#Hamil_Anak_Ular Bab 38 : Pilihan Anjani “Ibu, kamu ke mana saja? Kami merindukanmu.” Tiga orang anak memeluk Anjani bersamaan. Anjani menautkan alis, ia tak pernah melihat tiga bocah ini sebelumnya, tapi ia tak kuasa untuk mendorong mereka menjauh darinya. “Hey, kalian siapa? Mengapa memanggilku dengan sebutan ibu?” Anjani duduk di tempat tidur dan menatap tiga bocah berumur kurang lebih empat tahun itu. “Ibu, kami anak-anakmu. Aku Aries, dia Aruka, dan dia Artha,” ujar bocah laki-laki yang dengan kaos warna hijau. Anjani kembali mengerutkan dahi, apalagi kini tiga bocah satu laki-laki dan dua perempuan itu kini berebutan untuk duduk di pangkuannya. “Hey, jangan berebutan minta dipangku begini!” ujar Anjani yang memang kurang suka dengan anak kecil. Akan tetapi, tiga bocah itu tak mau mendengarkan perkataannya. Kini mereka malah menarik-narik tangan Anjani. “Hey, apa ya
Season 2 (Melahirkan Anak Ular) Bab 1 “Mas, kenapa bayi kita seperti ini?!” teriak Endah histeris sambil menggeleng dan memberi isyarat dengan tangannya agar sang bidan menjauhkan bayi bersisik itu untuk menjauh darinya. “Endah, tenang ah! Jangan teriak-teriak begini, nanti para tetangga pada datang semua ke sini, bakal lebih malu lagi kita,” ujar Lucky, sang suami yang usianya lebih muda sepuluh tahun darinya itu. Endah mengusap kepalanya. Rasa sakit sehabis melahirkan masih terasa nyeri di bagian vitalnya, tapi tak sesakit rasa sesak di dadanya. Anak keduanya malah terlahir dengan menyerupai seekor ular, hewan melata yang paling ia takuti. “Mas, ini gara-gara kamu melanggar mitos! Coba aja kamu mau mendengarkan ucapanku, mungkin anak kita tidak akan terlahir dengan bersisik seperti ular!” ujar Endah dengan mengusap matanya yang mulai mengeluarkan cairan bening. “Endah, kok malah nyalahin aku sih? Kalian itu mungkin keturunan ular, bu
#Melahirkan_Anak_UlarBab 2Bidan Meisya pulang ke rumahnya, dengan pikiran masih terbayang-bayang proses persalinan teraneh yang pernah ia temui selama sepuluh tahun karirnya sebagai penolong persalinan. Endah adalah tetangga satu kompleks perumahan yang sama dengannya. Ia meringis ngeri mengingat sisik-sisik ular di tubuh bayi tak berdosa itu. Dalam istilah medis, yang dialami bayinya Endah disebut Lamellar ichthyosis, kelainan genetik langka pada kulit. Menurut info yang pernah dibacanya, penyakit kulit itu tidak bisa disembuh.“Mei, kamu baru pulang?” tanya sang ibu mertua yang bernama Bu Yeni, mertuanya Meisya.“Iya, Bu, baru pulang.” Bidan Meisya segera bangkit dari sofa ruang tamu, lamunannya langsung buyar.“Eh, kami habis membantu persalinan Bu Endah ‘kan? Yang suaminya pawang ular itu, gimana kondisi anaknya?” Bu Yeni yang hoby ngerumpi dengan ibu-ibu sebayanya itu mulai mencari topik buat o
#Melahirkan_Anak_UlarPart 3[Ma, apakabar? Udah lahiran belum? Anjani belum sempat main ke rumah Mama, masih sibuk terus di kantor.] Endah membaca pesan dari putri tertuanya yang kini sudah menikah itu. Sekarang ia tak bimbang dan khawatir lagi dengan keadaan Anjani, sebab sudah ada pria yang bisa diandalkan yang mendampingi putrinya yang tomboy itu.[Mama baik-baik saja. Iya, tidak apa-apa.] Endah membalas pesan Anjani, ia belum mau kalau Anjani tahu, kalau adiknya terlahir bersisik seperti ular.[Kalau Anjani ke sana, mama mau minta bawakan apa?] Anjani mengirimkan balasan lagi.[Nggak usah bawa apa-apa, Nak. Mama udah senang jika kamu main ke sini.] Balas Endah lagi.[Oke deh, Ma. Udah dulu, Jani mau lanjut kerja lagi.][Iya, Jani.] Endah menyimpan ponselnya ke bawah bantal.Endah kembali melirik bayinya yang kini ada di dalam box. Ia merasa bersalah karena belum bisa mengurus sang bayi itu dengan baik. Walau bagaiman
#Melahirkan_Anak_UlarBab 4“Assalammualaikum.” Terdengar suara orang memberi salam dari arah pintu depan.Endah yang sedang mengamati bayinya di atas tempat tidur menoleh dan berusaha menajamkan pendengaran untuk mengenali siapa si pemilik suara.Endah beranjak dari tempat tidur, lalu memindahkan bayinya ke dalam box. Hari ini ia sudah memberanikan diri untuk mendekati Manu dan menggendongnya, sebab ia tak mau anaknya itu di bawa Lucky ke kandang ular lagi.“Assalammualaikum. Ma, mama .... “ Suara Anjani kini terdengar dengan jelas sekarang.Endah melangkah keluar dari kamar, lalu menutup pintunya kembali. Ia melangkah menuju pintu dan membukanya. Anjani langsung masuk dan menghampiri sang mama.“Waalaikumsalamm,” jawab Endah sambil memaksakan senyum.“Ini Anjani ada bawa kue sama perlengkapan untuk calon debay,” ujar Anjani sambil memberikan bingkisan yang dibawanya
Melahirkan Anak UlarBab 5Hari terus berlalu, Manular masih tetap bersisik dan mengerikan. Endah selalu menahan napas ngeri setiap mengganti pakaian juga memandikannya. Sebulan usia sang putra, ia masih saja takut kepada bayinya itu. Ia masih tak mau memberinya ASI dan hanya diberi susu formula saja.Endah merasa bersalah karena tak bisa memberikan kasih sayang yang sepenuhnya, tapi ia sudah berusaha namun wujud mengerikan Manu masih saja membuatnya risih.”Assalammualaikum, Bu Endah ... Assalammualaikum,” teriak beberapa orang tetangga di depan pintu rumah.Endah jadi gelagapan, padahal ia memang sengaja tak pernah mau membuka pintu rumah agar tak ada yang tahu kalau dirinya telah melahirkan. Untuk belanja keperluan rumah tangga, ia menyuruh Lucky yang kadang harus adu argument dulu karena pria yang kini menggeluti bisnis ularnya itu selalu menyibukan diri dengan hewan peliharaannya itu.“Mas, itu para tetangga mau ngapai
Melahirkan Anak UlarPart 6Endah memasukkan belanjaannya ke dalam kulkas yang kini ia letakkan di ruang tengah, begitu juga dengan kompor. Ia merasa tak tenang jika memasak di dapur dengan kandang ular yang menghiasi ruangan itu.Semenjak Lucky menggilai memelihara ular, Endah mulai memindahkan perlengkapan memasaknya ke ruang tengah dan selalu menutup pintu menuju dapur agar pemadangan tetap aman. Juga untuk antisifasi jika ada ular yang lepas dari kandang.Endah merasa tidak aman tinggal satu atap dengan hewan melata yang gigitannya dapat menjemput ajal itu. Ia mulai berpikir dengan karma. Dulu ia selalu marah dengan Anjani yang hoby mengoleksi ular-ular, tapi kini ia malah tak bisa melarang suaminya yang malah memperjual-belikan organ ular. Hal ini lebih mengerikan dari hoby putrinya dahulu.Yang lebih mengenaskan, putranya kini terlahir juga mirip ular. Endah merasa dirinya sedang dihukum olah Tuhan sebab apa yang paling ditakutinya kini
Melahirkan Anak UlarBab 7Lucky hanya tersenyum dengan sambil mengusap rambut Manu. Bayi bersisik itu sedang tengkurap di mata kaki sang ayah, menghisap bekas luka gigitan ular.“Mas, gila kamu, ya!” Endah segera mengambil Manu dan mendekapnya.Manu terlihat memainkan bibirnya, ia seperti menikmati racumn dari kaki ayahnya itu. Endah membaringkan bayinya di box, lalu mengamatinya dengan cemas.“Awas kamu ya, Mas, kalau Manu sampai kenapa-kenapa? Belum puas juga kamu telah membuatnya terlahir penih sisik begini!” hardik Endah berang.Sedang lucky, ia hanya menyeringai puas sebab kini sakit di kakinya telah mereda. Tubuhnya juga terasa ringan dan tak meriang lagi. Dengan bersema