Hari-hari terus berlalu, Lia bekerja seperti biasa mengurus perusahaan nya. Tidak ada lagi waktu untuk bersedih semua waktu nya habis untuk bekerja. Bahkan dirumah pun dia tak henti bekerja untuk menghabiskan waktunya agar dia biasa melupakan semua derita yang dia lalui. Disaat berhenti dari aktivitas nya dia akan menangis mengingat anak-anaknya. Dia sekarang gila kerja, semua stafnya melihat dia menjadi wanita yang sangat tegas. Lia yang lembut telah berubah menjadi wanita yang ambisius dan tak bisa menerima kesalahan walau sekecil apapun. Sandi masih terkurung di rumah Lia, dia hanya termenung sepanjang hari, dia tidak Lia ijinkan keluar walaupun hanya melewati pagar rumahnya. Sandi berkali-kali memohon pada Lia agar diijinkan keluar atau ikut dia bekerja. Tapi Lia tanpa bicara tak pernah memberi kesempatan Sandi keluar. Setahun telah berlalu, Gandi dan anak buahnya yang berada di kota P pun sudah menyerah mencari anak-anak Lia. Mereka telah kembali kekota M dan Kemabli ke peker
Mawar sedang memarahi Dani yang terlambat menyediakan makanan. Dani sekarang sudah berumur 10 tahun, tubuhnya kurus dan tak terurus. Dia tak pernah lagi menangis apapun yang yang dilakukan Mawar padanya. Dia tidak sekolah seperti juga halnya dengan Doni abangnya. Mereka hanya berkeliling mencari barang bekas untuk dijual. "Kamu memang bebal, apa kamu memang gak punya otak?....ha...." Mawar berkacak pinggang. "Sudah berkali-kali aku bilang, semuanya harus tepat waktu. Tanpa aku kamu sama Abang kamu sudah mati dijalanan" Dani menunduk, telinganya serasa sudah tuli karena mendengar makian setiap hari. "Sekarang kamu pergi, susul Abang kamu cari barang bekas" Mawar menuju dapur. "Saya makan dulu Tante, saya lapar belum makan dari pagi" Perut Dani sangat lapar dari pagi dia sudah bekerja memasak, mencuci dan membersihkan rumah. Kakinya terasa ngilu. "Enak aja mau makan, kerja dulu baru makan. Apa kamu gak tahu. Gak kerja gak makan" Mawar mendorong tubuh Dani keluar dan mengunci pintu
Doni dan Dani yang berada dibelakang bus mencoba tenang dan tiba-tiba bus .melambat dan berhenti. Mereka mengintip dan ternyata bus itu berhenti didepan sebuah rumah makan. Banyak juga bus berada di area parkir rumah makan itu. Semua penumpang turun untuk makan malam, mandi dan sebagainya. Doni dan Dani pun turun setelah semua orang yang ada di bus itu turun. Dengan cepat mereka ke toilet membersihkan diri dan berencana kembali kekota P. Dari dalam toilet Doni mendengar percakapan seorang bapak dengan anak kecil."Jadi kita 2 hari lagi sampai di kota M ya pak?""Iya, makanya perjalanan kita masih lama. Kita ini ada ditengah hutan sawit ""Lama sekali ya pak, aku udah bosan duduk lama-lama di bus itu....capek pak, kita pulang saja ya""Mana boleh seperti itu, kita pulang naik apa..? ini ditengah hutan mana ada angkutan....emang kamu gak mau ketemu nenek. Udah... ayo kita makan ke depan, nanti malah ditinggalkan bus kita". Mereka pun pergi.Doni keluar dan segera menemui Dani yang s
"Ayo cepat dek, nanti kita terlambat" Doni yang sudah berpakaian SMP memanggil Dani yang berlari dari rumah."Iya bang...." Mereka pun masuk ke warung."Kami berangkat kesekolah ya Mak" Doni menyalami Mak Naga yang diikuti Dini. "Pergi sekolah dulu ya Mak" "Hati-hati ya nak, Kalau nyebrang lihat kiri kanan, Jaga adek ya bang .." Mak Naga menyalami sambil melayani pembeli. Pagi hari begini warungnya lumayan rame. "Iya Mak......" Mereka berdua menjawab bareng dan pergi dengan cepat takut terlambat. Doni dan Dini sekarang telah bersekolah, Bang Naga dan Mak Naga begitu menyayangi mereka. Mereka dianggap seperti anak kandung sendiri. Mak Naga tidak lagi kesepian ketika ditinggal Bang Naga bekerja sama sebagai supir lintas Sumatera yang biasanya tidak pulang berhari-hari. Bang Naga pun semakin semangat bekerja, dia yang dulu sering ke kedai tuak setelah kehadiran Doni dan Dani lebih senang dirumah dengan keluarga nya. Doni duduk di kelas IX SMP, sedangkan Dani kelas 5 SD. Mereka diraw
Sandi terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa. Lia menatap dia dengan marah tak terasa air matanya terjatuh. Dia yang begitu mencintai Sandi tak menyangka Sandi akan begitu kejam memperlakukannya. Beberapa saat kemudian Sandi menatap Lia dan menunduk kembali'." Maafkan aku Lia...."Sandi menangis. "Aku memang sudah sangat kejam, kamu tidak pantas memaafkan aku." "Sejujurnya aku sangat mencintai kamu. Aku tidak pernah bohong dengan ini. Sejak mengenal kamu di bangku SMA dulu perasaan ku tak pernah berubah. Tapi rasa cinta ku itu terkadang berubah menjadi benci bila ingat gara-gara laporan palsu mu aku masuk penjara.... masa depanku hancur, aku yang dulu ingin menjadi pilot harus menjadi preman. Di penjara aku selalu disiksa dan kalau diluar penjara tidak ada yang mau terima aku bekerja, hal itulah yang membuat aku menjadi preman.." "Tapi apakah siksaan yang kamu berikan membuat kamu puas..?" Lia menatap tajam. "Aku sangat menyesal, aku pun tidak tahu mengapa aku seperti keseta
Gandi dan Sandi tak bosan-bosan bertanya ke setiap orang yang ada di terminal itu, hingga akhirnya bertanya pada Bang Naga. "Bang, pernah lihat anak ini?" Sandi menunjukkan foto Doni dan Dani yang sedang memeluk Lia. Bang Naga lama menatap foto itu, hatinya sangat berat untuk jujur mengatakan bahwa anak-anak itu ada bersamanya, tapi melihat Lia ibu dari anak-anak itu dia sungguh tak tega. " Gimana bang? pernah lihat?" Bang Naga masih diam. Sandi dan Gandi tidak berani memaksa Bang Naga menjawab karena di terminal ini Bang Naga dikenal sebagai orang yang tegas dan disegani oleh para supir. Dia dikenal jujur dan baik hati. " Saya memang pernah melihat mereka, tapi saya gak tahu mereka kemana" Bang Naga menunduk, dia yang tak biasa berbohong tak berani menatap Sandi dan Ganda. "Kalau boleh tahu bang, dimana Abang melihat mereka?" Sandi bertanya. " Disekitar sini, cuma saya gak terlalu perhatikan sehingga saya gak tahu mereka kemana" Bang Naga kembali berbohong. Dia juga sudah sena
Kehadiran Irwan memberi warna baru buat kehidupan Lia. Walaupun dia masih resah, kabar baik dari anak-anaknya belum juga ada. Lia sedang mendapat telpon dari Sandi tentang kabar anak-anaknya yang kemungkinan ada di kota M, karena dari cerita seorang pemilik warung lintas sumatera dia melihat Doni dan Dani masuk ke sebuah bus tujuan kota M. Lia terlihat bersemangat."Baiklah mas, tolong segera dicari. Saya mau kamu segera menemukan nya" Irwan tiba-tiba masuk dan duduk dengan santai memandang Lia. Lia hanya melihat sekilas dan melanjutkan ngobrol dengan Sandi. "Iya mas, kamu segera kesini. Kalau memang mereka ada disini, harus segera ditemukan" Lia mengakhiri pembicaraan dengan Sandi. Lia menatap Irwan dengan jutek."Ada apa kamu kesini?" Irwan tersenyum manis. "Aku rindu" Lia kaget dengan jawaban Irwan. "Tolong kamu keluar dari sini sekarang, aku sedang ada pekerjaan penting" Lia mengambil berkas yang ada dihadapannya. Dia berharap Irwan pergi, terus terang hatinya terasa berdeb
Beberapa hari dipinggir danau Toba itu sangat menyenangkan, Lia seperti mendapatkan semangat baru. Di pagi yang sejuk dia berenang ditemani Irwan., mereka akan mengambil ikan di keramba dan membakarnya dipinggir danau. Betapa hidup ini indah tanpa beban.Mereka sudah 2 hari di danau dan ini adalah malam terakhir mereka akan tidur disini, mereka sedang membuat api unggun dan Irwan sedang bergitar sambil bernyanyi, Lia hanya menatap api unggun dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu. "Ada apa Lia..? apa yang kamu pikirkan" Irwan bertanya yang menyadari Lia yang Dian dari tadi."Aku mau menagih janji kamu mas..?" Lia menatap Irwan, Irwan yang melihat Lia serius meletakkan gitar nya dan duduk dengan baik di kursi. "Iya Lia, maaf aku terlena dengan kebahagiaan ini hingga lupa dengan yang sudah aku janjikan."Irwan menatap Lia dengan serius. "Kamu mungkin sudah lupa dengan aku teman masa kecilmu, ketika kita kecil orang tua kita sudah menjodohkan kita. Aku memang dari kecil sudah menyaya