Beranda / Fantasi / Hamil Anak Ular / Bab 10 : Niat Baik Radji

Share

Bab 10 : Niat Baik Radji

Penulis: Evhae Naffae
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-10 19:00:56

#Hamil_Anak_Ular

Bab 10 : Niat Baik Radji

“Mas, kamu gak apa-apa ‘kan?” tanya Endah sambil mengelap wajah suaminya setelah mencucinya di kamar mandi.

“Ya ... kenapa-kenapalah, anakmu itu sakit jiwa! Awas saja kalau mataku sampai buta, akan kutuntut dia,” jawab Lucky kesal.

Endah menghela napas panjang, ia tak bisa juga menyalahkan Anjani kalau Lucky tak bermulut tajam. Menurutnya sama-sama salah, baik anak maupun sang suami.

Endah mengusap wajah merah sang suami sambil menyemprotkan obat, agar rasa pedas dan perihnya berkurang. Juga meneteskan obat mata ke mata Lucky.

Dengan tampang kesal, Lucky menepis tangan Endah lalu berbaring di tempat tidur dengan posisi membelakangi istrinya itu, ia merajuk. Endah tersenyum kecut lalu melangkah menuju pintu, ia akan berbicara kepada Anjani.

******

Anjani duduk di ruang tengah sambil memainkan remot televisi dan tak hentinya mengubah chanel. Ponsel di saku celana pendeknya bergetar tanda ada pesan yang masuk, segera dirogohnya benda pipih itu.

[Jani, aku ada di luar.] Itu chat dari Radji.

Anjani melengos dan mengetik balasan untuk temannya itu.

[Masuk aja, aku ada di ruang tengah lantai bawah. Lagi nonton televisi.] Anjani langsung mengirim balasan untuk temannya yang lumayan ganteng itu, tapi tak tertarik untuk menjadikannya suami. Baginya, teman ya teman dan perasaan persahabatan takkan bisa berubah jadi cinta.

Dua menit kemudian, bel rumah pun berbunyi. Anjani langsung menyuruh Bik Siti untuk membukanya. Taklama setelah itu, pria bertubuh tinggi itu telah menemuinya di ruang tengah.

“Ngapain malam-malam ke sini?” tanya Anjani saat Radji duduk di sampingnya.

“Hmm ... masalah yang tadi belum selesai. Mumpung Rully nggak ada. Gimana Jani, aku serius?” Radji meremas jemarinya yang terasa dingin.

“Udah deh, Ji, gak usah aneh-aneh! Jangan rusak persahabatan kita dengan permasalahan begini!” Anjani membenarkan posisi duduknya dan menutup perut buncitnya dengan bantal karena lagi-lagi seperti sedang terjadi baku hantam di dalam sana.

“Kamu kenapa, Jani? Kok kayaknya gelisah gitu?” Radji menautkan alis melihat ekspresi gadis berambut panjang di hadapannya.

“Ah ... biasa, anak setan di perutku lagi demo gara-gara gak kukasih makan. Aku sengaja gak mau makan, biar mereka pada mati,” jawab Anjani ketus sambil memukul-mukul perutnya.

Tiba-tiba, dari arah tangga terlihat Chiko si ular pyton sedang menuruni anak tangga. Sepertinya ia sedang mencari keberadaan sang majikan.

“Hey, itu Chiko!” Radji langsung berlari menghampiri ular sepanjang 4,5 meter itu. Dengan kesusahan, ia menarik tubuh ular terbesar peliharaan Anjani, lalu membawanya ikut mengobrol bersama mereka.

Chiko mendekatkan kepalanya ke arah perut Anjani lalu bermanja di pangkuannya. Anjani tersenyum sambil mengusap kepala hewan yang sudah ia pelihara sejak dari bayi itu. Keributan di dalam perut Anjani pun langsung mereda.

“Jani, aku serius loh. Aku memang sudah lama menyukai kamu, hanya tak berani saja untuk mengatakannya. Aku siap kapan pun kamu mau dinikahi.” Radji menatap serius ke arah Anjani.

“Radji, udah deh! Aku ucapkan terima kasih untuk niat baik kamu, tapi aku belum kepikiran untuk menikah dan perutku yang buncit ini ... aku masih memikirkan cara untuk mengempeskannya. Mending kamu pulang aja deh, aku udah mau tidur. Oh iya, bantuin Chiko naik ke atas dulu, ya!” ujar Anjani sambil menunjuk Chiko dan mengopernya kepada Radji.

Radji menghela napas, lalu menuruti perintah Anjani. Segera ditariknya badan Chiko untuk naik ke atas tangga. Endah yang sedari tadi menguping pembicaraan putrinya itu mendekat ke arah Anjani dan meringis ngeri saat melihat buntut Chiko yang masih menjuntai di anak tangga.

“Jani, Chiko itu dimasukin kandang aja deh! Mama spot jantung kalau dia terus berkeliaran di rumah ini. Dasar ular aneh dia, masa bisa nyusulin kamu ke sini! Kayaknya dia itu ular siluman deh!” ujar Endah sambil duduk di samping Anjani.

Anjani hanya mengangkat bahu dan pura-pura fokus pada tontonannya. Ia paling malas mendengar ocehan sang mama kalau menyangkut para hewan peliharaan itu.

“Jani, Tante Endah, pamit pulang ya!” ujar Radji sambil mendekat ke arah kedua ibu dan anak itu.

“Oke, Ji, hati-hati!” Anjani melambaikan tangannya.

Radji melangkah menuju pintu dan pulang. Bik Siti langsung menutup pintu dan kembali ke dapur. Endah mengeser duduknya untuk semakin dekat ke arah Anjani, lalu memegang perut buncit putrinya itu.

“Apaan sih, Ma?” Anjani menepis tangan sang mama.

“Mama penasaran saja, kok perut kamu kayak bergelombang gitu sih? Kayaknya janinnya itu emang ada banyak deh .... “ Endah mengerutkan dahinya.

Anjani hanya mengangkat bahu.

“Gimana kalau besok sore kita ke prakter Dokter Gio? Barangkali aja tuh janin udah terlihat wujudnya? Kalau benaran kamu hamil anak ular, kita minta langsung diceasar saja!” ujar Endah masih dengan mode mengerutkan dahi.

“Emang bisa kayak gitu?” Anjani menatap sang mama.

“Barangkali aja bisa, rumor kamu hamil anak ular sudah beredar di kompleks kita. Mama harap kamu jangan keluar rumah sembarangan, kecuali sama mama. Oke?!”

“Ah, palingan suami mama yang nyebarin gosip itu. Punya suami kok julidnya minta ampun gitu, ihhss ... kalau Jani punya suami kayak gitu mah, dah tak bikin santapan buat Si Rambo.” Anjani tersenyum kecut sambil melirik jengkel sang mama.

“Kamu jangan asal nuduh gitu, gak mungkin Lucky yang nyebarin. Kamu juga ... jangan suka keterlaluan ya sama ayah tirimu itu! Mama gak mau melihat kamu berlaku kasar lagi padanya. Coba, kalau matanya sampai buta ... ‘kan mama juga yang bakalan repot.” Endah menatap tajam putrinya yang hanya melengos sebal itu.

“Belain terus suaminya! Lucky emang segala-segalanya buat mama, dia ngehina aku tadi aja ... mama gak berani menegur. Jadi ... kayaknya aku gak salah nyebein terongnya mama itu.” Anjani bangkit dari sopa dan meninggalkan mamanya. Ia paling benci membicarakan masalah ayah tirinya yang mulutnya dower kayak ibu-ibu bigos. 

“Jani, mau ke mana, kamu? Mama belum selesai,” ujar Endah.

“Tidur, Ma, ngantuk,” jawab Anjani tanpa menoleh ke arah sang mama.

“Jani, Mama tadi dengar obrolan kamu dan Radji .... “ Endah berlari dan berdiri di depan anak tangga, menghalangi langkah Anjani.

“Terus?” Anjani memutar bola matanya dengan malas.

“Kalau Radji serius, mama setuju.” Endah menyunggingkan senyum.

“Apaan sih, Ma? Katanya besok mau ke dokter buat diceasar, nah ... sekarang malah setuju ama ocehan Si Radji.” Anjani menggaruk perutnya yang terasa geli, janin-janin diperutnya seakan sedang menggelitik dinding perutnya.

“Ya sudah, besok kita ke rencana A dulu. Akan tetapi, kalau janinmu itu anak manusia, mama setuju kalau Radji mau nikahi kamu. Dia dari keluarga baik-baik, mama kenal sama papanya, dia juga pembisnis kayak mama.” Endah menyunggingkan senyum, ia merasa masalah Anjani sedikit menemui jalan terang.

Tanpa menjawab perkataan mamanya, Anjani melewati tubuh ramping itu lalu mulai menaiki anak tangga. Ia kurang setuju dengan opsi rencana B, ia tak mau menikah dengan temannya itu dan ia juga tak menginginkan anak aneh di dalam perutnya itu.

Bersambung ......

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tresna Maria
suaminya kaya bocil ya bund
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hamil Anak Ular   Bab 89 (Season 2) Tamat

    #Melahirkan_Anak_UlarBab 53 (Tamat)“Ayo!” Pangeran Rambo muncul tiba-tiba, ia langsung menarik tangan Anjani untuk menuju hutan.“Aku hanya bisa mengantar kalian ke hutan saja, sebab aku takkan bisa meninggalkan istana terlalu lama karena keselamatan Ibuku terancam ... jika Raja tahu siapa pengantinnya sekarang,” ujar Pangeran Rambo.“Baiklah, Rambo, tak masalah ... yang penting kamu bisa membawa kami keluar dari istana,” jawab Anjani.Dengan menggunakan ilmu menghilangnya, Pangeran Rambo sudah membawa Anjani dan Manu ke hutan larangan.“Segera cari pintu gaib itu! Berlarilah ke arah Timur, cari batu besar dan pohon kembar, di sanalah pintu ke alam nyata itu berada,” ujar Pangeran Rambo saat mereka telah tiba di hutan.“Baiklah, terima kasih, Rambo,” jawab Anjani.Pangeran Rambo hanya menganggukkan kepala dan kemudian kembali ke istana. Sedangkan Anjani dan Manu mula

  • Hamil Anak Ular   Bab 88(Season 2)

    #Melahirkan_Anak_UlarBab 51“Baiklah.” Anjani menariknya napas panjang, ia terpaksa menyetujui tapi takkan mau menikah dengan raja kobra. Ia kembali menyusun rencana di kepalanya.Raja Kobra menyunggingkan senyum kemenangan mendengar jawaban Anjani.“Baiklah kalau begitu, besok kita akan menikah lalu besoknya lagi Pangeran Aries akan menemanimu ke alam nyata. Oh iya, adikku juga akan turut serta.” Raja Kobra bangkit dari kursinya. “Perdana menteri, segera siapkan semuanya!” sambungnya kepada pria yang selalu mengekor di dekatnya itu.“Raja, mamaku sakit parah, jadi ... aku mohon kita tak menunda waktu. Pagi kita menikah, dan siangnya ... aku harus pulang ke alam nyata.” Anjani berusaha menawar.“Hmm .... “ Raja Kobra menautkan alisnya, padahal ia sudah membayangkan indahnya malam pertama mereka dan ia sudah berencana untuk segera membuat Anjani hamil anak-anak mereka lagi.&

  • Hamil Anak Ular   Bab 87 (Season 2)

    #Melahirkan_Anak_UlarBab 50“Ibunda, Paman, Artha pamit mau berburu dulu, ya.” Artha menatap Ibu dan pamannya.“Iya, Nak, hati-hati!” jawab Anjani.“Permisi, Ratu Anjani, kami membawakan makanan,” ujar Dayang-dayang saat tiba di kamar Manu.“Hmm ... letakkan saja dulu di atas meja,” jawab Anjani.Saat Putri Artha hendak melangkah ke depan, ia malah bertabrakan dengan para Dayang yang hendak menyimpan makanan untuk Manu ke atas meja.“Aduh ... kok jalannya nggak lihat-lihat sih, Dayang .... “ Putri Artha mengomel kesal.“Ma—maaf ... Putri.” Para Dayang itu segera memunguti makanan yang berjatuhan.Anjani tak berkomentar apa pun. Sedangkan Pangeran Aries dan Putri Aruka yang memang sudah tahu sifat ceroboh saudara kembarnya itu, tak heran lagi karena Putri Artha memang sering menabrak siapa pun saat ia sudah memikirkan tentang rencana berburunya

  • Hamil Anak Ular   Bab 86 (Season 2)

    Melahirkan Anak UlarPart 49Ustaz Bumi membuka matanya, lalu mengusap wajahnya sambil mengucapkan istighfar.Taklama berselang, istrinya Ustaz Bumi datang ke ruang tamu dengan membawakan minuman untuk suami dan tamu mereka."Ayo minum dulu, Ji," ujar Ustaz Bumi sambil meraih gelas minuman miliknya.Radji mengangguk dan meraih minuman itu, lalu menenggaknya separuh."Dugaanmu benar, Ji, istri dan adik iparmu memang ada di Kerajaan ular," ujar Ustaz Bumi setelah menghabiskan minuman di gelasnya."Astaghfirullahal'adzim ... Anjani ... Manu ... Saya harus bagaimana, Ustaz?" Radji mengusap wajah dan memegangi kepalanya bingung."Kita berdoa saja ... Agar Anjani dan adiknya segera kembali," jawab Ustaz Bumi.“Ustaz, bantu saya untuk bisa ke Kerajaan Ular ... saya tak bisa hanya berdiam diri saja ... saya ... ingin menjemput Anjani dan Manu .... “ ujar Radji dengan menatap Sang Ustaz.“Ini berat, Ji, k

  • Hamil Anak Ular   Bab 85 (Season 2)

    #Melahirkan_Anak_UlarBab 48“Tinggallah di sini, Ratu Anjani, anak-anak butuh kamu. Mereka sangat senang dengan kedatanganmu,” ujar Raja Kobra setelah keduanya diam untuk beberapa saat.Anjani terdiam.“Putri Aruka yang selama ini selalu sakit-sakitan dan hanya menghabiskan waktunya hanya dengan berbaring saja di kamar, kini terlihat sehat dan tak pernah mengeluh sakit lagi ... dan itu karena kehadiran kamu. Tinggallah di sini, bersama anak-anak!” ujar Raja Kobra lagi dengan nada memohon dan tak arrogant seperti dulu lagi, tatapannya lembut.Anjani menelan ludah sembari membuang pandangan dari Raja ular yang pernah membuatnya hamil anak ular juga telah menghabisi nyawa Chiko, sahabatnya. Ia tetap membenci Raja bermata sipit itu, jelas saja ia takkan mau menghabiskan sisa hidupnya di negeri ular ini.“Bagaimana, Ratu Anjani?” desak Sang Raja, ia ingin mendengar jawaban d

  • Hamil Anak Ular   Bab 84 (Season 2)

    #Melahirkan_Anak_UlarBab 47Raja Kobra segera keluar dari kamarnya saat mendengar keributan dari arah taman belakang yang tak jauh dari kamarnya. Ia melangkah mendatangi dua pengawal yang berjaga di ruang tengah.“Ada apa? Mana penyusupnya?” tanya Raja Kobra sambil menyentak pedangnya.“Sudah dimasukkan panglima ke penjara bawah tanah, Raja.” Salah satu pengawal menjawab sambil membungkukkan badan.“Siapa penyusupnya?” tanya Raja Kobra dengan nada berang, mengetahui adanya penyusup yang berani masuk ke Kerajaannya.“Dia bangsa manusia, Raja,” jawab Sang Pengawal itu lagi.“Kurang ajar, beraninya!” Raja Kobra mengepalkan tangannya. “Bagaimana bisa kalian lengah, hah?!” sambungnya sambil mendorong dua orang pengawal itu.“Ampun, Raja .... “ Dua pengawal itu menyimpuhkan tangannya di atas kepala.Raja Kobra membalikkan badan lalu menuju hal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status