rumah tangga yang tidak lepas dari pekerjaan rumah.

Merliam mendorong Safina masuk dalam rumah, agar para tamu tidak mendengar teriakan Safina tersebut.

“Akan ada mobil menjemput dan membawamu ke rumah baru Angga. Kamu harus bersihkan rumah itu, kalau tidak ....” perintah Merliam.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   55. Semoga Segera Impianku Terwujud!

    “Kesabaranmu berbuah manis, Safina.”Tuhan telah menggariskan jalan takdir manusia-Nya. Begitu pula dengan takdir kehidupan Safina. Tidak disangka, setelah beberapa tahun menderita dengan penyiksaan, kini ia bisa menghirup udara bebas dan membuktikan keahlian yang dimilikinya. Safina menghempaskan badannya di kasur kecil yang baru saja ia beli. Paras mendongak ke atas, bibirnya tersenyum manis. Otaknya berputar tidak pernah berhenti berpikir.‘Sampai detik ini pun, aku akan terus tunjukin, bahwa Safina yang dulu setiap hari kau sakiti, dia akan bahagia dengan caranya sendiri di waktu yang tepat,’ tegas Safina dalam hati.Setelah melanjutkan karya tulisannya kemudian dibagikan di platform ternama, Safina memanjakan bola mata dan mengistirahatkan badannya. Berharap esok akan ada kebahagiaan lagi menghampirinya.Kring! Kring! Kring!Randy menghubungi Safina dan ia terbangun mendengar ponselnya berdering. Ketika Randy menghubungi Safina, ia ketakutan. Akankah kabar baik atau buruk yang i

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   54. Ran! Kenapa Kamu Begitu Baik Denganku?

    “Tolong, katakan kalau kamu bercanda, Ran!”Pikiran Safina kacau, bingung, mau marah, tetapi takut hubungan persahabatannya dengan Randy jadi renggang. Baru saja Safina ingin berbagi kebahagiaan dengan Randy, justru suasananya berubah menjadi situasi yang tidak terduga.“Maaf, Fin! Kalo gak bisa jawab sekarang juga nggak masalah. Satu yang perlu kamu ingat, aku ingin selalu menjagamu,”Randy menjadi segan kepada Safina, tetapi itulah perasaan, ketika terlalu lama terpendam, akan menjadi beban pikiran. Randy pun tidak memaksakan Safina untuk memutuskan jawabannya. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.Safina perlahan mengungkapkan perasaannya, agar Randy tidak berprasangka buruk. Safina tidak ingin, setelah Randy mengungkapkan perasaannya malah menjauhi Safina.“Maaf, Randy! Aku belum mau memikirkan hal itu. Aku ingin perbaiki hidupku dulu.”“Ya, aku paham, Fin. Maaf yah jadi beban pikiranmu lagi!” ucap Randy.Randy mencairkan suasana. Ia berusaha membuat Safina tersenyum dan tert

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   53. Khawatir Akan Kehilangan Safina

    “Jangan sampai itu benar Safina!” Safina mendengar kelakar tetangganya tersipu malu, sedangkan Randy salah tingkah dan membalasnya dengan bercanda pula. Randy berharap Ibu tersebut pergi. “Ah! Ibu bisa aja,” canda Randy. Randy berdiri menghampiri Safina. Tangannya masuk di dalam saku celana. “Katanya, Mbak Safina jualan lauk, kan?” lanjut Randy, membisik ke telinga kanan Safina. Setelah mendengarkan Randy, Safina menyimpan ponselnya di dekat Randy kemudian mendatangi Ibu tersebut. Randy dengan tidak sengaja melihat ponsel Safina sedang aktif. Layar ponsel Safina menampilkan sebuah cerita. Sepertinya, itu adalah cerita Safina yang baru saja diunggah di media sosial. “Maaf, Bu! Untuk sementara aku tidak jualan dulu, soalnya banyak urusan yang harus kuselesaikan terutama persidangan perceraianku,” jelas Safina. Ia juga memberikan pengertian kepada tetangganya, bahwa Randy hanyalah sahabatnya, walaupun Ibu-ibu keberatan dengan kehadiran Randy, ia bisa meminta Randy untuk tidak ke

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   52. Penampilan Baru

    “Ada kabar bahagia yang ingin aku sampaikan.”Beberapa cerita karangan Safina sudah dibukukan dan tersedia di berbagai toko buku terkemuka. Perkembangan hasil karyanya tersebut, memotivasi Safina untuk lebih fokus pada karya-karya selanjutnya.Safina mengirimkan pesan kepada Randy, “Ran. Ada banyak yang ingin aku cerita ke kamu. Pokoknya kamu pasti akan senang dengarnya.”Randy membaca pesan Safina dengan senyum bahagianya. Ia juga sudah tidak gelisah memikirkan keamanan Safina. Tugas Randy kepada Safina sekarang yaitu terus memberikan semangat dan dukungan kepada apa yang Safina usahakan untuk masa depannya.Sekarang Randy dan Safina juga bisa tenang ketika bertemu. Tidak ada lagi yang bisa menghalanginya.“Ok, Fin! Ntar kalo pulang kantor, aku ke rumahmu. Nggak sabar ingin dengar ceritamu,” Randy membalas pesan Safina.Kini, Safina menikmati keuntungan dari cerita-ceritanya yang dibukukan dan terjual di toko buku. Dengan penghasilannya walaupun masih sedikit, perlahan ia mengubah pe

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   51. Terima Kasih, Mas!

    Merliam puas, setelah mengambil cek yang sudah ditandatangani Randy. Merliam mengikuti Angga ke mobil, mengira Angga tidak ingin menemui Safina lagi. Namun, ketika Merliam masuk ke mobil, Angga keluar dari mobil dengan membawa berkas.“Angga, mau ngapain di sana? Kita sudah dapatkan ini,” teriak Merliam dengan mengibaskan cek dari Randy.Angga tidak menghiraukan perkataan Ibunya. Ia tetap melangkah menuju Safina. Merliam di mobil saja menunggu Angga sambil menatap cek dan berangan-angan apa yang akan dilakukan nanti dengan uang sebanyak itu.Merliam sampai lupa dengan suami dan anaknya. Ia menyuruh sopirnya mengantarnya segera ke bank.“Hey, cepat kita ke bank!” perintah Merliam ke sopirnya.“Tapi, Bu! Tuan masih di sana. Kita tunggu Tuan dulu!” respon sopir dalam hati berkata, ‘idih lupa ingatan hanya karena uang.’Merliam tetap tersenyum terus menerus menatap cek tersebut.Angga tiba-tiba berada di samping Safina, di saat Safina bersandar lemas di pundak Randy. Randy dan Safina terk

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   50. Suasana Sangat Menegangkan

    “Tolong aku!”Randy bersama satpam datang tepat waktu. Ia mendengar Safina merintih kesakitan, sedangkan warga belum bisa masuk ke dalam rumah Safina.“Bayar sekarang! Kalo tidak ....” ancam Angga.Satpam dan Randy mendorong pagar rumah Safina hingga rusak dan terjatuh. Pengawal pun kewalahan melawan amukan warga.Randy berhasil masuk di rumah Safina. Ia sangat sedih jualan Safina terlihat ramuk, sepertinya ulah Angga.“Lepaskan, Safina!” teriak Randy.Safina di bawah masuk ke dalam rumah. Angga memegang erat Safina dan mengancamnya dengan pisau yang sudah berada di dekat leher Safina.Safina terus menjerit. Randy tidak kuasa menahan amarahnya. Tapi bagaimana caranya ia bisa menerkam Angga, sementara nyawa Safina terancam.“Safina bisa lepas, asalkan dia bisa membayar semua uang yang sudah dikeluarkan suamiku untuk Ibunya!” sahut Merliam.“Berapa totalnya, akan segera saya lunasi?” Randy menantang Merliam.Angga tertawa licik mendengar pertanyaan Randy. Ia menganggap remeh sahabat Saf

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status