Home / Romansa / Handsome CEO / seven; fix you

Share

seven; fix you

Author: Nrshfms
last update Last Updated: 2021-04-08 19:36:10

Alvis baru saja keluar dari gedung perusahannya saat melihat Nadiar yang berdiri di halaman perusahaan sambil memeluk dirinya sendiri. Alvis mengerutkan alis. Ia memperhatikan dengan seksama saat ada mobil sedan berwarna merah yang terparkir tepat di depan Nadiar. Pengemudi sedan itu lalu keluar, dan menatap Nadiar dengan wajah berbinar senang.

Nadiar buru-buru lari ke arah lelaki itu, lalu mereka berpelukan di sana. Si lelaki kemudian mengecup puncak kepala Nadiar, lalu mengelus pelan rambut perempuan itu.

Walaupun dari jauh, Alvis masih dapat mendengar laki-laki itu bersuara. "Gimana kerjanya, sayang? Lancar?"

Nadiar mengangguk cepat. "Lancar, tapi capek."

"Capek banget?" tanya lelaki itu lagi.

Nadiar kembali mengangguk, lalu menenggelamkan wajahnya di dada lelaki itu. "Kangen kamu."

Lelaki yang di peluk Nadiar itu tertawa, lalu kembali mengecup puncak kepala Nadiar. "Kalo gitu, ayo jalan-jalan!"

Nadiar mengangguk semangat, lalu memasuki mobil dengan lelaki itu yang membuka pintu sebelah pengemudi, kemudian mempersilahkan Nadiar masuk dengan tangan lelaki itu yang berada di atas kepala Nadiar, seolah bisa saja detik itu juga Nadiar kejedot bingkai pintu mobil.

Alvis geleng-geleng kepala sambil tetap menatap mobil yang mulai melaju itu. "Manis sekali." sarkasnya.

"Sore, Pak!"

Alvis berdeham menjawab sapaan itu, kemudian kembali melangkah menuju ke arah parkiran.

***

Restaurant itu sangat ramai dengan banyaknya orang yang berlalu lalang dan sibuk untuk memesan. Nadiar duduk dikursinya dengan tenang sambil memperhatikan sekitar. Pandangannya kemudian mendapati sang pacar yang tersenyum ke arahnya dengan tangan yang menumpu sebuah nampan berisi menu makanan mereka di atasnya.

Nadiar tersenyum senang saat pacarnya menghampiri Nadiar sambil tersenyum lebar. Pacar Nadiar itu laki-laki, omong-omong. Umur 20 tahun, dan beda 1 tahun dari Nadiar. Masih kuliah, tapi masa depannya cerah. Pacar Nadiar yang satu itu punya uang dan otak yang cerdas. Dan jangan lupakan juga dengan ketampanannya. Dia bernama Adrian dan salah satu most wanted di kampus. Banyak kaum hawa yang tergila-gila kepada Adrian, tapi Adrian malah memilih Nadiar. HAHAHA!

"Silahkan di makan, Tuan Putri." Adrian duduk di kursi depan Nadiar, lalu menyimpan piring berisi makanan di depan Nadiar.

Nadiar tersenyum lebar. "Makasih, sayang."

Adrian hanya tersenyum menanggapi ucapan Nadiar. Melihatnya, Nadiar jadi teringat seseorang. Si bos gantengnya itu. Iya, si Al! Sebal sekali Nadiar mengingatnya.

"Kamu kenapa?" tanya Adrian yang ternyata melihat perubahan raut wajah Nadiar.

"Ngga apa-apa." Nadiar menjawab jutek sambil cemberut.

Adrian masih menampakan senyumnya. "Oh yaudah."

"Iihhh, sayang! Aku ini kenapa-kenapa, tau!"

"Tadi bilang gapapa."

"Kamu harusnya nanya dua kali biar aku cerita!"

"Yaudah," jawab Adrian sambil tersenyum kalem. "Kamu kenapa?"

Nadiar mendengus. "Aku boleh ngomongin cowok lain, gak?"

"Gak boleh."

"Iihhh! Kok gak boleh, sih? Bolehin, dong!"

Adrian mengangguk dengan senyum kalemnya yang tidak luntur-luntur. "Yaudah boleh."

Nadiar nyengir lebar, lalu menghela napas kuat-kuat, setelah itu membuang napasnya perlahan. "Jadi gini, aku tuh punya bos. Dia cowok. Aku kira dia tuh gendut! Soalnya, Bang Alden bilang begitu. Tapi, ternyata eh ternyata, bos aku tuh masih muda dan dia itu moodyan orangnya! Dikit dikit dingin, dikit dikit cerewet, trus dikit dikit lagi judes. Jadi, aku tuh sebel, kan, ya! Jadi males banget kerja bareng tuh bos ganteng."

Adrian mengangguk mengerti. Masih tersenyum kalem. "Ganteng banget, ya, bosnya?" tanyanya out of topic.

Nadiar mulai memakan makanannya sambil mengangguk cepat. "Banget!"

"Ganteng mana dia sama aku?"

Nadiar menghentikan suapannya. Ia menatap sang pacar yang masih tersenyum kalem sambil menatap Nadiar lurus-lurus. Nadiar menelan makanannya, lalu menghela napas panjang. "Gini, ya, sayang. Aku gamau bohong sama kamu. Jadi, kamu lupain aja pertanyaannya. Ya?"

Adrian menggeleng cepat. "Dia lebih ganteng, ya?"

Nadiar terdiam sejenak, kemudian mengangguk. "Iya."

Senyum kalem Adrian masih ada, dan kepala Adrian mengangguk mengerti. "Aku boleh cemburu, gak?"

"Gak boleh!"

"Yaudah, aku gak akan cemburu."

Nadiar tertawa mendengar jawaban dari Adrian. Tangan Nadiar bahkan sampai memegangi perutnya karena terlalu keras tertawa. "Kamu itu! Kapan, sih, mau rubah sikap kalem dan whatevanya?"

"Hm?" tanya Adrian dengan heran, namun senyum kalemnya masih saja tercetak.

Nadiar menghela napas panjang, lalu menggeleng tidak percaya. "Sayang, kalo kamu mau cemburu, kamu cemburu aja. Gak usah izin segala. Lagian, yang punya perasaan kan kamu. Masa aku yang ngatur, sih?"

Alis Adrian terangkat sebelah. Tangannya yang masih bersih dan tidak menyentuh makanan sedikitpun itu lalu terulur dan mengusap sudut bibir Nadiar yang belepotan karena remah makanan. "Emang boleh?"

"Gak boleh!"

"Yaudah, enggak."

Nadiar lalu tertawa lagi, kemudian memukul tangan Adrian pelan, membuat Adrian juga ikut tertawa kecil. "Kamu lucu!"

"Apa, sih, sayang?" Adrian bertanya sambil masih dengan tawa kecilnya. "Kamu seneng, ya, jalan sama aku?"

Nadiar mengangguk, masih dengan tawanya. "Duh, mood aku jadi balik lagi karna kamu."

"Beneran seneng?" tanya Adrian dengan senyum kalemnya.

"Enggak!"

"Yaudah kalo gak seneng."

Nadiar kembali tertawa kencang. Jarinya mengusap air matanya yang keluar karena banyak tertawa. "Udah,ah! Kalo ngobrol terus, kapan aku makannya?"

"Tadi kamu makan."

"Cuma sesuap. Kamu mau aku kurus?"

"Emang kamu gak mau?"

"Enggak, lah! Tar kalo aku kayak triplek gimana? Kamu mau aku nggak seksi?"

"Yaudah makan lagi kalo gitu."

Mereka lalu meneruskan makannya yang tertunda karena obrolan singkat keduanya. Adrian, salah satu pacar Nadiar yang sifatnya benar-benar kalem dan whateva alias whatever dalam segala hal. Jika orang berkata A, Adrian pasti akan berkata, "Yaudah A."

Dan hal itulah patut di perbaiki dari diri Adrian. Kenapa? Semisal nanti Adrian menikah dan istrinya meminta cerai, bagaimana? Apa Adrian akan berkata, "Yaudah kita cerai."

Amat sangat tidak punya pendirian dan prinsip.

__

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Handsome CEOย ย ย thirty four; bad things

    Langit sudah gelap saat mobil yang Nadiar tumpangi kini berhenti di depan rumah milik Nadiar. Sisa tawa akibat celotehan Nadiar yang direspon menyebalkan oleh Alvis pun, perlahan terhenti. Nadiar tersenyum lebar pada Alvis. "Bye honey, sampai ketemu di kantor!"Baru saja tangan Nadiar menyentuh gagang pintu mobil, suara Alvis yang berseru, "Tunggu!" membuat Nadiar membatalkan niatnya dan menoleh pada Alvis."Kenapa?" tanya Nadiar dengan alis yang terangkat sebelah.Alvis melepaskan sabuk pengamannya, lalu tersenyum miring pada Nadiar. Dan sial, ketampanan Alvis berlipat-lipat! "Aku yang bukain pintunya," ucapnya sambil mengedipkan sebelah mata.BUNUH GUE!! Nadiar tidak bisa merespon kelakuan Alvis sedikitpun. Ia hanya diam saat Alvis keluar dan mengelilingi mobil. Sifat Alvis yang amat sangat jarang Nadiar lihat kini seketika membuat darah Nadiar berdesir. Dan harus Nadiar akui. Untu

  • Handsome CEOย ย ย thirty three; always be my baby

    Mulut Nadiar menganga lebar, sedangkan matanya mengedip cepat. Apa tadi? Apakah Alvis baru saja ..., menembak Nadiar? Be my baby, katanya? Nadiar melotot pada Alvis. "Bos ..., tadi, Bos nembak saya?"Alvis tersenyum, lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Nadiar. Ia mengangguk mantap. "Ya, saya ingin kamu jadi pacar saya. Kenapa? Kamu menolak?"Nadiar tertawa hambar. "Saya bego kalo saya nolak Bos. Tapi ...," jeda, Nadiar mengubah raut wajahnya menjadi ekspresi tidak mengerti. "Kayaknya, Bos yang bego deh, mau-maunya sama saya. Kenapa? Terpukau sama teori penjahat berhak bahagia, ya? Wah, kalo emang itu penyebabnya, saya udah ngomong kayak gitu di depan Justin Bibier.""Kamu meledek saya?"Nadiar menggeleng cepat sambil menggoyakan tangannya di depan tubuh. "Bukan! Bukan gitu, Bos! Tapi, aneh aja. Kok, Bos bisa-bisanya nembak saya? Kalo saya yang suka Bos rasanya gak aneh. Tapi, saya gak nyangka

  • Handsome CEOย ย ย thirty two; versace on the floor

    "Bos, kita sebenernya, mau kemana, sih?"Pertanyaan itu membuat Alvis melirik sejenak ke arah Nadiar yang tengah duduk di kursi samping pengemudi. Matanya berkedip heran, dan bibirnya mengerut akibat penasaran. Ya, setelah mereka menghabiskan makanan dan saling bertukar sapaan selamat tinggal pada Devan-Dizi, Alvis dan Nadiar langsung pergi ke tempat yang ingin dikunjungi oleh Alvis. Dan disinilah mereka. Dalam perjalanan menggunakan mobil untuk sampai ke pantai."Bos, kok perasaan, gak nyampe-nyampe, ya?" Nadiar kembali bertanya, namun, belum juga Alvis menjawab, Nadiar kembali membuka suara. "Bos, saya pengen dengerin lagu lewat radio mobil ini, boleh? Biar gak terlalu sepi, hehe.""Hm," balas Alvis sambil mengangguk pelan. Alvis melihat Nadiar yang mengaduk tasnya, lalu mengeluarkan ponsel dan kabel data.Nadiar langsung menghubungkan radio mobil dan ponselnya dengan menggunakan kabel data. "Mobil Bos bagus

  • Handsome CEOย ย ย thirty one; stitches

    "Mana coba mulutnya? Sini ..., am nyam, nyam, nyam. Enak?"Lelaki itu menelan makanannya, lalu nyengir lebar. "Enak!"Mereka tertawa lalu kembali melanjutkan makan.Alvis dan Nadiar kompak menggeleng melihat kelakuan mereka. Sesuai keputusan, Alvis dan Nadiar meluangkan waktu mereka untuk makan sebentar. Namun ternyata, walaupun mereka mengajak Alvis dan Nadiar makan bersama, dunia seolah milik mereka berdua. Sedari tadi, mereka saling suap, lalu saling menghapus remah di bibir pasangannya tanpa mempedulikan orang lain yang menjadi obat nyamuk keduanya.Nadiar menghela napas panjang. "Plis, deh, Dizi, gue yang banyak mantan aja gak pernah, tuh, yang namanya suap-suapan di depan lo."Dizi seolah tersentak. Matanya melotot, sedangkan mulutnya terbuka lebar. "Ya ampyun, gue lupa ada lo di sini! Omaygat! Maaf, ya, sayang."Nadiar ha

  • Handsome CEOย ย ย thirty; that's what i like

    Baga$kara : sayangBaga$kara : kita putus aja yaBaga$kara : aku gak tahan pacaran sama kamu ๐Ÿ˜ฟ๐Ÿ™๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜Nadiar GP : serah lu, nyetNadiar GP : waktu putus aja lu manggil aku-kamuNadiar GP : waktu masih pacaran, lu sering banget nistain gueBaga$kara : dihBaga$kara : lu emang nista, kaliBaga$kara : jadi, kita putus nih, yang?๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜Nadiar GP : itu tolong panggilan dan emotnya di kondisikanNadiar GP : yaiyalah, kita putusNadiar GP : mana tahan gue pacaran ama loNadiar GP : ini adalah awal menuju kebahagiaanNadiar GP : BUAHAHAHAHHABaga$kara : kamu emang mantan teranjingBaga$kara : mantan ternista

  • Handsome CEOย ย ย twenty nine; sorry

    Basah, dan berat. Nadiar merasa tidak mampu membuka matanya. Ia merasa dirinya sudah bangun dari tidur, namun matanya sulit untuk di buka. Perlahan, Nadiar membuka kelopak matanya sedikit, lalu kembali menutup matanya saat cahaya menyerobot masuk memenuhi penglihatannya. Sekali lagi, Nadiar berusaha membuka matanya saat ada panggilan dari sana sini. Nadiar penasaran, suara siapa dan berapa banyak orang yang memanggilnya. Mengapa terdengar banyak? Ada berapa kira-kira?Mata Nadiar akhirnya sepenuhnya terbuka. Awalnya, penglihatan Nadiar buram, namun setelah berkedip beberapa kali dan melihat siluet yang menutupi cahaya, pandangan Nadiar menjadi jelas dan ia dapat melihat wajah khawatir Bundanya yang berlinang air mata."Nadiar! Syukurlah ..." ucap sang Bunda, lalu memeluk Nadiar dengan erat, hingga Nadiar merasa tubuh bagian atasnya sedikit terangkat. Bunda lalu melepaskan pelukannya, kemudian mengelus pipi Nadiar penuh haru. "Kamu tidak apa-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status