Pada sore harinya, Riti pulang ke rumah Tama sesuai janji. Jasin yang menjemput dan pria itu memberinya banyak nasihat.
“Sebaiknya Nona tidak membuat banyak masalah, Tuan Tama sudah memiliki persoalan di perusahaan, pasti akan repot kalau Nona menambahnya ...!” kata Jasin, ia menyampaikan arahan dengan lembut dan sopan, saat Riti berada di kendaraan.Riti pun mengangguk.Meskipun ia heran kenapa Jasin tiba-tiba memberinya nasihat demikian, tapi ia tetap mendengar dan memakluminya. Sebab seperti itulah kasih sayang seorang ayah pada anaknya. Ia tidak ingin anaknya mengalami sesuatu yang buruk.Sesampainya di rumah, Riti menunggu Tama di kamarnya, tapi ia heran karena laki-laki itu tidak juga pulang. Ia bertanya pada Sima dan semua orang, tetap, mereka semua kompak dengan mengatakan hal yang sama.“Saya tidak tahu, Nona!”Bahkan, sampai keesokan harinya Tama tidak menampakkan batang hidungnya. Riti sadar kalau dirinya tidak diinginkan, karena Tama memang awalnya mau menikahi Yuna. Namun, ia tetap penasaran dengan pria yang sudah menjadi suaminya.Riti menatap dirinya di depan cermin, dan mulai menggunakan beberapa macam produk kecantikan yang disediakan Sima. Semua sudah ada sejak kemarin, tapi ia tidak menyentuhnya. Mulai sekarang ia harus rajin merawat diri agar Tama mau meliriknya dan tidak lagi memikirkan Yuna.“Ini merek yang bagus!” gumam Riti, ia tahu beberapa merek produk kecantikan itu sangat mahal harganya.“Apa laki-laki itu benar-benar kaya? Eum ... kalau memang iya, seharusnya dia tidak menggunakan hutang ayah sebagai jaminannya! Dasar pembohong!” gumamnya lagi, sambil bersolek. Tidak ada satu pun perhiasan yang melekat di tubuhnya. Tidak akan ada orang yang percaya kalau ia menikahi pria kaya.Saat pernikahan itu, Yuna sempat membisikkan padanya tentang, jumlah hutang ayahnya yang setara dengan harga satu buah Ferari terbaru. Ini artinya, Riti berharga cukup mahal. Namun, yang terpenting adalah ia sudah melindungi ayahnya, agar tidak dipenjara atau membayar hutang dengan nyawa.Setelah beberapa hari tinggal di rumah itu, Riti selalu diminta oleh Sima, untuk menghabiskan makan dalam jumlah yang banyak. Semua untuk kesehatan dan menjaga kebugaran tubuhnya.Riti pun protes setiap kali Sima menyuguhkan makanan itu kepadanya. Ia seperti sengaja digemukkan dan setelah itu siap untuk dipotong. Ia merasa bahwa, dengan cara seperti itulah Tama menyiksa dirinya.Pagi itu, seperti biasa Riti tengah menikmati sarapannya di dalam kamar.Riti hampir tidak pernah pergi ke area lain, setiap kali datang dan pergi. Hanya tiga tempat yang ia lewati sebelum ke kamarnya, yaitu halaman ruang tamu dan ruang makan serta, tidak pernah lebih dari itu. Riti tidak melihat ada ruangan lain di sekitarnya.“Bibi, kalau aku boleh tahu, berapa umur suamiku?” tanya Riti, mencoba mengobrol dengan Sima. Dua wanita itu duduk bersebelahan.Sima menatap Riti dengan tatapan aneh, ia heran, masa ada seorang istri yang tidak tahu berapa umur suaminya.“Apa Anda tidak melihat tanggal lahir Tuan di akta nikah kalian?” jawabnya.Seketika Riti menepuk jidatnya dan bergumam, “Bodoh sekali, aku meninggalkannya begitu saja di atas meja!”Tanpa Riti ketahui, Tama sudah mengamankan akta nikahnya.“Usia Tuan belum sampai 40 tahun dan ingat mulai sekarang tanggal lahirnya, 27 Juni! Tama sebentar lagi tepat berusia 38 tahun!”“Oh! Itu jaraknya hanya satu hari dari kelahiran Leri!” Riti mengucapkan nama Leri dengan wajah berbinar. Dia adalah tipe pria idaman Riti, yang akan merayakan ulang tahunnya besok. Riti tidak perlu meminta izin pada Tama, untuk pergi ke pesta. Lagi pula, ia tidak akan tinggal sampai larut malam.“Siapa Leri? Jangan sebut nama pria lain di rumah ini, atau Tuan Tama akan marah!” Sima berkata dengan tegas, apa pun hubungan Riti dengan pria yang disebutkannya tadi, ia tidak peduli.“Baiklah, aku tidak akan menyebutkan nama itu lagi, tapi mulai besok, aku tidak mau makan sebanyak ini!”“Anda harus makan, sebab itu perintah Tuan! Hari ini aku sudah menyiapkan makan siang, Anda harus menghabiskannya!”Riti tertegun, seraya memikirkan kenapa Tama memintanya untuk banyak makan, ini akan membuatnya gemuk dan ia tidak suka. Ia kesal, ia merasa Tama sama sekali tidak berhak mengatur dirinya sebab ia hanya suami sementara. Namun, ia gagal menyalurkan kemarahannya karena Tama tidak muncul juga sampai lebih dari dua pekan lamanya.“Awas saja kalau dia muncul!” gumamnya lirih.Gadis itu merasa jenuh, sudah setiap malam bersolek tapi lelaki yang ditunggunya tidak muncul juga.Sementara Jojo selalu bertingkah aneh sejak kejadian penagih hutang waktu itu. Pria itu menjauh darinya dan hanya bicara jika perlu saja.Jojo bisa memaklumi jika melihat Riti di antar jemput oleh mobil mewah oleh sopir. Namun, berbeda dengan rekan-rekan kerjanya, yang menilai Riti menjadi istri simpanan seseorang. Mereka tidak ada yang percaya kalau Riti sudah menikah, karena tidak menerima undangan pernikahannya.Hal yang paling menjengjelkan adalah saat mengajak Jojo untuk datang ke pesta ulang tahun Leri. Namun, dengan sopan pria itu menolak, alasannya tidak dibuat-buat, ia kebetulan sedang sakit.Sebelum pergi ke pesta, Riti mengunjungi ibunya dan menunjukkan sebuah kado kecil yang akan ia berikan pada Leri. Sang ibu mengenal laki-laki itu dengan baik, ia adalah teman Riti.“Ibu, ini hadiah pertama dan terakhirku untuk Leri, sepertinya mulai sekarang aku harus merelakan cintaku pergi ... Kalaupun aku tetap bersikeras menyukainya, itu tidak akan sama!”“Kenapa?” tanya Tina dengan suara yang rendah dan lemah. Ia terus saja terpejam saat bicara. Ia tahu anak perempuannya itu sudah bekerja keras, hingga bisa memiliki uang yang cukup untuk biaya rumah sakit dan membeli hadiah.“Apa aku salah menjadi orang seperti itu?” Tama dia meski dia tidak tahan, ia hanya melirik istrinya yang tertawa geli di sampingnya. Riti menahan tawanya saat melihat ibu dan anak yang beradu argumen karena berbeda pandangan. “Riti, bagaimana pendapatmu kalau suamimu kehilangan semua kekayaannya dan kamu terpaksa hidup di desa seperti yang kemarin-kemarin kamu lakukan?” tanya Deliza dengan tatapan serius kepada menantunya. Riti tahu bahwa Tama memang kehilangan kekayaannya selama mereka bersembunyi di desa. Namun, Iya juga tahu bahwa sekarang Tama kembali memiliki semua perusahaannya. “Apa Ibu kira hidup di desa itu susah? Itu tidak sulit, lebih sulit lagi saat aku harus hidup sendiri dan mengurus ibuku!” “Oh!” gumam Deliza, “Maafkan aku soal ibumu, Riti, Aku senang bertemu denganmu, dan aku lebih senang lagi setelah tahu bahwa kamu adalah, anak dari saudaraku!” “Aku mengerti! Tapi, Bu! hidup di desa itu sangat menyenangkan dan di sana semua orang hidup seperti
Tama kembali menemui Riti dan ibunya di rumah sakit yang menjadi rumah mereka. Sementara itu Jasin sudah kembali ke perusahaan dan menenangkan semua pemegang saham. Lalu, ia menyelesaikan masalah di sana satu persatu. Tentu saja ia bekerja sama dengan semua teman dan orang-orang kepercayaan Tama, hingga keadaan Grup Unitama dan perusahaan-perusahaan Pratama, kembali seperti semula. Hando sebentar lagi akan mendapatkan jadwal sidangnya, dan sudah dipastikan hukuman seumur hidup yang akan diterimanya. Kerusakan yang dilakukannya di berbagai tempat, juga memberatkan pasal-pasal yang dituduhkan padanya. Demikian juga Sony ia mendapatkan pengadilan juga, tapi ia tidak di hukum dengan hukuman seumur hidup. Ia mendapatkan hukuman 20 tahun penjara. Wisa sangat bersedih, karenanya, secara tidak sengaja wanita itu mengucapkan kekhawatirannya, “Sony, Bagaimana kalau kamu dihukum selama itu Bagaimana jika terjadi apa-apa denganku dan anakmu Listi?” katanya sambil menangis. Dari
“Kalau begitu, aku tarik kata-kataku kalau dia baik!” kata Riti dan Tama tertawa.“Tidak boleh bilang laki-laki lain itu baik, kecuali aku, oke?” kata Tama sambil mencium istrinya.Setelah itu Tama mengajak Dion pergi ke tempat yang pernah ia gunakan untuk menyekap Sony. Mereka pergi diiringi dengan beberapa pengawal Tama. Tentu saja Jasin ikut bersama dengan mereka. Sony terlihat kurus dan luka-lukanya belum sembuh sempurna, masih banyak bekas luka yang diakibatkan oleh pukulan dari Tama. Pria itu hanya diam dan pasrah akan dibawa ke mana pun juga.Tama langsung membawa Sony ke lokasi yang sudah dibagikan, oleh orang tak di kenal yang menghubunginya. Ternyata ia adalah seorang pria bertubuh kurus yang mengaku sebagai adik sepupu ibunya.Di tempat itu mereka merekam pengakuan Sony dan mengirimkannya pada Brawijaya. Tentu saja disertai ancaman.Mereka ingin agar Hando, anak bungsunya itu, mau mengaku dan mengembalikan semua aset milik Tama yang sudah diambilnya. Jika tidak, maka
Keesokan harinya, Tama memuaskan istrinya hingga seharian penuh, dengan berbelanja di kota. Ia membeli apa pun yang diinginkannya. Terakhir mereka menyewa sebuah salon dan memanjakan tubuh hanya berdua dengan pelayanan VIP yang pernah ada.Riti sangat bahagia dan bersyukur dengan kemanjaan yang diberikan Tama. Sungguh, menghabiskan sepanjang sore dengan dipijat, itu hal yang luar biasa. Apalagi ia melakukannya berdua dengan suami tercinta.Mereka selesai dipijat dan melakukan rangkaian pelayanan di salon sampai puas. Baik Tama dan Riti kini terlihat segar kembali, dan acara di akhiri dengan makan malam. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menginap di hotel karena besok akan melanjutkan perjalanan menengok Delizah.Keesokan harinya, saat sepasang suami istri itu tiba di kamar Delisa, yang terdapat di sebuah rumah sakit swasta, mereka melihat wanita paruh baya itu, dalam keadaan baik-baik saja. Riti ingin menghabiskan beberapa hari bersama ibu mertuanya dan sang suami pun setuj
“Bukannya kamu mau berhenti peduli? Atau sebenarnya kamu ini terlalu cerdik, sengaja membuat syarat-syarat itu, karena kamu tahu Hando akan membuat kekacauan?” Jasin balik bertanya.“Jas, aku hanya penasaran! Awalnya aku hanya tidak mau keuntungan proyek kita berada di tangannya semuanya! Enak saja dia!”Jasin pergi dari rumah itu dan kembali ke kota seorang diri, demi memuaskan keinginan Tama untuk mencari informasi. Ia juga untuk sementara tidak mengaktifkan ponselnya. Oleh karena itu ia menemui beberapa orang secara langsung. Dari pertemuan dengan mereka, ia tahu bahwa ada beberapa investor yang ternyata akrab dengan anggota keluarga Prapanca. Mereka ini yang memiliki ide untuk menarik uangnya dan mereka tahu bersamaan dengan kejadian Hando yang pergi ke kantor pusat grup Pratama.Mengetahui hal itu, Jasin senagaja makan malam sambil mengikuti salah satu anggota keluarga Prapanca yang mengadakan pertemuan dengan para pemegang saham ini.Jasin mendengar sendiri strategi mereka
“Ibuku itu sama seperti aku! Jadi untuk apa aku berharap pada keluarga itu?”Tiba-tiba perang kesedihan di hati Tama, dirinya dan istrinya tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama dikucilkan dari keluarganya.“Tapi, Tama! Apa kira-kira yang dilakukan oleh ibu dan Dion, saat kalian bertemu sebulan yang lalu?” Jasin berusaha menginformasikan dugaannya tentang, sikap Dion dan Delizah saat mereka bertemu dikuburan Tina.“Memangnya apa yang bisa dilakukan dua orang itu? Baru kemarin kamu bilang kalau Dion itu bekerja menjadi satpam!”“Ya, dia itu bukan satpam biasa, dia seorang informan juga!”“Kenapa baru bilang sekarang?”“Aku pikir itu tidak penting!” kata Jasin sambil mengingat kembali informasi tentang Dion. Tidak banyak yang ia dapatkan, selain informasi tentang tanggal lahir, orang tua, tempat tinggal dan pekerjaannya. Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut, ternyata Dion orang yang hampir sama dengan dirinya. Dahulu, mereka juga pernah bekerja sama, tapi kemudian Dion membat