Share

Pernikahan

“Tolong lepaskan aku,” rengek Vyora dengan isak tangisnya.

“Tidak bisa, kamu sudah terlanjur masuk ke dalam istanaku dan tidak akan bisa keluar dari sini,” tutur pria itu sambil merebahkan tubuh Vyora diatas ranjang.

“Dasar pria gila!” amarah Vyora semakin memuncak kepada pria itu.

“Sepertinya aku harus membuatmu tertidur sampai semua persiapan pernikahan kita selesai.”

“LEPASKAN AKU!” Vyora mencoba berontak tetapi ia kalah telak dengan tenaga pria itu yang sudah memegangi kedua tangannya sambil menindih tubuhnya.

Dalam waktu sekejap Vyora langsung tidak sadarkan diri karena pria itu membacakan mantra untuknya.

 “Maafkan aku harus membuatmu seperti ini untuk sementara waktu, aku sudah susah payah bertahun tahun membujukmu untuk membawamu kesini dan sekarang aku tidak mau kehilangan kesempatan ini,” ucapnya sambil meneliti wajah Vyora dari jarak yang sangat dekat dan ia mengecup bibir Vyora.

Setelah itu ia keluar dari kamarnya dan tidak lupa untuk mengunci pintunya kembali.

“Apa semua persiapan sudah selesai?” 

“Sudah semua tuan,” jawab sang prajurit yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar.

“Baiklah, bawakan wanita itu ke tempat upacara!” perintahnya sambil memberikan sebuah kunci kamarnya.

“Baik tuan!” Jawab sang pengawal patuh.

Langkah demi langkah pangeran yang bernama Varka Jayne Lucifer pergi meninggalkan istana dengan diselingi siulan khas dirinya jika sedang merasa senang.

“Tuan mau pergi kemana? Perlu saya temani?” tanya seorang perempuan yang sedang berdiri di dekat pintu keluar.

“Tidak perlu, kau di istana saja bersama yang lainnya!” Perintah Varka kepada wanita yang merupakan seorang selirnya.

Sudah menjadi rahasia masyarakat kalau Varka mempunyai selir sebanyak lima orang, hanya Vyora yang akan Varka jadikan ratu karena kepribadiannya yang sangat menarik baginya dan pantas untuk dijadikan seorang ratu di dunianya.

“Baik tuan,” jawab selir itu dengan patuh sambil menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat kepada Varka.

Dengan perasaan kecewa sang selir itu kembali ke dalam istana, pasalnya Varka tidak pernah melibatkan selir dengan kegiatannya kecuali sebuah pesta di istana.

Ayah Varka sangat setuju dengan pernikahan anaknya karena ia kira akan ada tumbal berikutnya seperti sebelumnya Varka selalu menumbalkan anaknya dari para selirnya.

Bayi yang ada di istana tidak akan bisa hidup lama karena sudah pasti akan menjadi tumbal di sebuah upacara adat mereka.

“Kamu dari mana saja, hm?” tanya ayah Varka yang sudah menunggu anaknya di depan halaman istana yang sudah menunggangi kudanya.

“Maaf sudah membuat ayah menunggu, ayo kita langsung ke tempat persembahan.” Ajak Varka kepada ayahnya dan ia menyusul menunggangi kudanya yang sudah siap sedari tadi.

“Apa kakak merasa nervous?” tanya seorang pria yang merupakan adik kandung Varka, yang bernama Ares Ardana Lucifer.

“Nggak!” Varka menjawab dengan sangat cuek lalu ia pergi begitu saja meninggalkan adiknya yang sedari tadi sudah menunggunya.

Sesampainya mereka di sebuah tempat yang biasa mereka gunakan untuk persembahan, tidak menunggu lama acaranya segera mereka lakukan yaitu acara pernikahan Varka dan Vyora dengan adat mereka yang sudah dipercaya.

Vyora terlentang di atas batu besar yang pipih dalam keadaan tanpa busana sama sekali. Adat pernikahan mereka dengan cara membacakan mantra yang sudah ada lalu sang pengantin berhubungan badan di atas batu itu.

Sebelum acara dimulai Varka sudah memberi peraturan kalau semua orang yang hadir tidak bisa melihat Vyora dengan keadaan telanjang bulat dan dirinya juga.

Pembacaan mantra selesai kini tinggal ritual berhubungan yang diyakini agar langsung bisa memiliki keturunan.

Vyora tersadar sebelum dimulainya berhubungan tetapi badannya terasa kaku semua bak lumpah, ia hanya bisa melihat dan berbicara sedangkan tangan dan kakinya terasa mati rasa.

“Apa yang akan kamu lakukan padaku?” tanya Vyora mendapati Varka yang sudah berada di atas tubuhnya.

“Tentu saja melakukan hubungan suami istri, apa lagi menurutmu?”

Vyora bisa merasakan kalau dirinya tanpa sehelai benang pun begitu juga dengan Varka, kulit mereka saling bersentuhan terutama bagian bawah Varka yang sudah tegak sangat terasa di pangkal paha Vyora.

“ENYAHLAH!” pekik Vyora dengan dibarengi air mata yang berjatuhan membasahi pelipisnya.

Tidak bisa di pungki kalau Vyora sangat merasa ketakutan dan berharap ada sebuah pertolongan untuknya.

“Sttt… nikmati saja sayang. Nanti juga terbiasa dengan rasanya,” bisik Varka sambil meneruskan aksinya untuk menembus dinding kenikmatan yang sudah ia nantikan sejak lama.

“Arghhh… sa-kit.”

Vyora merasa ada yang menembus di bagian bawah yang terasa begitu besar yang membuatnya merasa kesakitan karena memang Vyora belum pernah melakukannya sebelumnya.

Setelah Varka merasa puas dengan permainannya ia menyudahinya dengan pergi meninggalkan Vyora sendirian di atas batu.

Vyora hanya bisa menangis sambil meringkuk untuk menutupi bagian tubuhnya karena ia rasa sudah bisa menggerakkan tubuhnya setelah permainan selesai.

“Dia jahat sekali melakukan hal seperti ini padaku,” ucap Vyora yang masih sambil menangis.

 Vyora melihat sekitarnya untuk mencari pakaiannya tetapi tidak ada apapun, bahkan sekarang dia sendirian tidak ada satu orangpun disana.

Tangisan semakin pecah sejadi-jadinya, Vyora sangat merasa menyesal karena tidak menuruti omongan papah dan mamahnya. 

“Kenapa menangis terus? Semuanya tidak akan bisa kembali lagi,” ucap Varka yang datang menghampiri Vyora dengan membawa sebuah cawan dan jubah hitam yang di kalungkan di lengannya.

Vyora terkejut dengan suara berat yang menghampirinya.

“Semua gara-gara kamu!” teriak Vyora.

“Ini adalah takdir kita untuk bersatu, aku sudah tidak sabar untuk mendapatkanmu.”

“Pria brengsek!” 

“Pakailah ini, aku tahu pasti kamu kedinginan kan?” tanya Varka sambil memakaikan jubah yang ia bawa untuk Vyora.

“Apa masih terasa sakit?” tanya Varka dengan nada yang sangat lembut sambil menatap wajah Vyora yang sudah sangat kacau karena terus menangis sedari tadi.

Vyora hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Varka.

“Maafkan aku, tubuhmu membuatku kehilangan kendali.”

“Dasar pria mesum. Aku benci padamu!”

Setelah marah-marah kepada Varka, Vyora merasakan nyeri yang hebat di bagian perutnya hingga tanpa sadar ia meringis kesakitan sambil mencengkram lengan Varka.

“Arghh sakit sekali perutku,” ucap Vyora sambil menahan sakitnya.

“Sakit bagaimana?” tanya Varka panik.

Vyora hanya menggelengkan kepalanya karena ia tidak sanggup untuk mengeluarkan sepatah katapun.

“Minumlah ini agar rasa sakitnya hilang, aku sendiri yang membuatnya tadi,” Varka menyodorkan cawan yang ia bawa tadi.

Vyora merasa ragu dengan pemberian Varka karena ia takut kalau itu ternyata berisi racun atau sejenisnya yang bisa mencelakakan dirinya.

Vyora menggelengkan kepalanya untuk menolak pemberian Varka.

“Agar kamu percaya aku akan meminumnya sedikit untuk membuktikannya.” Kemudian Varka meminum ramuan yang ada di cawan itu lalu ia memberikannya kepada Vyora.

“Cepatlah diminum agar rasa sakitnya bisa segera hilang,” perintah Varka.

Vyora akhirnya meminum ramuan itu, setidaknya kalau ada apa-apa Varka juga akan terkena dampaknya.

Setelah selesai meminumnya Vyora tidak lagi merasakan sakit di perutnya dengan secepat itu tetapi ia merasa sedikit ada yang aneh dengan perutnya, terasa ada yang bergerak di dalam sana dan bentuk perutnya pun menjadi sedikit buncit.

“Kenapa di dalam perutku seperti ada yang gerak, apa yang barusan kamu berikan kepadaku?” tanya Vyora curiga kepada Varka.

“Benarkah?” tanya Varka dengan sumringah sambil ia letakkan telapak tangannya di perut Vyora.

“Aku tidak percaya bisa secepat ini bayi kita tumbuh,” ucap Varka kembali setelah memastikan apa yang terjadi di perut Vyora.

“Maksudnya?” tanya Vyora tidak paham.

“Apa kamu lupa kita telah melakukan hubungan badan? Tentu saja kamu bisa langsung hamil.”

“Secepat ini?” tanya Vyora tidak percaya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status