Share

Bab 4

Penulis: Lynette
Sekarang, dia seolah bisa merasakan detak jantung mereka. Sepotong daging mungil itu sudah memiliki tanda-tanda kehidupan. Benar-benar ajaib.

Alangkah baiknya jika mereka tidak bertemu dengannya!

Kelly menunduk menatap perutnya, matanya kembali berkaca-kaca, “Nak, maafkan ibu. Kalau bisa, di kehidupan berikutnya semoga kalian terlahir di keluarga yang baik.”

Jangan mencari orang seperti dirinya.

Begitu melepaskan mereka, Kelly merasa dirinya tak pantas lagi memiliki anak seumur hidupnya.

Orang sepertinya kalau punya anak hanya akan membuat anak itu ikut sengsara dan menderita. Dia lebih cocok hidup sendiri hingga tua.

Tanpa membebani siapapun.

Dia sendiri sudah cukup kesulitan hidup karena keluarga asalnya dan dia tak ingin hal ini menimpa generasi berikutnya.

Karena itu, Kelly pun memutuskan untuk melepaskan anak-anaknya, membebaskan mereka, sekaligus membebaskan dirinya sendiri.

Pagi itu, jalanan masih sepi, kendaraan yang lewat pun tak banyak. Kelly berjalan perlahan menuju rumah sakit, menatap matahari pagi yang baru terbit.

Sudah lama dia tidak menikmati jalan santai seperti ini. Biasanya, waktunya selalu terburu-buru, kuliah, pulang dan kerja paruh waktu. Sibuk setiap hari seperti gasing yang tak pernah berhenti berputar.

Setiap harinya sibuk dan melelahkan, sampai tak punya waktu ataupun kesempatan untuk melamun.

Andai saja, jalan ini tak pernah berujung. Dia ingin terus berjalan pelan-pelan di bawah sinar mentari pagi seperti ini…

Namun, sejauh apapun jalan, pasti akan sampai di ujung.

Empat puluh menit kemudian, dia pun tiba di depan rumah sakit.

Dia berdiri di pintu gerbang, menatap papan nama besar di gedung rumah sakit.

Perasaannya sulit digambarkan, tempat yang seharusnya menyelamatkan nyawa, kini terasa dingin dan menusuk.

Seorang satpam yang melihatnya berdiri melamun pun memanggil, “Nak, mau ke poli mana?”

Kelly menoleh, diam beberapa detik dan menjawab pelan, “Kandungan.”

Satpam itu berkata, “Dokternya mulai kerja jam delapan, tapi pendaftaran dibuka jam setengah delapan. Kamu bisa mendaftar sekarang.”

Kebetulan saat itu jam sudah menunjukkan setengah delapan. Suasana rumah sakit mulai ramai dan orang yang keluar masuk semakin banyak.

Satpam itu melihat penampilannya seperti mahasiswa, datang sendirian tanpa ditemani keluarga.

Gadis ini manis dan polos, tapi datang ke poli kandungan. Haish! Biasanya bukan pertanda baik.

Apalagi rumah sakit ini berada di dekat kawasan kampus, satpam sudah sering melihat mahasiswi datang untuk aborsi.

Haish! Anak zaman sekarang sama sekali tidak tahu melindungi diri.

“Kalau belum buat janji, sebaiknya cepat daftar. Nanti kalau orang sudah banyak, antriannya lama.”

“Baik, terima kasih!”

Jawab Kelly dengan pelan pada satpam, kemudian berjalan menuju gedung poli.

Masuk ke lobi, dia berjalan menuju mesin pendaftaran, mengeluarkan KTP dan mulai mendaftar.

Ternyata, nomor untuk kepala spesialis sudah habis.

Jadi, dia memilih nomor antrian untuk dokter biasa.

Setelah itu, dia mengikuti petunjuk di lembar pendaftaran menuju lantai dua, poli kandungan nomor empat. Masih belum jam masuk kerja, jadi perawat belum mengizinkan masuk. Dia pun duduk di kursi tunggu lorong.

Sangat banyak orang di poli kandungan. Tidak sampai jam delapan, kursi di lorong sudah penuh.

Tepat jam 7.50, perawat mulai memanggil pasien untuk masuk ke ruang tunggu dalam, sementara keluarga pasien menunggu di luar.

Sekitar jam sembilan, giliran Kelly dipanggil. Dia pun masuk ke ruang dokter, masih dengan dokter perempuan yang menemuinya kemarin.

Dia menyerahkan lembar pendaftaran dan hasil USG sambil menjelaskan kondisinya.

Dokter itu masih mengingatkannya.

Dokter bertanya, “Kamu yakin mau melakukan aborsi?”

Kelly mengangguk pelan.

Dokter hanya bisa menghela napas, sayang sekali.

Gadis yang masih begitu muda, baru 20 tahun!

Namun, dokter tetap menghargai keputusan pasien dan menuliskan surat pengantar untuk pemeriksaan praoperasi.

Sambil menulis, dokter berpesan, “Aku jadwalkan operasinya besok pagi. Operasi harus dalam keadaan perut kosong. Jadi, mulai jam sepuluh malam ini jangan makan dan minum. Setelah hasil pemeriksaan keluar, bawa bersama bukti pembayaran ke bagian fertilitas. Perawat di sana akan memberimu lembaran petunjuk perawatan pasca operasi.”

“Kamu datang sendirian hari ini?”

Kelly menjawab, “Iya!”

“Besok harus datang bersama keluarga, operasi ini perlu tanda tangan keluarga.”

Kelly tertegun, harus ada tanda tangan keluarga?

Dari mana dia mencari keluarga?

Masa harus membawa ibunya?

Kalau ibunya tahu, dia pasti akan marah besar.

Kelly pun bertanya, “Dok, harus keluarga yang tanda tangan?”

Dokter meliriknya, lalu menjawab datar, “Pacar dan teman juga bisa.”

“Pokoknya, kamu nggak boleh datang sendiri saat operasi.”

Kelly menerima lembar pemeriksaan itu sambil mengucapkan terima kasih!

Lalu berbalik dan keluar menuju loket pembayaran.

Antrian di loket tidak panjang, jadi dia segera mendapat giliran. Tapi, dia pun langsung menemui masalah. Total biaya operasi dan pemeriksaannya 5,4 juta lebih.

Namun, saldo di rekeningnya hanya ada 4,4 juta.

Uangnya kurang.

Dengan wajah canggung, Kelly meminta maaf pada petugas kasir dan berkata akan kembali nanti.

Petugas kasir yang sudah sering menemui kasus seperti ini hanya mengembalikan lembar pemeriksaan dengan ekspresi datar. Kelly kembali meminta maaf dan pergi.

Sementara itu, Jimmy sudah mendapat kabar bahwa Kelly berada di rumah sakit dan akan melakukan aborsi.

Gadis ini benar-benar terburu-buru!

Pagi-pagi buta sudah pergi rumah sakit untuk operasi.

Saat itu, Yoga belum tiba di kantor, Jimmy pun meneleponnya untuk melaporkan.

“Pak Yoga, Bu Kelly sekarang sedang di rumah sakit untuk aborsi.”

Yoga menjawab dengan dingin, “Bicara intinya.”

Jimmy sangat kesal!!!

Intinya Bu Kelly mau operasi aborsi!

“Pak Yoga, perlukan aku mengirim orang untuk menjemputnya?”

Yoga masih menjawab dengan datar, “Kamu yang atur saja.”

Jimmy mengeluh dalam hati, ‘Ini menyangkut keturunan Keluarga Liyas, mana berani dirinya bertindak sendiri?’

Kamu tidak memberikan perintah, bagaimana aku mengaturnya?!

Sudahlah, lebih baik langsung tanya Nyonya Sherly!

Begitu menutup telepon, Jimmy ragu berkali-kali, tapi akhirnya tetap menekan nomor Nyonya Sherly.

Mendengar kabar bahwa Kelly sedang berada di rumah sakit untuk membuang keturunan Keluarga Liyas, Nyonya Sherly merasa seolah langitnya runtuh.

Begitu menutup telepon Jimmy, dia langsung menelepon Yoga.

Begitu telepon tersambung, Nyonya Sherly langsung meluapkan amarahnya, “Yoga! Kamu mau memancing emosiku terus?!”

“Apa janjimu kemarin padaku?”

“Gadis itu sudah di rumah sakit hari ini, tapi kamu malah nggak melakukan apapun!”

“Bisa-bisanya Keluarga Liyas melahirkan cucu durhaka sepertimu! Sama sekali nggak peduli pada kelanjutan garis keturunan Keluarga Liyas!”

“Kamu tahu apa bentuk tidak berbakti yang paling besar?”

Yoga sudah tahu persis apa yang akan diucapkan selanjutkan. Dia pun memotong, “Nenek, aku sudah menyuruh orang menjemputnya.”

Bukannya dia baru saja menyuruh Jimmy mengaturnya?

Kenapa kabar ini malah sampai ke telinga nenek?

Namun, Nyonya Sherly masih sangat marah, jelas tak percaya.

“Nggak perlu! Biar aku sendiri yang jemput.”

Dia mau menjemput cicitnya kembali ke rumah dan siap membuang cucunya yang ini.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 100

    Jimmy membalas, [Pak Yoga, semua pakaian Nona Kelly dipilih langsung oleh staf toko sesuai dengan bentuk tubuh dan karakternya.]Saat membeli pakaian, Kelly tidak memilih sendiri dan merasa tidak ada yang cocok.Akhirnya, staf toko yang memilihkan untuknya.Kemudian, beberapa kali pakaian dikirim ke Vila juga dibuat sesuai ukuran tubuh Nona Kelly.Semua pakaian itu normal saja, Jimmy tidak mengerti maksud bosnya menanyakan hal itu.Dia pun menatap foto itu beberapa kali, tetap tidak melihat ada yang aneh.Yoga pun tidak membalas pesannya.…Kelly tiba di asrama.Hari ini tidak ada kelas pagi, tapi karena Yoga mau ke kantor dan sekalian mengantarnya, Kelly pun berangkat lebih awal.Melihat penampilan Kelly, Tasya langsung terpesona.Asrama itu kosong, tidak ada orang.Tasya berkata, “Kelly, gaunmu cantik sekali!“Dan menutupi perutmu juga, nggak kelihatan perut buncitnya.”Kelly tersenyum dan berkata, “Iya, ‘kan? Aku juga merasa cantik dan bahannya juga enak dipakai.”Benar-benar ada ha

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 99

    Namun, Yoga tidak menganggapnya begitu.Dari hasil penyelidikan, gadis kecil ini keras kepala dan punya tekad kuat.Sikap patuh hanyalah tameng perlindungan di hadapannya.Namun, dia juga gadis yang polos dan tangguh.Yoga berkata, “Mulai sekarang, kalau bicara denganku, angkat kepala. Jangan menunduk.”Mendengar itu, Kelly benar-benar menurut, mengangkat kepala dan menatapnya.“Pak Yoga, kalau nggak ada hal lain lagi, aku naik dulu.”Yoga pun mengangguk.Kelly pun berdiri dan naik ke lantai atas.Saat melewati Yoga, Kelly tidak lagi menunduk.Sebaliknya, dia mengangkat dagu, berjalan dengan tegap dan dengan sorot mata penuh keteguhan melewati pria itu.Yoga menoleh, memandang punggung gadis itu. Hatinya mendadak dipenuhi rasa yang sulit dijelaskan.…Keesokan paginya, seperti biasa, Yoga yang mengantar.Kelly masuk ke mobil, duduk di tempatnya, lalu mengeluarkan tablet pemberian Yoga. Lalu menyambungkan earphone bluetooth dan mulai mendengar siaran berbahasa inggris.Kelly sudah memi

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 98

    Kelly terlihat seperti gadis yang penurut dan pengertian.Yoga malah bilang dia sering menangis, bukankah itu artinya dia merasa tertekan?Yoga bergumam dalam hati, perhatian?Bagaimana caranya memberi perhatian?Dia sudah memberinya makanan enak, minuman enak, dilayani dengan baik, uang pun tidak pernah kurang. Bukankah itu sudah cukup perhatian?Yoga pun bertanya, “Bagaimana caranya perhatian?”Bagaimana caranya perhatian pada Kelly?Selama hidupnya, dia belum pernah berinisiatif memberi perhatian pada orang lain.Kalau soal uang, selama tidak berlebihan, dirinya bisa memenuhinya.Namun selain uang, hal-hal material, Yoga benar-benar tidak tahu bagaimana caranya.Bagi Felix, pertanyaan semacam itu dari Yoga sama sekali tidak mengejutkan.Sejak kecil, dia memang seperti putra mahkota yang selalu dikelilingi orang lain.Yoga mungkin bahkan tidak bisa menuliskan kata perhatian!“Jawabannya hanya satu, yaitu hibur.”“Perempuan itu makhluk yang sensitif. Kalau suasana hatinya baik, semuan

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 97

    Seketika, Yoga sendiri bahkan tidak bisa membedakan, dia khawatir pada Kelly atau hanya khawatir pada bayi di perutnya.Bibi Minah menatap punggung Yoga yang tegas dan penuh amarah, lalu hanya bisa menghela napas tak berdaya.Nona Kelly juga tidak ingin jatuh, kenapa Pak Yoga malah begitu marah?Apa karena cemas dan peduli?Bibi Minah berusaha menenangkan Kelly.“Nona, jangan menangis. Lain kali lebih hati-hati saja.”“Besok aku menyuruh orang untuk ganti karpet yang baru.”Jika memang beresiko, pindah saja ke lantai satu!Dia berpikir untuk membicarakannya dengan Pak Yoga, membiarkan Nona Kelly tinggal di lantai satu. Lebih aman, tidak perlu naik turun tangga.Awalnya, Nyonya Sherly memang sengaja menempatkan Kelly di kamar sebelah Pak Yoga, supaya kalau ada apa-apa, Pak Yoga bisa langsung menjaga.Namun sekarang, rasanya pindah ke lantai satu jauh lebih aman.“Jangan terlalu dipikirkan kata-kata Pak Yoga, dia nggak ada maksud buruk.”“Dia itu sebenarnya khawatir padamu.”“Hanya saja,

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 96

    Jelas-jelas menangis karena merasa tertekan, tapi masih saja mencari alasan bilang matanya alergi.Kenapa mulutnya setajam itu?!Hanya karena masalah sepele, kenapa dirinya harus sampai membuat Kelly menangis?Yoga tahu betul kalau hati Kelly sedang rapuh, tapi mulutnya tetap saja begitu pedas.Hanya gara-gara Kelly minta bantuan Jimmy, bukan dirinya.Yoga tidak terima, lalu menjadikannya bahan sindiran.Dan membuatnya menangis.Seumur hidup, baru kali ini Yoga sadar dirinya ternyata bisa sekecil hati seperti itu.Bahkan sekecil sebuah jarum.…Beberapa menit kemudian, Kelly keluar dari apotek dengan membawa kantong plastik bening.Dia sudah berusaha menenangkan emosinya.Meski matanya masih merah, tapi tangisannya sudah berhenti.Begitu masuk ke mobil, dia pelan berkata, “Maaf, sudah membuatmu menunggu lama.”Setelah memasang sabuk pengaman, Kelly mengeluarkan obat tetes mata, lalu menunduk serius membaca petunjuk di kotaknya.Tadi dia bilang matanya tidak nyaman, agak kering, jadi pe

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 95

    …Saat pulang kuliah, Yoga menyetir sendiri untuk datang menjemput Kelly.Kelly mengira sopir yang menyetir, jadi dia langsung masuk ke kursi belakang.Begitu melihat jelas Yoga yang duduk di kursi pengemudi, dia langsung terbengong.Jika dirinya duduk belakang, bukankah memperlakukan Yoga seolah sopir?Ketika ragu apakah harus pindah ke depan atau tidak, Yoga sudah lebih dulu berkata, “Duduk di belakang? Anggap aku sopir?”Kelly panik bukan main, buru-buru keluar dan pindah ke kursi penumpang depan.Begitu duduk rapi, dia buru-buru minta maaf, “Maaf, aku nggak tahu kalau kamu yang menyetir.”Yoga menyalakan mobil, memutar setir untuk berbalik arah.“Sekarang sudah semakin berani ya? Ada urusan langsung melewatiku dan cari Jimmy!”Menghadapi nada sindiran pria itu, Kelly jadi canggung.“Maaf, aku…”Kelly ingin menjelaskan, tapi merasa tak ada yang perlu dijelaskan. Bagaimanapun, dirinya memang salah.Seharusnya tidak melewati Yoga begitu saja dan langsung mencari Jimmy.Bagaimanapun,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status