“Masa kamu masih cari ibu tiri lainnya, Dea? Papi kamu ‘kan udah nikah sama sahabatmu."
“Sahabat aku?” tanya Dea memastikan pendengarannya tak salah. Baru membahas tentang kriteria ibu tiri idamannya dengan sang nenek lewat sambungan telepon, ia malah diberitahu jika ayahnya sudah menikah dengan sahabatnya? “Mira. Yang sering main sama kamu pas SMA dulu, loh.” Hah? Jawaban sang nenek membuat kepala Dea terasa ingin meledak. Wanita tua kesayangan Dea itu, memang belum tahu kalau Mira bukan lagi sahabatnya. Tapi, ayahnya tahu benar jika Dea sudah memasukkannya ke list musuh semenjak ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Mira berciuman dengan pacar Dea! Lantas, kenapa ayahnya menikahi wanita itu? Dan sejak kapan…? "Aku tutup dulu ya, Oma.” Menahan amarah, Dea gegas memutuskan sambungan telepon. Ia lalu mencari sosok yang katanya sudah menikah dengan sang ayah di kampus besar itu. Untungnya, tak butuh waktu lama Dea menemukan Mira. Gadis itu tampak berjalan bersama teman-temannya di koridor fakultas. “Dea? Ada ap–” Belum sempat berbicara, Dea langsung menyeret Mira ke tempat yang sepi untuk bicara dengannya. Tak dipedulikannya teman-teman Mira yang panik. Brak! Anak donatur terbesar di kampus itu memilih langsung membawa Mira ke sebuah gudang tanpa basa-basi dan membanting pintu dengan keras. "Bisa-bisanya lu nikahin Bokap gua, Mira. Sumpah, gak abis pikir gua sama lo!" bentak Dea berkaca-kaca. Dea menatap penuh kekecewaan gadis di hadapannya itu yang kini tampak syok. Sepertinya, ia tak mengira jika Dea mengetahui pernikahannya? "Gu--gue nggak bermaksud seperti itu De, gue...." "Gak bermaksud apa?! Lu udah nikah sama Bokap gua! Bahkan, tanpa sepengetahuan gua. Sengaja kan lu?!" Mira tampak menggeleng, berusaha menyangkal. Tapi, itu justru membuat Dea semakin emosi. "Gak usah ngelak, Mira. Selama ini lu emang udah ngincer Bokap gue, kan?" kesalnya, "Udahlah. Kita bicara langsung sama Papi! Awas aja lu kalau nggak mau ngaku!" Sejujurnya, Dea masih tak percaya jika keputusannya untuk memusuhi Mira ternyata adalah hal yang benar. Dea akui, ia pernah bimbang. Sempat, Dea berpikir, mungkin sebenarnya dia salah paham pada Mira? Bisa saja, pria yang kini sudah jadi mantan kekasihnya justru memaksa mantan sahabatnya itu? Terlebih, ia melihat Mira yang tampak memakai kerudung sejak awal perkuliahan. Gadis itu tampak semakin sholehah. Namun siapa sangka, semuanya hanya kedok! Sudahlah merebut pacarnya, kini ia merebut ayah Dea juga? Dea tahu benar ayahnya bukanlah tipe yang menyukai gadis yang jauh lebih muda. Entah apa yang Mira lakukan, sehingga ayahnya bisa menurunkan standarnya yang tinggi itu? Sedangkan, Mira? Mantan sahabatnya itu memang menyukai ayahnya sejak lama–tak peduli kalau mereka memiliki jarak usia yang jauh. Namun Dea tak menyangka jika Mira senekad ini! ••• "Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Aron–Ayah Dea–yang pulang ke mansion karena panggilan darurat dari putrinya. Pria itu tampak bingung melihat putrinya dan juga “istrinya” ada di sana. Melihat itu, Dea tersenyum sinis. "Kenapa Papi nggak jujur tentang pernikahan kalian?" tanyanya langsung. Aron tak membalas. Ia justru mencoba mendekati Dea yang terus menjauhinya. "Tolong dengerin Papi dulu, Sayang. Papi—." "Papi takut aku menentang?” potong Dea, “ya, jelaslah! Aku akan menentang hubungan kalian. Di antara banyaknya perempuan yang suka sama Papi, kenapa harus sama Mira?" "Bahkan, ada Tante Lina yang udah berusaha deketin Papi! Dia jelas lebih layak daripada Mira yang pernah merebut kekasih temannya sendiri!" Pertahanan Dea runtuh. Air mata mulai mengalir di pipinya. Mengapa orang yang paling dia percayai, tak mendengarnya? "Aku minta maaf De..." sahut Mira tiba-tiba, sambil menangis. Seolah, dialah yang paling tersakiti di sini? Jelas ini membuat Dea muak. Ditatapnya Aron yang kini tampak duduk–untuk meminta penjelasan. Namun, Dea tak menyangka dengan ucapan sang ayah selanjutnya, "Jangan minta maaf Mira, kita menikah karena kita sama-sama setuju. Jadi ini bukan salahmu." Deg! "Papi?!""Idih, Nenek Lampir ngapain ke sini?" tanya Mira. Hal itu membuat Dea terkejut, Mira sudah bisa julid ternyata. "Iya, anjir. Ngapain dia ke sini? Ngaku-ngaku lagi ..." ujar Dea "Dia nggak ada kapok-kapoknya apa ya?" ujar Mira kesal. "Iya, tahu tuh!" Kemudian Dea pun langsung berdiri dan menghampirinya, diikuti Mira. Kehamilan Mira sudah mau memasuki 7 bulan, makanya sudah besar perutnya. "Ngapain lu ke sini?" tanya Dea ketus. "Ya mau lihat hasil dekorasi pernikahan aku sama Junalah!" "Wah tengil banget lo! Pernikahan gue sama Juna, gua istrinya!" balas Dea lumayan santai. Ia tidak ingin terlalu ngegas, karena membuang energi bicara dengan orang gila. "Apa sih, Juna pernah janji nikahiyague." "Ya itu kalau lu setia. Lu aja mau dicoblos sana sini sama cowok lain!" Mira terkejut dengan bahasa Dea. Meski sudah bertahun-tahun ia mendengar mulut Dea yang asal ceplos itu, ia masih saja terkejut dengan apa yang keluar darinya. "Lu iri doang kan? Karena gue adalah mantan terin
"Semuanya berubah dan gue jadi ngerti, ternyata Papi emang udah jodohnya sama lu, dipertemukan untuk benar-benar saling mengisi. Gue minta maaf banget kalau selama ini gua udah nyakitin lu sejauh itu. Gara-gara Reza dan sifat gue yang terlalu merasa Superior." Mira sudah menangis sesenggukan. "Ya ampun, Dea. Aku ngerti kok waktu itu kamu kayak gitu. Tapi aku bahagia banget denger kamu bilang kayak gitu, artinya kamu udah benar-benar Seattle dengan hidup ini. Aku bahagia pada akhirnya kita kembali lagi ke yang masa SMA, jadi sahabat yang saling mendukung dan saling mengingatkan ketika salah. Itu adalah hal yang penting dari persahabatan sejati.""Iya, Mira. Gue juga merasa beruntung dengan semua kejadian ini, bikin gue belajar banyak.""Alhamdulillah kalo gitu."Mereka pun menjeda sejenak dengan diam, "Oke... balik lagi sama topik Mami gue. Apapun yang terjadi, lu nggak usah belain dia.""Oke," ujar Mira setuju.•••Sore harinya, setelah Aaron memberikan rincian kejadian. Maka Mita
Mira merasa takut dengan itu, apakah Dea akan berpihak pada ibunya? Faktanya, Mira menampar pipi orang yang melahirkan Dea, ia pasti marah kan. "Maaf Dea, aku...." "Ngapain minta maaf? Dia pantes digituin sih..." Akan tetapi Mira salah, Dea justru bersikap sebaliknya. "Kamu gak marah?" tanya Mira. "Ngapain marah?" tanya Dea balik. Mira merasa lega, "Takutnya kamu marah karena aku nampar Mami kamu." "Yaelah, Mir. Gue dukung lu banget kali, justru Mami tuh emang sesekali harus digituin." "Hem...." "Terus kemarin waktu dia belum ke Cina, dia itu sempat ngobrol sama gue--abis pulang dari Mansion Victorious. Terus pas dia bilang kalau dia udah nyerah sama Papi gue bersyukur banget. Eh ternyata beberapa hari kemudian, Juna bilang kalo Mami ke Cina dan posisi lu dan Papi lagi di sana. Gue curiga dong! Gue kira ya dia udah bener-bener jinak, tapi ternyata gue malah." Mira agak lucu mendengar Dea berkata 'jinakc. "Tarus gue nemu berita tentang kalian dan Mami gue adalah penj
Mira pun langsung menggeplak bisep suaminya yang kuat itu. Lalu ia mencubit hidung suaminya sampai sang suami sulit bernafas. Mereka pun terus bermain sampai akhirnya suara perut Mira yang lapar pun terdengar, sehingga akhirnya mereka pergi untuk sarapan. Pasca kejadian itu, hubungan mereka jadi lebih baik. Aaron juga meminta staff hotel untuk membuka lagi rekaman video yang dilihat sang istri, kemudian meminta mereka untuk mengirimkan pada asistennya atau yang sebenarnya adalah salah satu manajer dari perusahaan yang ada di sana. Asistennya yang asli ada di kantor pusat di Indonesia. Takutnya, mungkin saja Julia--yang sayangnya terkenal juga di Cina, akan menyebar hoax yang tidak-tidak tentang kejadian tadi. Apalagi banyak yang merekam di lobby. ••• Benar apa yang Aron duga, Julia membuat konten yang memojokkan Mira, sehingga warga China banyak yang mengecam Mira dan menuntut untuk memenjarakannya. Untunglah Aron memiliki banyak kenalan yang bisa diajak kerjasama. P
Aron sampai menutup mulutnya saking kagetnya dengan tindakan sang istri yang tidak biasa itu. "Sayang!" Julia memegangi pipinya yang ditampar dengan keras itu, ia kaget dengan kedatangan Mira yang tiba-tiba dan langsung menamparnya. "Apa-apaan kamu?!" bentak Julia. Hampir saja akan membalas tapi segera dihadang oleh Aron. "Jangan sentuh istriku!" Julia kaget, bahkan Mira juga kaget. Ia tidak mebgira kalau suaminya akan pasang badan seperti itu. "Kamu belain dia padahal dia mukul aku?!" tanya Julia tak menyangka. Ia merasa dirinya korban sekarang, lalu malah disalahkan. "Ya iyalah lo...." Belum sempat Mira menjawab, Aron sudah memotongnya. Aron menghadap Julia dan membelakangi istrinya seolah menjadi tameng sang istri. "Jelas kamu yang salah! Aku udah bilang berkali-kali untuk menjauh dariku dan istriku, tapi kamu masih saja mengejarku, mengganggu rumah tangga kami. Kamu pikir aku bakal belain kamu, hah?!" Semua orang terkejut dengan respon Aron yang sangat je
Hari itu Mira merasa lelah karena kemarin habis kondangan, dan malamnya ke pesta. Paginya berlanjut, ia harus mendampingi suaminya yang seperti idola itu ke acara lagi, yaitu pembukaan bisnis dari rekan bisnisnya Aron. Kemudian malam ini, ia harus ikut lagi di perjamuan mewah antara orang-orang kelas atas termasuk artis terkenal di China. Mira merasa kagum dengan itu tapi ia merasa sangat lelah, bahkan ketika ia senang melihat para artis itu, ia tetap merasa tidak nyaman. Jadi, ia meminta agar Aron membawanya pergi ke tempat yang bisa ia gunakan untuk istirahat. Saat ia istirahat di kamar, dan Aron meminta izin untuk keluar sebentar menemui rekan bisnisnya. Aaron malah tidak kunjung kembali, sehingga Mira menelponnya berkali-kali. Akan tetapi, Aron tidak bisa dihubungi, sehingga Mira hanya menunggu sampai Aron kembali. Saking lamanya, sampai jam 1 dini hari, Mira pun sampai ketiduran. . Namun di sisi lain, ternyata Aron bertemu dengan Julia di lorong hotel, saat ia