Pak Usman dan Mpok Ijah beserta Lia melanjutkan perjalanan ke pulau J dengan mengendarai bus lintas. Mereka berpakaian yang tidak menyolok. Mpok Ijah dan Lia memakai jilbab juga memakai masker, begitu juga dengan Pak Usman memakai masker sepanjang perjalanan. ****Santi dan Anto mendatangi rumah Pak Deni, pengacara keluarga Lia. Pak Deni menyambut mereka dengan baik."Silahkan duduk mbak Santi, dan ini siapa ya? saya gak pernah bertemu" Katanya sambil melihat Anto "Oh...dia calon suami saya pak " Santi memperkenalkan Anto. Mereka saling bersalaman. "Ya,...ya...ada apa ya mbak kok datang malam-malam begini, apa ada masalah dengan Lia?" Mata pak Dedi menatap tajam."Iya pak, Lia tiba-tiba menghilang dengan para pembantu dirumah, saya pikir dibawa kesini pak" Santi tertunduk. "Tidak ada siapa-siapa yang datang, apa rupanya yang kalian lakukan maka Lia sampai kabur dari rumah?" Pak Deni nampak marah. " Kami tidak melakukan apa-apa pak, tiba-tiba saja dia hilang" Santi nampak takut."
Lia ketakutan melihat Sandi sangat marah, Sandi keluar dan membuka pintu disamping Lia. Sandi menarik tangan Lia dengan kasar."Ampun mas, jangan bunuh aku. Kasian anak-anakku. Mereka tidak punya siapa-siapa selain aku" Lia meringis ketakutan diseret oleh Sandi."Kematian hukuman paling ringan untukmu. Kamu harus merasakan penderitaan seperti yang kualami sebelum menuju kematian. Merasakan siksaan yang sesungguhnya sayang.....Ha....ha...ha" Sandi tertawa bahagia dengan wajah penuh amarah. Sandi memukuli Lia dengan sadis, luka yang baru dirasakan masih terasa sakit ditambah lagi dengan siksaan dari Sandi membuat penderitaan Lia sangat menyakitkan. "Ampun mas....ampun... sakit sekali....auuuu........ tolonggggg" Lia berusaha bertahan, Sandi seperti kesetanan terus menyiksa Lia hingga akhirnya Lia pingsan. Tubuhnya tidak sanggup lagi menahankan rasa sakit yang begitu luar biasa. Sandi akhirnya berhenti ketika melihat tubuh Lia tidak bergerak dan tergeletak dijalan. "Mampus kamu, inil
Bani dan Lia tertidur nyenyak dibus yang membawanya pergi jauh dari tempat itu menuju kota M tempat Lia dilahirkan. Mereka semakin jauh meninggalkan kota yang memberikan derita bagi Lia. *****Keesokan harinya ditempat Lia disekap, Iwan datang untuk menggantikan Bani. Alangkah terkejutnya dia ketika tempat itu sangat sepi. Bani dan Lia hilang seperti ditelan bumi. Iwan langsung menghubungi Bani dan ternyata nomer yang dihubungi sudah tidak aktif."Gawat ini, kemana sih Bani ni. Bisa kacau ini dia hilang sama perempuan itu. Bos pasti marah besar" Bani berbicara sendiri. "Tapi bos harus tahu ini, kalau gak malah aku nanti yang disalahkan" Iwan menghubungi Sandi."Hallo...ada apa Wan" Iwan yang mendengar suara Sandi gemetar, Sandi terkenal sangat kejam dan tidak mau mendengar kesalahan sekecil apapun. Kematian adalah balasannya."Hallo bos,,...""Iya ada apa, ngomong kamu, ada masalah apa?"Sandi membentak."Ani bos.,....Bani sama perempuan itu hilang" Iwan menelan ludah."Serius kamu,
Lia gemetar ketakutan dikamar mandi. Terdengar keributan diuar, Lia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau orang-orang yang diluar itu masuk. "Mbak....mbak gak apa-apa?" Lia mendengar langkah kaki masuk, Lia menutup wajahnya kenangan dia disekap muncul kembali dan itu terlalu mengerikan. Pintu kamar mandi yang memang rusak tiba-tiba didorong oleh seseorang, Lia semakin ketakutan. Lia berteriak ketakutan"Tolong jangan siksa lagi aku mas, tolong..."Suara Lia terdengar lemah. Dia tidak punya tenaga lagi, dan tubuhnya lemah sekali. "Mbak, maafkan aku. Ini aku Bani. Ayo mbak..." Lia berlahan kembali kedunia nyata setelah mendengar nama Bani. Lia memeluk Bani."Terimakasih sudah datang, aku takut sekali" Lia menangis. Mereka duduk di kasur, Lia masih menenangkan diri nya, rasa takut dan trauma itu masih sangat kuat. "Mbak, makan dulu. Maaf aku lama ya mbak. Setelah mbak selesai makan kita pergi dari sini, aku sudah dapat rumah kontrakan" Bani tersenyum membuat Lia menjadi tena
Lia dirawat disebut rumah sakit besar dikota M dengan pengawalan yang ketat. Pak Deni mengatur beberapa orang bodyguard untuk menjaga keselamatan Lia. Lia ditempatkan disebuah ruangan ekslusif yang tidak terlihat seperti ruangan rumah sakit. Segala fasilitas yang ada sangat lengkap, dokter dan perawat yang berjaga ada 24 jam diruangan itu. Keadaan Lia sudah banyak perubahan, luka-luka ditubuhnya sudah sembuh, organ dalam tubuhnya juga ternyata banyak mengalami kerusakan. Dengan pengobatan yang teliti dan pengawasan yang ketat akhirnya Lia seperti lahir baru. Tubuh dan jiwanya sudah sehat seperti dulu. Kenangan buruk yang dia alami berlahan dia lupakan. Yang tak bisa dia lupakan adalah anak-anaknya dan dendamnya pada Sandi. "Kita akan menjemput anak-anak mu dan membalas dendam setelah kamu benar-benar kuat dan sehat, bajingan itu harus mendapatkan sakit lebih dari yang kamu rasakan" Pak Deni berkata dengan lembut, tapi matanya nampak merah menahan marah. Dia mendengar bagaimana tubu
Setelah kembali ke Indonesia, Lia pun mulai mencari tahu tentang Sandi dan anak-anak nya. Beberapa orang dia tugaskan ke kota dimana dia tinggal dulu. Setelah penyelidikan orang suruhan nya itu pulang memberikan laporan. "Bagaimana keadaan anak saya?" Lia tidak sabar langsung bertanya ketika bertemu. "Maaf Bu, masalah anak ibu, kami sudah mencari kesemua tempat belum juga menemukan titik terang. Setiap orang yang kami tanya tidak ada yang tahu dimana anak-anak setelah dibawa Sandi" Jago yang merupakan ketua dari tim detektif itu menjelaskan. Andi sebagai orang kepercayaan Lia juga terlihat marah. " Kok bisa ya anak-anak itu kalian tidak tahu keberadaannya. Kalian ini benar-benar tidak profesional. Saya bayar mahal kalian" Lia nampak marah. " Sekali lagi kami minta maaf Bu,""Sekarang bagaimana dengan Sandi?" Tanya Lia menatap tajam." Sandi sekarang sedang sakit, dia mengalami struk dan hilang ingatan. Setahun yang lalu dia mengalami kecelakaan dan membuat dia geger otak. Dia seper
Lia dan pengawal nya sampai di tempat Sandi dirawat, yaitu sebuah panti atau rumah singgah bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan baik karena sakit ataupun tidak punya tempat tinggal. Setelah menjumpai pengurus rumah singgah, Lia diijinkan menemui Sandi diruangan nya. Sandi ditempatkan disebuah ruangan yang terdiri atas beberapa tempat tidur yang ditempati oleh orang-orang yang menderita penyakit berat. Keadaan ruangan itu bersih dan terawat dengan baik. Rumah singgah ini adalah milik seorang pengusaha dikota P yang perduli dengan orang-orang yang tidak beruntung. Sebagian dari keuntungan perusahaannya digunakan untuk operasional rumah singgah, selain itu ada juga donatur dari orang-orang yang perduli. Lia sendirian mendekati Sandi, pengawal nya menunggu di pintu masuk . Lia teringat semua yang sudah dia lalui karena laki-laki yang sekarang tak berdaya ditempat tidurnya. Lia pernah berjanji akan memberikan balasan kepada Sandi atas semua penderitaan nya tapi sekarang melihat k
Gandi pun bergegas menemui Lia dihotel, dia berharap Lia dapat mengenal wanita pemilik rumah makan itu."Ada pa Gan...,? Ada informasi mengenai anak-anak?" Lia tidak sabar menunggu kabar dari Gandi."Iya Bu, tadi di daerah dekat rumah ibu waktu itu saya bertemu wanita yang sepertinya mengenal Ibu. Coba ibu lihat, mungkin ibu kenal?"Gandi menunjukkan sebuah foto, Lia melihat foto itu dengan seksama. " Oh...dia ini Nani. Orang yang dulu saya percayakan melindungi anak saya. Dimana kamu bertemu? Sekarang juga kita kesana" Lia langsung bergegas diikuti oleh Gandi. Mereka akhirnya sampai di warung yang tadi didatangi Gandi. Alangkah terkejutnya mereka melihat warung itu tutup padahal baru satu jam yang lalu Gandi dari tempat ini. "Lo..apa yang terjadi ya, padahal tadi tempat ini begitu ramai" Gandi kebingungan." Apa kamu gak salah tempat, gak mungkin warung yang ramai tiba-tiba ditutup seperti ini" Lia nampak kesal. "Itulah yang saya bingung kan Bu, apa yang membuat warung ini tiba-tib