Gadis itu menoleh karena merasa ada yang lagi-lagi memanggil namanya.
Namun, tak ada siapa pun.
Vyora menghela napas. Ia memutuskan untuk mendirikan tendanya agar bisa beristirahat karena sebentar lagi sudah memasuki sore hari.
Lalu, ia mencari ranting untuk menyalakan api anggun.
Setelah terkumpul, Vyora segera menyalakan api unggun dan sekaligus memasak untuk makan malam.
Karena di puncak tidak ada sinyal sedikitpun, Vyora memutuskan untuk mendengarkan lagu yang untungnya ia unduh di ponselnya menggunakan headset yang sudah dibawa.
Hanya saja, di balik pepohonan yang sedikit rimbun, terlihat ada cahaya merah seperti api unggun.
'Apa itu pendaki lain?'
Dilepaskan headsetnya untuk memastikan itu.
Benar saja, ia mendengar seperti ada dendangan yang ramai, tetapi ia tidak tahu itu apa karena terdengar sangat asing baginya.
Dengan rasa penasaran, Vyora mengintip di balik semak-semak untuk melihatnya.
Ia sengaja tidak membawa senter karena takut ada yang mengetahui keberadaannya dan malah jadi mengganggu pendaki lain.Ia sedikit menyipitkan matanya untuk memperjelas apa yang dia lihat karena terlihat sangat aneh tidak seperti pendaki pada umumnya.
Terlihat sekumpulan orang yang tengah berbaris mengikuti bentuk bintang yang dimana di tengah lambang bintang tersebut ada sebuah api unggun besar yang tengah menyala.
Semua orang yang disana memakai jubah berwarna hitam dengan tudung kepala yang menutupi wajah mereka.
Masing-masing dari mereka membawa sebuah obor sambil terus melantunkan sebuah mantra, Vyora yakin kalau mereka bukan pendaki biasa.
“Apa yang sedang mereka lakukan? Terlihat tidak seperti pendaki dan juga tidak ada tenda yang berdiri sama sekali,” lirih Vyora karena takut ada yang mendengarnya.
Tentu saja Vyora tidak mau ketinggalan sebuah momen. Ia kembali menuju tendanya untuk mengambil kameranya agar ia bisa merecord kegiatan kumpulan manusia aneh itu.
“Aku harus mengambil kamera untuk merekam kegiatan mereka,” batin Vyora sambil bangkit untuk berjalan ke tenda.
Saat kembali dan hendak merecod Vyora terkejut dengan apa yang dia lihat, sekumpulan orang yang sedang memegang obor sudah pindah formasi menjadi mengelilingi sebuah pohon yang besar.
Beberapa orang itu memutuskan bentuk lingkarannya untuk memberi jalan kepada tiga orang yang akan memasuki lingkaran itu.
Mata Vyora di kejutkan lagi dengan melihat seorang wanita yang tengah hamil tidak sadarkan diri dengan tubuh yang terikat di batang pohon besar.
Salah satu orang disana mengeluarkan pisau yang cukup besar dan tajam, lalu diarahkannya itu ke perut perempuan itu.
Darah bercucuran lumayan banyak dari perempuan itu, tak menyurutkan niatnya untuk terus membedah.
Seorang bayi pun muncul dari perut wanita itu.
"Oekkk!"
Isak tangis bayi yang baru lahir itu membuat Vyora merinding.
Salah satu dari mereka membawa bayi tersebut ke tengah lambang bintang.
Tak lama, muncul satu orang lagi dengan membawa wadah seperti mangkok besar.Tanpa rasa tega, bayi yang tengah menangis itu langsung disayat di bagian lehernya.
Mereka langsung menampung darah bayi yang mengucur itu di sana.
Sekujur tubuh Vyora bergetar melihatnya. Ia tidak sanggup untuk melihatnya lagi.
Akhirnya, Vyora memutuskan untuk kembali ke tendanya.
Meski dalam kondisi lemas, ia berusaha untuk berjalan menuju tenda.Hanya saja, keadaan gelap membuat Vyora semakin sulit untuk memilih jalan.Brak!
Ia berujung terperosok menginjak tanah yang tidak rata.
“Aahhh!” teriak Vyora saat terjatuh.
Tubuh perempuan itu terjatuh, hingga terguling dan kepalanya membentur pohon. Darahnya terus keluar, hingga berujung tidak sadarkan diri.
****
Keesokan harinya Vyora siuman, tetapi ia bingung dengan keberadaanya saat ini.
Seingatnya, dia ada di hutan, tetapi sekarang berada di dalam sebah kamar yang cukup luas. Namun, ruangan ini terlihat tua dan juga minim pencahayaan.
“Aww kelapaku sakit sekali,” ucap Vyora sambil memegangi kepalanya yang masih dalam keadaan berbaring di atas kasur.
Hanya saja, ia masih terus bertanya-tanya. Dijelajahinya setiap sudut di kamar itu.
Melihat ada sebuah pintu besar yang berada di pojokan, Vyora sekuat tenaga bangun dari ranjang itu dan berjalan menuju pintu.
Sekuat tenaga, ia berusaha untuk membuka pintu itu. Namun, tidak ada hasil karena ia dikunci dari luar.
Kejadian ini membuat Vyora panik dan berteriak meminta tolong karena ia mengira kalau dirinya diculik oleh seorang penjahat.“TOLONG … SIAPAPUN TOLONG BUKAKAN PINTU...!” teriak Vyora sambil menggedor pintu itu berharap ada seseorang yang mendengar dan bisa membukakan pintunya.
Hampir satu jam lamanya Vyora menunggu di depan pintu. Sayangnya, tidak ada orang yang datang satu pun ditambah kondisinya yang belum pulih membuat dirinya kehabisan tenaga.
Dengan wajah yang sangat pucat, Vyora menyenderkan tubuhnya di daun pintu itu dengan tubuh yang terduduk lemas.
CEKLEK… CEKLEK!
Suara sebuah kunci terbuka. Tak lama, pintu itu hendak terbuka. Sayangnya, terhalang oleh tubuh Vyora.
Merasakan itu, Vyora pun bangun dan melihat siapa yang datang untuk membukakan pintu untuknya.
“Hei! Sudah siuman? Bagaimana keadaanmu sekarang?”
“Tolong aku, aku takut sendirian di sini,” ujar Vyora dengan wajah yang memelas kepada pria itu.
“Tenangkan dulu dirimu, kamu di sini aman. Jadi kamu tidak perlu takut karena aku ada di sini.” Pria itu berusaha membuat Vyora tenang.
“Apa kamu yang menyelamatkanku?” tanya Vyora.
Pria itu hanya tersenyum kepada wanita yang tengah tidak berdaya ini.
Seketika Vyora tidak asing dengan senyuman itu.
Ia merasa sangat kenal dengan senyuman itu. Namun, ia tidak tahu siapa pria yang ada di hadapannya.
Vyora meneliti wajah pria itu yang lumayan tidak asing di matanya.
“Aku seperti tidak asing denganmu, apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Apa sekarang sudah mengingatku?” Pria itu kembali bertanya kepada Vyora.“Tunggu! Kamu pria di mimpiku, kan?”
“Benar,” jawab pria itu yang di akhiri dengan senyuman.
“Ternyata aku mimpi lagi,” ucap Vyora kembali menyandarkan tubuhnya di daun pintu.
“Kamu tidak mimpi, kita benar bertemu di kehidupan nyata untuk pertama kalinya,” terang pria itu kepada Vyora.
“Hah benarkah? Aku tidak sedang bermimpi? Lalu, sekarang aku dimana?” Dengan panik Vyora mengubah posisi duduknya yang semula bersandar menjadi tegak sambil celingukan.
“Di istanaku, seperti yang aku janjikan kepadamu kalau aku akan membawamu ke istana dan menjadikanmu sebagai ratu.”
“Ratu? Aku tidak bisa! Aku harus pulang.”
Vyora hendak bangun tetapi pria itu lebih dulu mencegahnya dan langsung membopong tubuh Vyora.
Sebelum membawa Vyora ke ranjang pria itu kembali mengunci pintu kamarnya baru membawa Vyora ke ranjang.
“Aku ingin pulang!” Seru Vyora sambil memberontak di atas gendongan pria itu.
“Tidak bisa, aku sudah menunggumu sangat lama untuk datang ke sini. Sebentar lagi, pernikahan kita akan digelar dan kamu akan menjadi ratuku,” ucap pria itu dengan santainya.
Deg!“Tolong lepaskan aku,” rengek Vyora dengan isak tangisnya.“Tidak bisa, kamu sudah terlanjur masuk ke dalam istanaku dan tidak akan bisa keluar dari sini,” tutur pria itu sambil merebahkan tubuh Vyora diatas ranjang.“Dasar pria gila!” amarah Vyora semakin memuncak kepada pria itu.“Sepertinya aku harus membuatmu tertidur sampai semua persiapan pernikahan kita selesai.”“LEPASKAN AKU!” Vyora mencoba berontak tetapi ia kalah telak dengan tenaga pria itu yang sudah memegangi kedua tangannya sambil menindih tubuhnya.Dalam waktu sekejap Vyora langsung tidak sadarkan diri karena pria itu membacakan mantra untuknya. “Maafkan aku harus membuatmu seperti ini untuk sementara waktu, aku sudah susah payah bertahun tahun membujukmu untuk membawamu kesini dan sekarang aku tidak mau kehilangan kesempatan ini,” ucapnya sambil meneliti wajah Vyora dari jarak yang sangat dekat dan ia mengecup bibir Vyora.Setelah itu ia keluar dari kamarnya dan tidak lupa untuk mengunci pintunya kembali.“Apa semua
“Iya, kehamilanmu bisa berlangsung dengan cepat karena kamu berada di duniaku bukan di duniamu lagi.”“Maksudmu?” tanya Vyora yang masih belum mengerti dengan ucapan Varka.“Akan aku jelaskan nanti setelah sampai di istana. Ayo kita pulang terlebih dahulu,” Varka mengajak Vyora untuk pulang karena sudah sangat malam.“Aku tidak mau ikut pulang denganmu!” Vyora langsung menolak ajakan Varka.“Lalu mau kemana? Pulang?”“Aku masih punya orang tua, aku akan pulang sendiri!” Vyora bangkit dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan tempat itu.“Yakin mau pulang dengan keadaan yang tengah hamil seperti itu?”Dengan sekejap Vyora langsung mematung mendengar ucapan Varka barusan, ia tersadar kalau dirinya tengah hamil walaupun tidak masuk akal baginya.“Benar juga, aku tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini,” ucap Vyora sambil melihat ke arah perutnya.“Arghh kenapa keadaannya jadi seperti ini!” Vyora merasa sangat kesal dengan apa yang sedang ia alami saat ini.“Ayo ikut bersamaku pulan
Vyora merasa penasaran kepada wanita yang ada di balik pintu barusan, ia mendengar dengan jelas kalau dirinya minta ditemani tidur oleh Varka. Bukan rasa cemburu yang ada dalam hari Vyora melainkan ia merasa dipermainkan oleh pria yang telah membuatnya seperti ini, Vyora akhirnya berusaha untuk memejamkan matanya dengan perasaan hati yang campur aduk hingga akhirnya ia terlelap dengan sendirinya. Pagi harinya Vyora bangun, baru kali ini ia tidur tanpa memimpikan Varka. Saat Vyora hendak bangkit ia merasa ada yang melingkar di atas perutnya setelah di cek ternyata itu tangan Varka. Vyora kemudian memindahkan tangan Varka ke kasur karena ia hendak ke kamar mandi untuk buang air kecil sekaligus mandi. Merasa ada yang memindahkan tangannya Varka langsung membuka matanya dengan perlahan dan mendapati Vyora hendak bangkit dari tempat tidur, langsung di tariknya lengan Vyora oleh Varka karena ia mengira kalau Vyora hendak kabur. “Mau kemana, hm?” tanya Varka dengan suara yang serak dan
“Mereka semua adalah selirku,” Varka menjawabnya dengan santai.Seketika Vyora mematung seperti tersambar petir di pagi hari yang cukup cerah pada saat itu, ia merasa sangat dipermainkan oleh Varka. “Akan aku perkenalkan semuanya kepadamu, dimulai dari yang sedang duduk berhadapanan denganmu,” sambung varka yang tidak merasa bersalah sama sekali. “Ashira, Hazel, Eira, Karalyn, dan Dasha yang tengah hamil sama sepertimu tetapi usia kandungannya sudah tua,” ucap Varka setelah selesai mengenalkan kelima selirnya tanpa merasa bersalah sedikit pun. Hatinya bagaikan ditusuk oleh ribuan jarum Vyora tak kuat jika terus berada disana, ia pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada semua orang. “Situasi macam apa ini, bagaimana bisa aku masuk ke dalam lingkungan orang-orang bodoh,” Vyora terus melangkahkan kakinya ke sembarang arah karena yang terpenting saat ini adalah ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu agar ia bisa menyusun rencana untuk kabur. “Hai kakak ipar,” sapa Ares dari ba
Vyora tidak habis pikir dengan jalan pikiran Varka, barusan dia sendiri yang mengajaknya untuk pergi ke taman, setelah kedatangan selir manjanya dia langsung berpaling begitu saja.Varka meninggalkan Vyora sendirian tanpa mengucapkan sepatah katapun, yang lebih menjengkelkan adalah Varka merangkul pinggang Dasha dari belakang seolah sedang pamer kemesraan."Dasar pria gila, bisa-bisanya aku terjebak olehnya," Vyora mengumpat melihat kelakuan pria yang notabenenya sudah menjadi suaminya.Saat itu Vyora sangat ingin kabur dari sana tapi apa daya karena prajurit di istana selalu berjaga 24 jam, sudah pasti pergerakannya juga dipantau yang membuat dirinya tidak bisa kabur dengan mudah.Akhirnya Vyora memutuskan untuk mencari keberadaan taman yang katanya tidak jauh darinya."Permisi, taman istana ada disebelah mana?" Tanya Vyora yang kebetulan berpapasan dengan salah satu seorang pelayanan di istana."Tinggal lurus saja, nanti langsung sampai di
Varka sebisa mungkin menetralkan amarahnya karena dia harus bersikap patuh di depan hadapan ayahnya, sedangkan Dasha langsung mati kutu seketika.Pasalnya semua selir di istana sangat takut kepada ayah Varka, apa lagi masalah Dasha yang pernah mencoba menggoda Ares, dia mendapat teguran keras bahkan dirinya hampir ditendang dari istana.Ayah Varka melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan untuk mendekati Varka dan melihat apa yang sedang terjadi di luar sana karena mendapati Varka dan Dasha tengah meributkan suatu hal.“Ada apa Varka?” tanya sang ayah setelah ikut melihat ke arah luar dari jendela.“Bukan apa-apa,” Varka menjawabnya sambil menundukkan kepalanya.Dasha merasa kalau kehadiran dirinya sudah tidak aman jadi ia memutuskan untuk pergi dari sana secepatnya.“Saya pamit terlebih dahulu, ada hal yang harus diurus,” pamit Dasha yang langsung pergi begitu saja.“Kamu merasa cemburu kepada adikmu sen
Bagaimana perasaan Varka saat itu?Ya, sudah pasti dia sangat emosi.Bagaimana Varka tidak emosi lantaran dia yang sudah membawa Vyora ke dalam kamar dan menunggu di sampingnya hingga siuman tetapi setelah Vyora membuka mata malah berterimakasih kepada orang lain.“Bukan aku yang membawa kakak ipar ke kamar, tapi…” Ares menggantungkan ucapannya, ia melihat ke arah belakang yang dimana Varka tengah berdiri disana.Vyora langsung paham dengan maksud Ares, seketika ia memutarkan bola matanya."Sayang..." panggil Varka kepada Vyora dengan nada yang lembut, ia berusaha untuk meredam emosinya."Kenapa disini? Bukankah tadi selirmu minta di temani untuk pergi?" tanya Vyora dengan ketus dan membuang pandangannya ke sembarang arah."Aku tidak jadi pergi dengannya karena ayah memanggilku tadi," terang varka yang masih menggunakan nada yang halus sembari ia duduk di tepian ranjang."Terus ngapain masih disini? Ada Ares yang siap menema
***Awal dimana Vyora bertemu dengan Varka adalah di dunia mimpi.Untuk pertama kalinya Varka datang ke mimpi Vyora dan dia memperkenalkan dirinya seperti cowok pada umumnya ingin berkenalan dengan wanita.Di mimpi pertama Vyora, mereka berdua sudah terlihat sangat akrab dikarenakan Vyora merasa sangat nyaman dengan sosok pria tampan itu.Pertemuan mereka di mimpi selalu di hutan tetapi hutan itu sangat indah tidak mencekam sama sekali, setiap kali Varka datang menemui Vyora ia selalu datang menunggangi kuda layaknya seorang pangeran.“Aku mau menunjukan tempat yang indah, apa kamu mau ikut?” tanya Varka setelah mereka berdua berkenalan.Vyora mengangguk dengan senangn