Share

3. Gak Pake Pengaman

Penulis: Blue Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-09 02:53:04

Sementara itu, begitu tiba di Mansion, Dea tak menemukan ayahnya atau Mira.

Ia menghela napas lega, tetapi itu tak bertahan lama.

Seseorang turun dari lantai atas dan menatapnya khawatir. "Dea! Kamu ke mana aja?" tanya Mira.

Dea menyeringai. Ia yakin mantan sahabatnya itu berpura-pura.

Jadi, Dea memilih untuk naik ke lantai dua kamarnya–melewati Mira.

Ada gurat kekecewaan di wajah wanita itu, tetapi Dea tidak peduli.

Mira saja tidak memikirkan bagaimana perasaannya saat menikahi ayahnya, lantas buat apa Dea memikirkan tentang perasaannya?

Lebih baik, ia bersiap ke kampus saja!

Hanya saja, Dea tak memungkiri bahwa ada rasa kecewa dalam dirinya saat ini.

Biasanya saat ia marah, ayahnya akan menelponnya. Tetapi, lihatlah tidak ada telpon sama sekali darinya? Pesan untuk menanyakan kabarnya–pun tidak ada.

Apakah dia sudah dibuang?

Atau haruskah dia pergi saja ke apartemen yang dibelikan oleh ayahnya sebagai hadiah ulang tahunnya dulu?

Dea dulu berpikir apa gunanya apartemen itu, tapi sekarang ia merasa mungkin sang ayah telah menyiapkan itu semua untuk ‘mengusirnya?’

Pikiran tentang minggat ke apartemen terus bertengger di kepala Dea.

Terlebih, sebulan setelah kejadian itu, sang ayah tak kunjung menemui atau bahkan mencarinya.

Gadis itu lantas memilih ke sana dengan beberapa koper berisi pakaian dan buku kuliahnya.

Namun saat masuk lift menuju lantai apartemennya, siapa sangka Dea bertemu dengan seorang pria yang pernah ia temui sebagai rekan bisnis sang ayah?

Tak hanya rekan bisnis sang ayah, Juna juga merupakan Paman dari Reza—mantan pacar yang mengkhianati Dea dengan berselingkuh dengan Mira!

Dea jelas merasa sungkan untuk menyapa. Akan tetapi jika ia tidak menyapa, ini akan berdampak pada reputasi ayahnya dan juga dirinya sendiri sebagai pewaris.

“Ha-halo, Om Juna.”

“Halo, Dea.” Pria itu tersenyum, tapi entah mengapa, ada kobaran kemarahan di matanya. "Oh, iya. Makasih dua jutanya...."

Deg!

Dua juta?

Mendadak Dea teringat insiden malam itu. Bagaimana bisa Om Juna tahu?

Jangan bilang, informasi dia menghabiskan malam dengan pria bayaran, sudah diketahui ayahnya?

Inikah alasan Aron tak mau menemuinya?

“Om, i–itu…”

"Om? Kok kamu masih manggil saya Om?” tanya pria itu tiba-tiba, “bukankah malam itu, kamu udah manggil saya Juna?"

Kali ini, Dea mengernyit bingung. "Maksud Om, apa? Aku gak ngerti."

Juna menatapnya dalam sembari tersenyum miring. "Jadi bener dugaan saya. Kamu kira kamu nidurin gigolo ampai ninggalin dua juta untuk malam itu?"

"Oh, iya. Kebetulan sekali, aku ingin mengembalikan bra milikmu," ujar pria itu membuka totebag yang ia bawa, “sepertinya, kau terburu-buru, hingga melupakannya?” 

Hah?

Dea langsung menutup mulutnya sendiri. Seketika, ia merasa disiram air dingin di sekujur tubuhnya.

Jangan bilang, ia bukan tidur dengan pria bayaran, tapi Om Juna?

Ia mendelik ke arah pria tinggi dan berotot itu dengan keterkejutan yang memuncak. 

"Jadi...."

"Kamu memakai saya dan membayar saya dengan nominal 2 juta, Dea."

Mendengarnya, gadis itu semakin panik.

Buru-buru, Dea mengajak Juna untuk bicara di tempat yang lebih privat.

Karena ruang mewah di apartemen Juna adalah tempat yang terdekat, mereka memilih ke sana.

Namun, Dea masih duduk dalam keadaan diam. Dia terlalu syok dengan semua ini.

Pandangannya bahkan tak fokus kala memegangi bra merah miliknya yang tadi dikembalikan oleh Juna.

Itu sudah bersih dan wangi, sepertinya Juna berniat sekali mengembalikan padanya hari ini.  

Bagaimana ini?

Jujur, Dea tak pernah membayangkan akan tidur dengan rekan bisnis ayahnya yang usianya 10 tahun di atasnya.

"Saya tahu kamu shock, tapi minum dulu biar tenang."

Suara bariton Juna menyadarkan Dea dari lamunan.

Pria itu ternyata sudah membawa dua cangkir kopi dan teh, serta sepiring cemilan juga yang ia beli tadi.

Bagai robot yang diprogram otomatis, Dea pun langsung meminum minumannya dan kembali tenggelam dalam pikirannya, hingga teringat sesuatu.

“Papi…?”

"Kalo kamu takut, saya bisa jamin Papi kamu gak akan tau."

Seolah tahu apa yang dipikirkan Dea, Juna tiba-tiba berkata demikian.

Hal ini membuat guratan panik di wajah Dea seketika memudar.

Sebab, itulah yang paling Dea harapkan!

"Makasih Om, saya minta maaf untuk semalam," ujarnya, begitu senang.

Juna mengangguk. “Jangan gegabah seperti kemarin. Alkohol membuatmu begitu agresif dan liar."

Tidak ada yang salah dari ucapan pria itu.

Tetapi entah mengapa, Dea merasa terganggu dengan sikap cuek Juna.

"Kalau begitu, kenapa Om gak nolak?" tanya Dea mulai menemukan keberaniannya. 

Juna menatap Dea tajam. “Apa aku harus menceritakan bagaimana kau langsung berada di atas tubuhku dan tak mau disingkirkan? Kau menarikku, menciumku, bahkan memaksa–”

“Maafkan aku!” potong Dea seketika–menyesali pertanyaan itu.

Harusnya Dea mengingat kalau dialah yang pertama kali menyerang pria dewasa di depannya!

Canggung, keheningan seketika melingkupi ruangan tersebut.

Cukup lama.

Sebelum akhirnya ada telpon masuk di ponsel Dea dari nomor yang tidak dikenal.

Ia mengangkatnya dan menyapa seperti biasa. 

"Hallo?"

"Hallo, Dea. Kamu di mana?" 

Mendengar suara itu, Dea langsung mematikannya.

Siapa lagi kalau bukan Mira?

Alasannya pergi ke club dan berada di situasi tak masuk akal saat ini.

"Kenapa?" tanya Juna, tiba-tiba.

Dea langsung menggeleng.

Ia lalu menjernihkan pikirannya lagi sebelum kembali berkata, "Maaf, Om. Aku harap Om bisa jaga rahasia ini, karena aku gak mau Papi tau soal ini."

Juna tersenyum tipis, "Oke. Kamu bisa pegang kata-kata saya."

"Makasih," ujarnya sebelum pergi. 

Namun sebelum itu, Juna sudah kembali berkata, "Hanya saja, mengingat malam itu kita gak pake pengaman, apa kamu sudah minum obat kontrasepsi?"

"What?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hamil Anak Om Miliarder   BONUS - Paman Kecil

    "Idih, Nenek Lampir ngapain ke sini?" tanya Mira. Hal itu membuat Dea terkejut, Mira sudah bisa julid ternyata. "Iya, anjir. Ngapain dia ke sini? Ngaku-ngaku lagi ..." ujar Dea "Dia nggak ada kapok-kapoknya apa ya?" ujar Mira kesal. "Iya, tahu tuh!" Kemudian Dea pun langsung berdiri dan menghampirinya, diikuti Mira. Kehamilan Mira sudah mau memasuki 7 bulan, makanya sudah besar perutnya. "Ngapain lu ke sini?" tanya Dea ketus. "Ya mau lihat hasil dekorasi pernikahan aku sama Junalah!" "Wah tengil banget lo! Pernikahan gue sama Juna, gua istrinya!" balas Dea lumayan santai. Ia tidak ingin terlalu ngegas, karena membuang energi bicara dengan orang gila. "Apa sih, Juna pernah janji nikahiyague." "Ya itu kalau lu setia. Lu aja mau dicoblos sana sini sama cowok lain!" Mira terkejut dengan bahasa Dea. Meski sudah bertahun-tahun ia mendengar mulut Dea yang asal ceplos itu, ia masih saja terkejut dengan apa yang keluar darinya. "Lu iri doang kan? Karena gue adalah mantan terin

  • Hamil Anak Om Miliarder   200. Resepsi yang Tertunda - Selesai

    "Semuanya berubah dan gue jadi ngerti, ternyata Papi emang udah jodohnya sama lu, dipertemukan untuk benar-benar saling mengisi. Gue minta maaf banget kalau selama ini gua udah nyakitin lu sejauh itu. Gara-gara Reza dan sifat gue yang terlalu merasa Superior." Mira sudah menangis sesenggukan. "Ya ampun, Dea. Aku ngerti kok waktu itu kamu kayak gitu. Tapi aku bahagia banget denger kamu bilang kayak gitu, artinya kamu udah benar-benar Seattle dengan hidup ini. Aku bahagia pada akhirnya kita kembali lagi ke yang masa SMA, jadi sahabat yang saling mendukung dan saling mengingatkan ketika salah. Itu adalah hal yang penting dari persahabatan sejati.""Iya, Mira. Gue juga merasa beruntung dengan semua kejadian ini, bikin gue belajar banyak.""Alhamdulillah kalo gitu."Mereka pun menjeda sejenak dengan diam, "Oke... balik lagi sama topik Mami gue. Apapun yang terjadi, lu nggak usah belain dia.""Oke," ujar Mira setuju.•••Sore harinya, setelah Aaron memberikan rincian kejadian. Maka Mita

  • Hamil Anak Om Miliarder   199. Luka yang Terurai

    Mira merasa takut dengan itu, apakah Dea akan berpihak pada ibunya? Faktanya, Mira menampar pipi orang yang melahirkan Dea, ia pasti marah kan. "Maaf Dea, aku...." "Ngapain minta maaf? Dia pantes digituin sih..." Akan tetapi Mira salah, Dea justru bersikap sebaliknya. "Kamu gak marah?" tanya Mira. "Ngapain marah?" tanya Dea balik. Mira merasa lega, "Takutnya kamu marah karena aku nampar Mami kamu." "Yaelah, Mir. Gue dukung lu banget kali, justru Mami tuh emang sesekali harus digituin." "Hem...." "Terus kemarin waktu dia belum ke Cina, dia itu sempat ngobrol sama gue--abis pulang dari Mansion Victorious. Terus pas dia bilang kalau dia udah nyerah sama Papi gue bersyukur banget. Eh ternyata beberapa hari kemudian, Juna bilang kalo Mami ke Cina dan posisi lu dan Papi lagi di sana. Gue curiga dong! Gue kira ya dia udah bener-bener jinak, tapi ternyata gue malah." Mira agak lucu mendengar Dea berkata 'jinakc. "Tarus gue nemu berita tentang kalian dan Mami gue adalah penj

  • Hamil Anak Om Miliarder   198. Ujung Karir Julia Dipertaruhkan

    Mira pun langsung menggeplak bisep suaminya yang kuat itu. Lalu ia mencubit hidung suaminya sampai sang suami sulit bernafas. Mereka pun terus bermain sampai akhirnya suara perut Mira yang lapar pun terdengar, sehingga akhirnya mereka pergi untuk sarapan. Pasca kejadian itu, hubungan mereka jadi lebih baik. Aaron juga meminta staff hotel untuk membuka lagi rekaman video yang dilihat sang istri, kemudian meminta mereka untuk mengirimkan pada asistennya atau yang sebenarnya adalah salah satu manajer dari perusahaan yang ada di sana. Asistennya yang asli ada di kantor pusat di Indonesia. Takutnya, mungkin saja Julia--yang sayangnya terkenal juga di Cina, akan menyebar hoax yang tidak-tidak tentang kejadian tadi. Apalagi banyak yang merekam di lobby. ••• Benar apa yang Aron duga, Julia membuat konten yang memojokkan Mira, sehingga warga China banyak yang mengecam Mira dan menuntut untuk memenjarakannya. Untunglah Aron memiliki banyak kenalan yang bisa diajak kerjasama. P

  • Hamil Anak Om Miliarder   197. Live Goes On

    Aron sampai menutup mulutnya saking kagetnya dengan tindakan sang istri yang tidak biasa itu. "Sayang!" Julia memegangi pipinya yang ditampar dengan keras itu, ia kaget dengan kedatangan Mira yang tiba-tiba dan langsung menamparnya. "Apa-apaan kamu?!" bentak Julia. Hampir saja akan membalas tapi segera dihadang oleh Aron. "Jangan sentuh istriku!" Julia kaget, bahkan Mira juga kaget. Ia tidak mebgira kalau suaminya akan pasang badan seperti itu. "Kamu belain dia padahal dia mukul aku?!" tanya Julia tak menyangka. Ia merasa dirinya korban sekarang, lalu malah disalahkan. "Ya iyalah lo...." Belum sempat Mira menjawab, Aron sudah memotongnya. Aron menghadap Julia dan membelakangi istrinya seolah menjadi tameng sang istri. "Jelas kamu yang salah! Aku udah bilang berkali-kali untuk menjauh dariku dan istriku, tapi kamu masih saja mengejarku, mengganggu rumah tangga kami. Kamu pikir aku bakal belain kamu, hah?!" Semua orang terkejut dengan respon Aron yang sangat je

  • Hamil Anak Om Miliarder   196. Mix Feeling

    Hari itu Mira merasa lelah karena kemarin habis kondangan, dan malamnya ke pesta. Paginya berlanjut, ia harus mendampingi suaminya yang seperti idola itu ke acara lagi, yaitu pembukaan bisnis dari rekan bisnisnya Aron. Kemudian malam ini, ia harus ikut lagi di perjamuan mewah antara orang-orang kelas atas termasuk artis terkenal di China. Mira merasa kagum dengan itu tapi ia merasa sangat lelah, bahkan ketika ia senang melihat para artis itu, ia tetap merasa tidak nyaman. Jadi, ia meminta agar Aron membawanya pergi ke tempat yang bisa ia gunakan untuk istirahat. Saat ia istirahat di kamar, dan Aron meminta izin untuk keluar sebentar menemui rekan bisnisnya. Aaron malah tidak kunjung kembali, sehingga Mira menelponnya berkali-kali. Akan tetapi, Aron tidak bisa dihubungi, sehingga Mira hanya menunggu sampai Aron kembali. Saking lamanya, sampai jam 1 dini hari, Mira pun sampai ketiduran. . Namun di sisi lain, ternyata Aron bertemu dengan Julia di lorong hotel, saat ia

  • Hamil Anak Om Miliarder   195. Olive Udah Jadian

    "Sayangku! Karena Baby Adam udah umur setahun enam bulan, kita adain resepsi yuk!" ajak Juna pada sang istri. Dea pun baru sadar kalau mereka memang belum mengadakan resepsi resmi yang mengundang banyak orang. "Ayuk! Aku juga sempet mikirin ini, tapi lupa mau bilang." "Aku juga diingetin Papi kamu sih..." "Dasar ih!" ujar Dea memukul lengan suaminya. "So, mau kapan?" tanya Juna. Dea berpikir sejenak, "Mungkin sebulan lagi?" "Ama amat? Aku perlu nyiapin jadwalnya sih." "Kamu kira nyiapin resepsi nggak butuh waktu lama apa? Kemarin aja Papi sama Mira sampai berbulan-bulan," ujar Dea kesal. Juna mengingat-ingat, "Tapi itu kan karena mereka juga terhambat, Sayang." "Iya, tapi ya nggak mungkin kan cuma dua minggu?" "Mungkin aja," balas Juna. Ia naik ke atas kasur menyusul istrinua untuk tidur. "Tapi kata kamu harus mewahxvberarti ya nggak bisa cepet. Minimal sebulan." "Ya udah ya udah... nanti aku coba minta atur jadwal yang bagus ke asisten aku." "Ya udah, intinya se

  • Hamil Anak Om Miliarder   194. Praduga

    "Ih Mami!" keluh Dea. "Iya iya Sayang, Mami cuma... becanda. Tapi kalo ada Berondong yang tulus ama Mami, kenapa enggak?" "Oke oke... terus Mami nggak tinggal di sini?" "Ya nggak lah, Sayang. Emang Mami nggak tahu diri apa? Nggak mikirin perasaannya Juna. Kalian juga butuh privasi kali, nggak yang Mami harus menyaksikan semua kejadian di dalam hidup kamu dan suami kamu. Lagian Mami juga bukan orang yang bisa hidup dengan tanpa kebebasan, dan kalau di sini kan ... Mami nggak mungkin bebas." Dea mengertit, "Aku nggak tahu kebebasan yang Mami Sebutkan itu tentang apa, atau Mami sering pergi-pergi, atau gimana? Tapi kalau bawa cowok ke rumah ya sebenarnya itu bukan urusan aku ya. Masalahnya, kan aku punya anak yang harus dididik juga dengan sample, kalau nanti ada anggota keluarga yang sampelnya buruk, aku takutnya sih bisa mempengaruhi dia." Julia terkekeh, "Nah itu tahu." "Ih yang bener! Mami bermaksud untuk bawa cowok ke rumah ya?" "Iyalah." Dea sudaj lelah bicara denga

  • Hamil Anak Om Miliarder   193. Terlanjur Suuzon

    "Plesir tuh kek jalan-jalan," jawab Mira. Akan tetapi, ia sudah biasa dengan kekurangan suaminya dalam kosa kata bahasa Jawa Tengah. Ia seringkali salah memahami kosa katanya, dan Mira pun mulai belajar bahwa tidak semua kosa kata bahasa Jawa itu familiar bagi orang lain termasuk suaminya yang notebennya orang luar. "Besok kita harus kondangan loh, kamu gak capek kan?" tanya Aron pada sang istri. "Capek!" Tak lama mereka sampai di hotel, dan Mira yang sedang mode manja tidak mau jalan sendiri. Alhasil, Aron pun menggendongnya ala Bridal Style sampai ke kamar mereka. Mira yang minta gendong, Mira juga yang malu dan menyembunyikan wajahnya dari pandangan orang-orang. Ia sungguh malu. . Setelah mereka berdua bersih-bersih, kemudian mereka langsung naik ke atas kasur, dan seperti biasa sebelum benar-benar tidur, mereka tiduran sambil Deep Talk. Membicarakan banyak hal, saling curhat dengan berbagai macam cerita. Aron juga menceritakan tentang mimpi-mimpinya bersama deng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status