Share

Bab 5

Author: Lynette
Usai bicara begitu, Nyonya Sherly langsung berdiri dari sofa dan memanggil kepala pelayan untuk ikut dengannya.

Yoga buru-buru menghentikannya, “Nenek, jangan pergi. Biar aku saja yang menjemputnya. Aku pergi sekarang juga.”

Setelah mendengar Yoga memerintahkan sopir memutar balik ke rumah sakit, Nyonya Sherly baru menutup telepon.

Sebelum menutup telepon, dia masih sempat memperingatkan harus membawa gadis itu pulang.

Dia harus bertemu dengannya hari ini.

Sementara itu di rumah sakit, Kelly duduk di kursi lorong poli dengan wajah cemas.

Saat ini, dia bahkan tak sempat lagi larut dalam kesedihan.

Uang yang dia bawa tidak cukup.

Dia perlu mencari uang untuk biaya operasi.

Waktunya tidak banyak. Hari ini dia harus menyelesaikan pemeriksaan dan operasi besoknya.

Dia hanya mengajukan cuti dua hari pada kampus.

Kelly mengirim pesan pada Tasya untuk meminjam dua juta lagi, tapi Tasya belum balas. Mungkin sedang di kelas dan belum melihat ponsel.

Dia juga mengirim pesan ke teman sekamar yang lain, tetapi tidak ada balasan.

Dia cemas setengah mati, tapi juga tidak enak hati menelepon untuk mendesak.

Dia tidak punya teman selain teman asrama di Kota Basia. Keluarganya pun tidak bisa memberi bantuan finansial. Utang enam juga ini saja harus dia cicil dari hasil kerja paruh waktu minimal tiga bulan.

Kelly kerja paruh waktu sebagai guru les bahasa inggris. Bayaran per jamnya lumayan, tapi setiap bulan masih harus mengirim uang untuk biaya hidup keluarga.

Ditambah lagi biaya hidupnya sendiri dan uang kuliah.

Dia hanya bisa menghemat dan mengambil kerja paruh waktu sebanyak mungkin.

Kelly menatap ponsel dengan wajah penuh kesedihan, menunggu pesan masuk, tak menyadari bahwa sekelompok orang sedang berjalan ke arahnya.

Pria yang berjalan di depan bertubuh tegap, berwibawa, berwajah tampan, tapi dingin. Sepasang matanya hitam pekat seperti mata elang di malam hari, tajam dan penuh penindasan.

Mereka berhenti tepat di hadapan Kelly, menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Semua bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Kelly menunduk, menggenggam hasil pemeriksaannya, pikirannya melayang entah ke mana.

Sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi.

Hingga Jimmy memanggilnya, “Bu Kelly.”

Ada yang memanggilnya?

Kelly mendongak, pandangannya bertemu dengan sorot mata Yoga yang dalam dan misterius.

Begitu empat mata bertemu, jantung Kelly seperti dihantam benda berat, berhenti berdetak seketika.

Dia!

Dia pria malam itu!

Kelly sontak berdiri dari kursi, menunjuk Yoga dan ingin bicara, tapi suaranya tercekat,

“Kamu… kamu…”

Emosinya memuncak, ada rasa takut sekaligus marah.

Kelly menatap Yoga dengan penuh emosi, sampai tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Air mata sebesar biji kacang pun berjatuhan.

Dia memang punya bawaan gampang menangis. Setiap kali emosinya tersentuh sedikit saja, air matanya pasti mengalir.

Jimmy yang melihatnya menunjuk Yoga, langsung merinding.

Di seluruh Kota Basia, siapa yang berani menunjuk Pak Yoga seperti itu?

Dia maju selangkah mencoba menenangkan Kelly.

“Bu Kelly, jangan emosi. Kami nggak akan menyakitimu.”

Namun, begitu melihat Yoga, Kelly langsung teringat kejadian mengerikan malam itu. Tubuhnya terus gemetar, satu kalimat utuh pun tak sanggup dia ucapkan.

Bersamaan dengan itu, dia merasa perut bagian bawahnya nyeri mencengkeram.

Dia memegangi perutnya dan kembali duduk di kursi. Air mata jatuh seperti untaian mutiara yang terputus dan tak henti-hentinya mengalir.

Wajah mungilnya memerah, terlihat sesak napas.

Menyadari ada yang tidak beres, Jimmy segera memanggil dokter.

Perawat dan dokter mendorong kursi roda berlari mendekat, Jimmy membantu memapahnya duduk di kursi roda.

Kelly pun langsung dibawa masuk ke ruang pemeriksaan.

Yoga berdiri di depan pintu ruang periksa dengan wajah dingin, hatinya dipenuhi rasa kesal.

Jangan-jangan dia ketakutan sampai keguguran?

Kalau benar begitu, nanti neneknya pasti akan ribut dengannya lagi.

Yang membuatnya kesal, dirinya bahkan tidak melakukan apa-apa, hanya berdiri di sana saja, bisa-bisanya membuatnya takut?

Emangnya dia ini monster?

Perempuan memang makhluk yang menyebalkan.

Jimmy melirik wajah muram bosnya dan tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun.

Kalau Bu Kelly sampai keguguran karena takut melihat bosnya, Nyonya Sherly pasti akan mengamuk.

Begitu mendengar Kelly dibawa masuk ke ruang observasi karena ketakutan, Nyonya Sherly langsung meluncur ke rumah sakit.

Begitu menemui Yoga, dia langsung menegurnya habis-habisan.

“Yoga, apa yang kamu lakukan pada gadis itu?”

“Bisa-bisanya sampai membuatnya hampir keguguran.”

“Keterlaluan!”

“Bagaimana bisa Keluarga Liyas melahirkan orang sepertimu. Selalu memasang wajah dingin dan muram seperti sepanjang hari.”

“Siapapun bisa mati ketakutan melihatnya.”

Semakin bicara, Nyonya Sherly semakin marah, “Kalau sampai terjadi sesuatu pada cicitku, aku nggak akan pernah memaafkanmu.”

“Aku… aku habisi kamu.”

Meski lahir dari keluarga terpandang, sejak kecil Nyonya Sherly selalu dimanja. Setelah menikah pun, dia juga dimanjakan suaminya. Setelah suami meninggal, seluruh Keluarga Liyas juga memperlakukannya dengan baik.

Jadi, meski sudah berusia lanjut, terkadang sifatnya masih seperti anak-anak.

Yoga hanya bisa menelan semua kepahitannya.

Dia benar-benar tidak melakukan apapun!

Dia memandang neneknya dengan wajah tak berdaya, “Nenek… aku nggak melakukan apapun.”

Bahkan bicara pun belum sempat!

Dia benar-benar tak bersalah.

Nyonya Sherly sangat kesal dan langsung memotongnya, “Jangan bicara denganku lagi!”

Begitu Nyonya Sherly buka suara, semua orang ikut terdiam, berdiri di depan pintu tanpa suara dan menunggu dengan tenang.

Tak lama kemudian, dokter pun keluar.

Dokter bilang kondisi ibu dan bayi baik-baik saja, tapi karena kehamilan masih di trimester awal, janin masih belum stabil. Jadi, sebisa mungkin jangan membuat ibu hamil tertekan.

Kelly dipindahkan dari ruang observasi ke kamar rawat biasa.

Namun, sekarang tak ada satu pun yang berani masuk menjenguknya, takut kembali menakutinya.

Karena waktu menunggu lumayan lama dan khawatir Nyonya Sherly kelelahan, Yoga menyuruh orang mengantarnya pulang lebih dulu.

Setelah menenangkan diri, Kelly yang meminta untuk bertemu Yoga.

Sejak tadi, dia sudah memikirkannya dengan jelas, bukan dirinya yang salah. Jadi tak ada alasan untuk takut pada pria itu.

Dirinya adalah korban dan harus menuntut keadilan untuk dirinya sendiri.

Walau tidak bisa melapor polisi untuk menangkapnya, setidaknya pria itu harus menanggung semua biaya.

Termasuk biaya pemulihan dan kerugian mentalnya.

Setelah mempersiapkan mental cukup lama, begitu melihat Yoga, tangannya tetap bergetar karena tegang.

Air mata kembali menggenang.

Melihat itu, Yoga tahu kalau dia takut padanya.

Tubuhnya gemetar seperti saringan.

Selama 32 tahun hidupnya, baru kali ini Yoga merasa kehabisan kata-kata.

Takut membuatnya semakin takut, Yoga memilih berdiri di dekat jendela.

Berdiri sejauh mungkin darinya.

“Aku nggak berniat malam itu, semuanya murni kecelakaan.”

“Aku minta maaf kalau sudah melukaimu.”

Ini adalah pertama kalinya Yoga meminta maaf pada seseorang.

Air mata Kelly kembali menetes, tapi dia masih belum mampu mengatakan kalimat utuhnya.

“Aku… mau…”

Yoga tak berani memotong.

Hanya berdiri menunggu sampai emosinya mereda.

Sekitar lima menit kemudian, akhirnya Kelly berhasil menenangkan emosinya.

“Aku mau aborsi dan kamu yang tanggung biayanya. Lalu, kamu juga harus kasih aku biaya gizi sebesar sepuluh juta.”

“Selain itu, kamu juga harus mengganti kerugian fisik dan mentalku, nominalnya terserah kamu.”

Ini adalah pertama kalinya Kelly meminta ganti rugi dari orang lain dan dia tidak tahu bagaimana cara bernegosiasi.

Yoga agak terkejut mendengar permintaan yang begitu kecil.

Hanya segitu?

Sampai membuatnya sebegitu takut?

Yoga pun berkata, “Kalau kamu melahirkan anak ini, aku akan kasih seratus miliar untukmu.”

Kelly mengira dirinya salah dengar. Dia menatapnya dengan wajah tak percaya.

“Apa kamu bilang?”

Yoga mengulang dengan tenang, “Kamu melahirkan anak ini, aku akan kasih seratus miliar untukmu.”

Seratus miliar?

Dia bilang melahirkan anak itu, dirinya akan diberikan seratus miliar?

Banyak orang seumur hidup pun tidak akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu, bahkan beberapa generasi pun belum tentu bisa.

Dia sudah gila?!

Dia sebegitu kayanya?!

Langsung menawarkan seratus miliar?

Kelly menatapnya lekat-lekat. Pria itu tinggi tegap, posturnya sempurna, kontur wajahnya tegas, auranya tegang, seluruh tubuhnya memancarkan kesan bangsawan. Sekilas saja terlihat bahwa dia orang berstatus tinggi, jelas bukan penipu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 100

    Jimmy membalas, [Pak Yoga, semua pakaian Nona Kelly dipilih langsung oleh staf toko sesuai dengan bentuk tubuh dan karakternya.]Saat membeli pakaian, Kelly tidak memilih sendiri dan merasa tidak ada yang cocok.Akhirnya, staf toko yang memilihkan untuknya.Kemudian, beberapa kali pakaian dikirim ke Vila juga dibuat sesuai ukuran tubuh Nona Kelly.Semua pakaian itu normal saja, Jimmy tidak mengerti maksud bosnya menanyakan hal itu.Dia pun menatap foto itu beberapa kali, tetap tidak melihat ada yang aneh.Yoga pun tidak membalas pesannya.…Kelly tiba di asrama.Hari ini tidak ada kelas pagi, tapi karena Yoga mau ke kantor dan sekalian mengantarnya, Kelly pun berangkat lebih awal.Melihat penampilan Kelly, Tasya langsung terpesona.Asrama itu kosong, tidak ada orang.Tasya berkata, “Kelly, gaunmu cantik sekali!“Dan menutupi perutmu juga, nggak kelihatan perut buncitnya.”Kelly tersenyum dan berkata, “Iya, ‘kan? Aku juga merasa cantik dan bahannya juga enak dipakai.”Benar-benar ada ha

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 99

    Namun, Yoga tidak menganggapnya begitu.Dari hasil penyelidikan, gadis kecil ini keras kepala dan punya tekad kuat.Sikap patuh hanyalah tameng perlindungan di hadapannya.Namun, dia juga gadis yang polos dan tangguh.Yoga berkata, “Mulai sekarang, kalau bicara denganku, angkat kepala. Jangan menunduk.”Mendengar itu, Kelly benar-benar menurut, mengangkat kepala dan menatapnya.“Pak Yoga, kalau nggak ada hal lain lagi, aku naik dulu.”Yoga pun mengangguk.Kelly pun berdiri dan naik ke lantai atas.Saat melewati Yoga, Kelly tidak lagi menunduk.Sebaliknya, dia mengangkat dagu, berjalan dengan tegap dan dengan sorot mata penuh keteguhan melewati pria itu.Yoga menoleh, memandang punggung gadis itu. Hatinya mendadak dipenuhi rasa yang sulit dijelaskan.…Keesokan paginya, seperti biasa, Yoga yang mengantar.Kelly masuk ke mobil, duduk di tempatnya, lalu mengeluarkan tablet pemberian Yoga. Lalu menyambungkan earphone bluetooth dan mulai mendengar siaran berbahasa inggris.Kelly sudah memi

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 98

    Kelly terlihat seperti gadis yang penurut dan pengertian.Yoga malah bilang dia sering menangis, bukankah itu artinya dia merasa tertekan?Yoga bergumam dalam hati, perhatian?Bagaimana caranya memberi perhatian?Dia sudah memberinya makanan enak, minuman enak, dilayani dengan baik, uang pun tidak pernah kurang. Bukankah itu sudah cukup perhatian?Yoga pun bertanya, “Bagaimana caranya perhatian?”Bagaimana caranya perhatian pada Kelly?Selama hidupnya, dia belum pernah berinisiatif memberi perhatian pada orang lain.Kalau soal uang, selama tidak berlebihan, dirinya bisa memenuhinya.Namun selain uang, hal-hal material, Yoga benar-benar tidak tahu bagaimana caranya.Bagi Felix, pertanyaan semacam itu dari Yoga sama sekali tidak mengejutkan.Sejak kecil, dia memang seperti putra mahkota yang selalu dikelilingi orang lain.Yoga mungkin bahkan tidak bisa menuliskan kata perhatian!“Jawabannya hanya satu, yaitu hibur.”“Perempuan itu makhluk yang sensitif. Kalau suasana hatinya baik, semuan

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 97

    Seketika, Yoga sendiri bahkan tidak bisa membedakan, dia khawatir pada Kelly atau hanya khawatir pada bayi di perutnya.Bibi Minah menatap punggung Yoga yang tegas dan penuh amarah, lalu hanya bisa menghela napas tak berdaya.Nona Kelly juga tidak ingin jatuh, kenapa Pak Yoga malah begitu marah?Apa karena cemas dan peduli?Bibi Minah berusaha menenangkan Kelly.“Nona, jangan menangis. Lain kali lebih hati-hati saja.”“Besok aku menyuruh orang untuk ganti karpet yang baru.”Jika memang beresiko, pindah saja ke lantai satu!Dia berpikir untuk membicarakannya dengan Pak Yoga, membiarkan Nona Kelly tinggal di lantai satu. Lebih aman, tidak perlu naik turun tangga.Awalnya, Nyonya Sherly memang sengaja menempatkan Kelly di kamar sebelah Pak Yoga, supaya kalau ada apa-apa, Pak Yoga bisa langsung menjaga.Namun sekarang, rasanya pindah ke lantai satu jauh lebih aman.“Jangan terlalu dipikirkan kata-kata Pak Yoga, dia nggak ada maksud buruk.”“Dia itu sebenarnya khawatir padamu.”“Hanya saja,

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 96

    Jelas-jelas menangis karena merasa tertekan, tapi masih saja mencari alasan bilang matanya alergi.Kenapa mulutnya setajam itu?!Hanya karena masalah sepele, kenapa dirinya harus sampai membuat Kelly menangis?Yoga tahu betul kalau hati Kelly sedang rapuh, tapi mulutnya tetap saja begitu pedas.Hanya gara-gara Kelly minta bantuan Jimmy, bukan dirinya.Yoga tidak terima, lalu menjadikannya bahan sindiran.Dan membuatnya menangis.Seumur hidup, baru kali ini Yoga sadar dirinya ternyata bisa sekecil hati seperti itu.Bahkan sekecil sebuah jarum.…Beberapa menit kemudian, Kelly keluar dari apotek dengan membawa kantong plastik bening.Dia sudah berusaha menenangkan emosinya.Meski matanya masih merah, tapi tangisannya sudah berhenti.Begitu masuk ke mobil, dia pelan berkata, “Maaf, sudah membuatmu menunggu lama.”Setelah memasang sabuk pengaman, Kelly mengeluarkan obat tetes mata, lalu menunduk serius membaca petunjuk di kotaknya.Tadi dia bilang matanya tidak nyaman, agak kering, jadi pe

  • Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!   Bab 95

    …Saat pulang kuliah, Yoga menyetir sendiri untuk datang menjemput Kelly.Kelly mengira sopir yang menyetir, jadi dia langsung masuk ke kursi belakang.Begitu melihat jelas Yoga yang duduk di kursi pengemudi, dia langsung terbengong.Jika dirinya duduk belakang, bukankah memperlakukan Yoga seolah sopir?Ketika ragu apakah harus pindah ke depan atau tidak, Yoga sudah lebih dulu berkata, “Duduk di belakang? Anggap aku sopir?”Kelly panik bukan main, buru-buru keluar dan pindah ke kursi penumpang depan.Begitu duduk rapi, dia buru-buru minta maaf, “Maaf, aku nggak tahu kalau kamu yang menyetir.”Yoga menyalakan mobil, memutar setir untuk berbalik arah.“Sekarang sudah semakin berani ya? Ada urusan langsung melewatiku dan cari Jimmy!”Menghadapi nada sindiran pria itu, Kelly jadi canggung.“Maaf, aku…”Kelly ingin menjelaskan, tapi merasa tak ada yang perlu dijelaskan. Bagaimanapun, dirinya memang salah.Seharusnya tidak melewati Yoga begitu saja dan langsung mencari Jimmy.Bagaimanapun,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status