Share

6. Siapa Yang Sakit

"Bukan saya! Mungkin Tuan Tama!” kata perempuan yang bernama Sima, seraya menggelengkan kepalanya.

Tama menyelimuti tubuh Riti saat mengganti baju tidurnya, tadi malam. Setelah itu ia tidur sendiri di ruang kerjanya.

Tama ingin Riti mencintainya sepenuh hati, dengan begitu ia tidak akan meminta perceraian setelah melahirkan anaknya. Demi memastikan semuanya, ia tidak akan melakukan hubungan badan sebelum gadis itu memiliki perasaan yang sama. Ia juga ingin Riti menjadi montok, sebab gadis itu terlalu kurus.

“Di mana suamiku?” tanya Riti.

“Tuan Tama keluar hari ini!” Sima berkata sambil membawa sebuah amplop dan memberikannya pada Riti.

“Ini titipan dari Tuan Tama, kalau Anda membutuhkan hal lainnya, panggil saja aku!”

Riti bersikap sopan, ia menerima amplop dari tangan Sima dan mengucapkan terima kasih. Ia tidak menyangka jika Tama menepati janjinya untuk memberinya uang. Awalnya Riti mengira jika Sima adalah ibu Tama, tapi setelah mendengar wanita itu menyebut Tama sebagai tuannya, maka ia tahu jika Sima hanyalah orang yang bertanggung jawab di rumah mereka. Meskipun begitu, ia tetap berterima kasih.

"Terima kasih Bibi!" katanya.

"Terima kasih juga sudah memanggilku Bibi ... oh iya, Anda boleh pergi ... tapi harus pulang sebelum jam lima sore, apa Anda mengerti?”

“Baiklah, terima kasih!” kata Riti sambil menunduk.

“Jangan menunduk padaku!" kata Sima, merasa tidak enak sebab belum ada yang bersikap sopan padanya selain asistennya.

Sima cukup terkesan pada Riti, setelah sebelumnya ia menilai gadis itu gila harta, yang rela menikah dengan anak tiri keluarga Brawijaya. Ia tahu keinginan Tama menikah tanpa sengaja, saat mendengar percakapan antara Tama dan Jasin--asisten pribadinya.

Namun, sekarang Sima maklum setelah melihat sikap Riti. Apalagi Tama menjelaskan posisi gadis itu bagi dirinya. Ia senang karena Tama akhirnya membuka hati untuk seorang wanita. Walaupun, Riti terkesan kuno dan kurus, tapi gadis itu cukup cantik dan tahu diri juga.

Tama meminta Sima untuk memasak makanan enak dan merawat gadis itu agar lebih berisi.

Sima tahu isi amplop yang diberikan Tama adalah uang, sebab pernikahan keduanya memang karena hal itu. Namun, ia tidak menyangka kalau tujuan Tama justru mengharapkan cinta.

“Bibi, bolehkah aku tahu ke mana Tama pergi? Eum ... aku istrinya, aku harus tahu di mana suamiku berada, bagaimana kalau aku membutuhkan uang?”

“Apa hanya uang yang Anda inginkan dari seorang suami?”

Mendengar pertanyaan Sima, Riti diam sejenak, untuk berpikir, lalu ia menggelengkan kepalanya.

“Tentu saja tidak, tapi untuk sementara ini, aku tidak membutuhkan apa pun darinya, selain itu!”

Sima menarik nafas panjang dan pergi meninggalkan Riti setelah ia selesai bicara.

“Nona, semua kebutuhan Anda sudah saya siapkan di sini!" kata pelayan, sambil menunjuk lemari dan membukanya.

Riti melihat bagian yang ditunjukkan pelayan, ada beberapa pakaian wanita yang bagus. Tidak banyak, tapi itu lebih dari cukup.

Dahulu, saat ia masih tinggal bersama ayahnya, Riti mudah sekali mendapatkan baju dan barang berharga. Namun, sejak tinggal dengan ibunya, ia mulai belajar hidup sederhana, dan menjual semua barang-barang mewah itu untuk membiayai kehidupan mereka.

“Tidak ada ... ini saja cukup, apa kalian yang memilihnya?”

“Ya, kami membantu Sima dan Tuan Tama beberapa hari yang lalu, sebelum pernikahan!”

Riti tertegun mendengar ucapan pelayan, itu artinya Tama menyiapkan semuanya untuk Yuna. Pria itu pasti kecewa, karena gagal menikahinya, pantas saja dia tidak mau menyentuhnya sebab yang ada dalam pikiran Tama adalah Yuna.

Riti mengira Tama mencintai kakaknya.

Riti mengangguk dan tersenyum getir, lalu ia berkata, “Pergilah! Aku bisa mengurus diriku sendiri!”

Setelah pelayan itu pergi, Riti segera membersihkan diri dan membuang baju pengantinnya. Ia memakai baju dengan model yang sering ia kenakan dulu, saat masih bersama ayahnya.

Riti bersyukur Tama memberinya uang. Ia pikir akan mudah mengelabui Tama. Buktinya, pria itu memberikan uang yang ia minta dengan mudahnya.

Riti akan menggunakan uang itu untuk membayar hutang Jojo, sesuai janjinya. Entah apa yang akan terjadi pada sahabatnya itu jika para penagih hutang datang padanya.

Sebelum bekerja dan menemui Jojo, Riti harus menghabiskan sarapan, Sima memaksanya makan sepiring penuh makanan yang membuatnya kekenyangan. Lalu, ia pergi ke rumah sakit untuk menjenguk dan memastikan ibunya diberi obat, serta mendapatkan perawatan lanjutan. Ia sudah melunasi tagihannya kemarin, begitu ia mendapatkan uang dari Yuna.

Seorang pria setengah tua yang menjadi sopir adalah, pria yang membawa pulang mobil Tama, saat Tama turun di pinggir hutan kemarin.

Riti mulai berkenalan dan mereka cepat akrab. Jasin pandai bersikap layaknya seorang Ayah pada anaknya.

Setelah tiba di depan rumah sakit, Jasin heran karena setahu dirinya, istri Marhen masih muda dan baik-baik saja.

“Siapa yang sakit di sini, Nona?” tanyanya.

“Ibuku!” jawab Riti, sambil berlari ke arah pintu masuk rumah sakit. Ia mengabaikan sang sopir yang keheranan.

Jadi, siapa yang dimaksud dengan ibu, oleh nona mudanya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status