Jasin menulis pesan pada Tama dan mengatakan apa yang baru saja di dengarnya.
Sementara Tama membaca pesan Jasin dengan berpikir keras. Lalu, ia mengambil kesimpulan sendiri bahwa, Kiran adalah, istri muda Marhen, Yuna dan Riti terlahir dari wanita yang telah dicerai atau yang sedang sakit itu. Tidak mungkin Kiran yang berumur 30 tahun itu memiliki anak seusia Riti atau Yuna.Jasin masuk ke rumah sakit dan mencari informasi dengan caranya sendiri. Ia memanfaatkan koneksi hingga bisa dengan mudah mendapatkan data yang dibutuhkannya.Setelah Jasin yakin kalau informasi itu valid, barulah ia melaporkan kembali pada Tama. Ia menarik napas berat saat menuliskan informasi itu. Ibu Riti mungkin tidak akan lama lagi hidup di dunia.Jasin terharu dan menulis dengan kata-kata bagus tentang istri majikannya, karena hal itulah Riti memutuskan untuk menikah dengan Tama.Mana ada wanita yang rela menikah tanpa hadiah dan hutang sang ayah sebagai mas kawinnya? Kecuali jika ia terpaksa. Pikir Jasin dalam hatinya.Tama menerima pesan itu sambil memikirkan Riti yang meminta uang dengan dalih membayar gaun pengantinnya.Seharusnya gadis itu cukup berterus terang saja, maka Tama akan memberikan segalanya, asal gadis itu menciumnya.Setelah selesai menjenguk ibunya, Riti segera pergi bekerja. Ia menitipkan sang ibu pada para perawat yang sudah sangat akrab dengannya. Ia tidak bisa terus menerus menemani saat hari-hari terakhir ibunya, sebab ia harus menghidupi dirinya sendiri serta masa depannya.Riti menjelaskan pada Jasin agar pria itu tidak menunggu. Mereka akan kembali bertemu di tempat yang sama sebelum jam lima.Sopir itu patuh setelah yakin kalau Riti tidak akan pergi ke mana-mana selain di toserba.Namun, setelah Jasin pergi, Riti menemui Jojo di satu tempat yang sudah mereka janjikan sebelumnya. Saat tiba di sana ia sudah terlambat, Jojo babak belur karena dipukuli para penagih hutang.“Hentikan!” pekik Riti sambil mendekati Jojo dan menahan tinju, dari seorang lelaki bertubuh kekar dan berkulit coklat.“Apa kalian menagih hutangnya? Aku yang akan membayarnya!” kata Riti, sambil membantu Jojo berdiri.“Riti! Aku menunggumu! Ke mana saja kamu dari kemarin tidak muncul di sini?” kata Jojo sambil mengusap ingus dari hidungnya yang memar terkena ditinju. Ujung bibirnya juga berdarah dan ia berdiri dengan sempoyongan.“Nanti akan aku jelaskan padamu! Berapa yang harus aku bayar?” tanya Riti.“Semuanya jadi 750 ribu!” kata pria bertubuh kekar.“Hai! Apa kamu memerasku? Dia Cuma hutang 500 ribu!” kata Riti.“Apa dia tidak bilang, sudah lebih dari tiga hari, jadi segitu yang harus dia bayar!” kata penagih hutang.“Jojo! Apakah itu benar? Kamu berhutang pada orang yang salah!” ucap Riti.“Ya! Maafkan aku!” sahut Jojo, ia menyadari kesalahannya, yang tidak disengaja.Jojo sahabat Riti yang terbaik, pria itu menyukai Riti. Akan tetapi Jojo tidak pernah mengatakan perasaannya sebab . sebab iya tahu jika Riti menyukai Larry. Ia membiarkan Riti mendekati Leri, tapi ternyata Leri hanya memanfaatkan kebaikannya. Meskipun, Riti tahu kalau cintanya pada Leri hanya bertepuk sebelah tangan, tapi ia tetap berbuat baik padanya. Mengingat Leri sekarang telah menjalin hubungan dengan Sarah, teman dekatnya.Riti pernah membutuhkan uang untuk tambahan biaya wisudanya, dan Jojo dengan senang hati membantu. Namun, ia meminjam uang itu pada rentenir. Ia yakin bisa membayar dengan gajinya, tapi, nasibnya berkata lain. Ia mendapatkan hukuman dengan potongan gaji, karena kesalahannya saat bekerja. Hasilnya, ia tidak bisa membayar hutang itu tepat pada waktunya.Mau tidak mau ia harus jujur pada Riti demi menyelamatkan nyawanya sendiri.Riti mengeluarkan uang yang diberikan Tama dengan sedikit kecewa, sebab ia ingin memberi hadiah ulang tahun untuk Leri dengan uang tersebut. Sebuah hadiah jam tangan, dengan harga satu juta, sangat pantas baginya. Namun, karena kesalahan sahabatnya, ia sekarang hanya memiliki uang 750 ribu saja.“Pergilah!” kata Riti setelah dua penagih hutang itu menerima uang darinya.Dua orang itu pergi setelah memberikan bukti pembayarannya.“Aku kecewa padamu, Jo! Aku harap kamu tidak melakukan hal seperti ini demi aku lagi!” katanya lagi sambil menutup tas selempang di pundaknya.“Maafkan aku, aku tidak bermaksud memanfaatkanmu!” seru Jojo malu, ia sangat merasa bersalah pada Riti.“Ya, aku memaafkanmu. Maafkan aku juga, sudah merepotkanmu!”“Ya! Sesama teman harus saling membantu, ayo! Kita bekerja saja, ini sudah terlambat!”Mereka berjalan beriringan saat keluar dari gang tempat mereka bertemu. Sesekali Jojo masih mengusap luka di bibirnya karena tinju dua preman itu. Riti merasa kasihan dan memberikan selembar tisu.Tepat di saat akan menyeberang jalan menuju toserba tempat mereka bekerja, sebuah mobil melintas. Ada seorang pria yang menatap dengan penuh amarah di matanya.“Apa aku salah menjadi orang seperti itu?” Tama dia meski dia tidak tahan, ia hanya melirik istrinya yang tertawa geli di sampingnya. Riti menahan tawanya saat melihat ibu dan anak yang beradu argumen karena berbeda pandangan. “Riti, bagaimana pendapatmu kalau suamimu kehilangan semua kekayaannya dan kamu terpaksa hidup di desa seperti yang kemarin-kemarin kamu lakukan?” tanya Deliza dengan tatapan serius kepada menantunya. Riti tahu bahwa Tama memang kehilangan kekayaannya selama mereka bersembunyi di desa. Namun, Iya juga tahu bahwa sekarang Tama kembali memiliki semua perusahaannya. “Apa Ibu kira hidup di desa itu susah? Itu tidak sulit, lebih sulit lagi saat aku harus hidup sendiri dan mengurus ibuku!” “Oh!” gumam Deliza, “Maafkan aku soal ibumu, Riti, Aku senang bertemu denganmu, dan aku lebih senang lagi setelah tahu bahwa kamu adalah, anak dari saudaraku!” “Aku mengerti! Tapi, Bu! hidup di desa itu sangat menyenangkan dan di sana semua orang hidup seperti
Tama kembali menemui Riti dan ibunya di rumah sakit yang menjadi rumah mereka. Sementara itu Jasin sudah kembali ke perusahaan dan menenangkan semua pemegang saham. Lalu, ia menyelesaikan masalah di sana satu persatu. Tentu saja ia bekerja sama dengan semua teman dan orang-orang kepercayaan Tama, hingga keadaan Grup Unitama dan perusahaan-perusahaan Pratama, kembali seperti semula. Hando sebentar lagi akan mendapatkan jadwal sidangnya, dan sudah dipastikan hukuman seumur hidup yang akan diterimanya. Kerusakan yang dilakukannya di berbagai tempat, juga memberatkan pasal-pasal yang dituduhkan padanya. Demikian juga Sony ia mendapatkan pengadilan juga, tapi ia tidak di hukum dengan hukuman seumur hidup. Ia mendapatkan hukuman 20 tahun penjara. Wisa sangat bersedih, karenanya, secara tidak sengaja wanita itu mengucapkan kekhawatirannya, “Sony, Bagaimana kalau kamu dihukum selama itu Bagaimana jika terjadi apa-apa denganku dan anakmu Listi?” katanya sambil menangis. Dari
“Kalau begitu, aku tarik kata-kataku kalau dia baik!” kata Riti dan Tama tertawa.“Tidak boleh bilang laki-laki lain itu baik, kecuali aku, oke?” kata Tama sambil mencium istrinya.Setelah itu Tama mengajak Dion pergi ke tempat yang pernah ia gunakan untuk menyekap Sony. Mereka pergi diiringi dengan beberapa pengawal Tama. Tentu saja Jasin ikut bersama dengan mereka. Sony terlihat kurus dan luka-lukanya belum sembuh sempurna, masih banyak bekas luka yang diakibatkan oleh pukulan dari Tama. Pria itu hanya diam dan pasrah akan dibawa ke mana pun juga.Tama langsung membawa Sony ke lokasi yang sudah dibagikan, oleh orang tak di kenal yang menghubunginya. Ternyata ia adalah seorang pria bertubuh kurus yang mengaku sebagai adik sepupu ibunya.Di tempat itu mereka merekam pengakuan Sony dan mengirimkannya pada Brawijaya. Tentu saja disertai ancaman.Mereka ingin agar Hando, anak bungsunya itu, mau mengaku dan mengembalikan semua aset milik Tama yang sudah diambilnya. Jika tidak, maka
Keesokan harinya, Tama memuaskan istrinya hingga seharian penuh, dengan berbelanja di kota. Ia membeli apa pun yang diinginkannya. Terakhir mereka menyewa sebuah salon dan memanjakan tubuh hanya berdua dengan pelayanan VIP yang pernah ada.Riti sangat bahagia dan bersyukur dengan kemanjaan yang diberikan Tama. Sungguh, menghabiskan sepanjang sore dengan dipijat, itu hal yang luar biasa. Apalagi ia melakukannya berdua dengan suami tercinta.Mereka selesai dipijat dan melakukan rangkaian pelayanan di salon sampai puas. Baik Tama dan Riti kini terlihat segar kembali, dan acara di akhiri dengan makan malam. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menginap di hotel karena besok akan melanjutkan perjalanan menengok Delizah.Keesokan harinya, saat sepasang suami istri itu tiba di kamar Delisa, yang terdapat di sebuah rumah sakit swasta, mereka melihat wanita paruh baya itu, dalam keadaan baik-baik saja. Riti ingin menghabiskan beberapa hari bersama ibu mertuanya dan sang suami pun setuj
“Bukannya kamu mau berhenti peduli? Atau sebenarnya kamu ini terlalu cerdik, sengaja membuat syarat-syarat itu, karena kamu tahu Hando akan membuat kekacauan?” Jasin balik bertanya.“Jas, aku hanya penasaran! Awalnya aku hanya tidak mau keuntungan proyek kita berada di tangannya semuanya! Enak saja dia!”Jasin pergi dari rumah itu dan kembali ke kota seorang diri, demi memuaskan keinginan Tama untuk mencari informasi. Ia juga untuk sementara tidak mengaktifkan ponselnya. Oleh karena itu ia menemui beberapa orang secara langsung. Dari pertemuan dengan mereka, ia tahu bahwa ada beberapa investor yang ternyata akrab dengan anggota keluarga Prapanca. Mereka ini yang memiliki ide untuk menarik uangnya dan mereka tahu bersamaan dengan kejadian Hando yang pergi ke kantor pusat grup Pratama.Mengetahui hal itu, Jasin senagaja makan malam sambil mengikuti salah satu anggota keluarga Prapanca yang mengadakan pertemuan dengan para pemegang saham ini.Jasin mendengar sendiri strategi mereka
“Ibuku itu sama seperti aku! Jadi untuk apa aku berharap pada keluarga itu?”Tiba-tiba perang kesedihan di hati Tama, dirinya dan istrinya tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama dikucilkan dari keluarganya.“Tapi, Tama! Apa kira-kira yang dilakukan oleh ibu dan Dion, saat kalian bertemu sebulan yang lalu?” Jasin berusaha menginformasikan dugaannya tentang, sikap Dion dan Delizah saat mereka bertemu dikuburan Tina.“Memangnya apa yang bisa dilakukan dua orang itu? Baru kemarin kamu bilang kalau Dion itu bekerja menjadi satpam!”“Ya, dia itu bukan satpam biasa, dia seorang informan juga!”“Kenapa baru bilang sekarang?”“Aku pikir itu tidak penting!” kata Jasin sambil mengingat kembali informasi tentang Dion. Tidak banyak yang ia dapatkan, selain informasi tentang tanggal lahir, orang tua, tempat tinggal dan pekerjaannya. Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut, ternyata Dion orang yang hampir sama dengan dirinya. Dahulu, mereka juga pernah bekerja sama, tapi kemudian Dion membat
“Apa Ibu dan Ayah masih mengingatku?” tanya Deliza, dengan menahan air matanya sekuat tenaga.Ibunya menghambur dalam pelukannya, mana ada ibu yang rela melihat kondisi anaknya hingga terlihat lebih tua dari dirinya. Delizah tahu jika ilmunya sangat merasa bersalah karena penampilannya itu. “Ibu jangan kuatir aku baik-baik saja aku tidak selama yang ibu kira, selama ini aku sudah bertahan tanpa kalian jadi apa yang aku alami sekarang bukanlah apa-apa!” kata Delizah sambil menepuk bahu ibu yang sedang memeluknya. “Maafkan Ibu dan Ayahmu yang tak berguna ini, yang tidak mampu membela di hadapan kakakmu saat itu!”“Ibu tidak perlu meminta maaf padaku, aku tetap akan menjadi anak ibu untuk selamanya! Sekarang lihatlah, mungkin kita tidak akan lama lagi kembali bersatu seperti dulu, kita hanya perlu menyelesaikan masalah ini bukan?”Sang ibu mengangguk dan mengusap air matanya, setelah itu Deliza melambaikan tangan. Ia dan Dion terus berlalu, sambil mendorong kursi rodanya sampai ke
Tanpa sepengetahuan Tama dan Riti, dua orang itu pergi menuju ke rumah keluarga Prapanca.Saat Delizah dan Dion tiba di kediaman keluarga itu, mereka tidak mengalami hambatan yang berarti. Para pengawal yang ada di sana mempersilahkan mereka, karena Deliza dan Dion memakai tanda kebesaran keluarga itu di pakaiannya. Mereka memang orang-orang terbuang dan memilih untuk, keluar dari keanggotaan keluarga terpandang. Namun, bukan berarti kedua belah pihak saling melupakan. “Sudah aku duga, kalian akan datang ke sini juga pada akhirnya!” kata Prapanca, ia muncul setelah dua tahunnya menunggu satu jam lamanya. Namun, Deliza dan Dion merasa lega karena orang tua itu, akhirnya mau menemui mereka setelah sekian lama.“Kakek! Haruskah aku berlutut padamu, untuk meminta maaf atas kekeliruanku?” kata Deliza.“Ya! Memohonlah dan berlututlah!” kata Prapanca.Deliza berlagak begitu kesulitan turun dari kursi roda, hingga dua orang pengawalnya membantunya untuk, bisa berlutut dengan posisi
Setelah kedatangan Dion hari itu, Tama dan istrinya pergi ke kota di mana ibunya berada. Namun, setelah sampai di sana para penjaga mengatakan jika ibunya sedang berkunjung ke rumah keluarganya. Riti khawatir jika ibu mertuanya pergi ke keluarga besar Prapanca. Sehingga ia mencoba menghubungi Dion untuk menanyakan kebenarannya.“Halo! Dion, apa kamu tahu, ibu Deli pergi ke keluarga Prapanca?” “Aku tidak tahu, aku belum siap mengatakan semuanya pada Bibi Deliza!” Kata dion dari balik telepon.“Jadi kamu belum menemui Ibu Deliza?” “Riti, seharusnya kamu dan suamimu lah yang harus mengatakan secara langsung pada ibu mertuamu itu! Bilang padaku kalau kamu menemuinya aku akan datang juga!”Sementara Tama masih mencoba menghubungi ibunya tapi tidak bisa juga.Akhirnya Rity mengusulkan agar mereka pergi menengok makam ibunya. Kebetulan ia sudah lama tidak ke sana. Laki-laki itu pun setuju dan langsung mengadakan perjalanan ke pemakaman Ibu mertuanya. Tak lupa mereka membawa rangk