Home / Romansa / Handsome CEO / ten; crazy

Share

ten; crazy

Author: Nrshfms
last update Last Updated: 2021-04-08 19:50:45

"AYAH!!" Nadiar berteriak kencang mendengar pertanyaan Ayahnya yang sangat membuat Nadiar ingin menenggelamkan diri sekarang juga. Apa-apaan itu?! Kenapa Ayahnya bertanya seperti itu kepada bos Nadiar? Dan pertanyaannya tidak melihat situasi dan kondisi.

Itu anak orang sedang babak belur, dan baru saja bangun dari pingsan. Bisa-bisanya bertanya hubungan Nadiar dan Alvis yang jelas sekali tidak penting di pagi ini.

Pak Sultan menoleh sambil nyengir lebar pada Nadiar. "Bercanda, sayang," katanya, lalu kembali menatap pada Alvis. "Maafkan saya, dan terima kasih karena telah menolong anak saya kemarin."

Alvis hanya tersenyum tipis. Amat tipis, lalu di susul anggukan kepalanya.

"Sombong amat," komentar Alden dengan suaranya yang pelan. Dan Nadiar yang berada di belakang Alden mendengar dengan jelas kalimat tersebut.

Nadiar mendengus. "Iyalah! Makanya, gue blacklist dia."

Alis Alden terangkat sebelah saat wajahnya menghadap pada Nadiar. "Blacklist? Maksud lo?"

"Lo gak liat dia ganteng banget gitu?" tanya Nadiar sewot dengan matanya yang mendelik sebal. "Gue nge-blacklist dia untuk jadi kandidat pacar gue."

"Apaan, sih?! Lo ini kalo ngomong gak jelas banget!" balas Alden, ikutan sewot.

"Abang, ih! Gak ngerti kode banget, sih?! Maksud gue tuh, kan semua pacar gue ganteng, mantan-mantan gue juga ganteng. Menurut lo, kalo ada laki-laki yang gantengnya naudzubillah, gue gak bakal ngejar, gitu?! Ya pasti gue kejar, lah!"

Alis Alden bertautan dalam. "Trus, kenapa lo blacklist dia?"

"Karna dia dingin, judes, tapi cerewet. Sebel! Makanya gue kagak mau."

Alden mendengus sinis. "Dan emangnya, dia mau ama lo?"

Nadiar manyun. Ia cemberut, dan kepalan tangannya langsung beradu dengan belakang kepala Alden. "Nyebelin lo, Jepri!"

Alden melotot. Wajahnya terlihat geram saat tangannya terangkat untuk memukul kepala Nadiar. Namun, ia kalah cepat karena Nadiar lebih dulu berteriak sambil menabok wajah Alden dengan kencang, kemudian lari terbirit-birit menjauh dari Alden.

Alden mengejar, dan Nadiar langsung melompat ke sofa dan sembunyi di balik punggung sang Ayah. Alden menghampiri, dan berusaha untuk menarik tangan Nadiar yang selalu saja gagal karena di halangi Pak Sultan.

"Eits," ucap Ayah saat menepis tangan Alden yang akan menyentuh Nadiar. "Tidak semudah itu, nak."

Alden memberenggut kesal dengan wajahnya yang sudah merah padam karena marah. "Ayah! Diar tadi nabok muka Alden dengan kejamnya! Ayah belain yang salah? Gitu?"

"Bohong!" elak Nadiar dengan masih meringkuk di punggung Ayahnya yang menjadi tameng. Alden melotot, dan Nadiar hanya nyengir lebar sambil menjulurkan lidahnya.

Alden mendengus kesal dengan wajahnya yang cemberut. "Ayah! Seenggaknya, biarin Alden jitak kepala Diar sekali! Soalnya tadi Diar jitak pala Alden juga."

Pak Sultan terlihat menimbang dan menerawang. Setelah itu, tidak ada tangan yang melayang melindungi Nadiar, membuat Nadiar menarik napas kaget.

Alden menyeringai, lalu memulai aksinya untuk menggapai kepala Nadiar.

"AAAKK!! GAMAU! GAMAU!" Nadiar masih berusaha tidak terkena pukulan dengan menyembunyikan kepalanya di punggung sang Ayah sambil memeluk perut Pak Sultan erat-erat. "TIDAK!!"

"Sini lo! Gue jitak doang, masa gak mau?!"

"KAGAK MAU, JEPRI!!"

"JANGAN PANGGIL GUE JEPRI!!"

"AAAKKK! BUNDA! AYAH! SIAPAPUN! TOLONG NADIAR!!"

"Cemen lo, Diar!" Alden dengan cepat berputar di sofa tempat Nadiar menenggelamkan wajahnya. Dan saat sudah berada di tempat kepala Nadiar berada, Alden menjitak kepala Nadiar sekuat tenaga. Nadiar mengaduh keras, Alden tertawa kencang. "Rasain lo!"

Wajah Nadiar memerah marah. Baru saja ia akan bangkit dan mengejar Alden, Bu Rosa alias sang Bunda datang sambil berseru. "Udah! Udah! Jangan berantem terus! Malu ada tamu."

Nadiar cemberut, sedangkan Alden menyeringai setan.

Bu Rosa membawa sebuah nampan dengan 2 teh di atasnya. Nampan tersebut di simpan di atas meja. Satu cangkir berisi teh di simpan di hadapan Alvis. Bunda Nadiar tersenyum hangat. "Selamat di minum," ucapnya, yang di balas dengan dehaman kencang dan di sengaja dari sang Ayah. Bunda terkekeh, lalu menyimpan sisa cangkir di meja Ayah. "Selamat di minum, sayang."

Nadiar mendengus keras-keras saat Ayahnya tersenyum malu dengan pipi yang merona. "Ayah! Bunda! Inget umur dong! Ish, malu-maluin aja."

"Kayak yang kamu gak inget umur aja," balas sang Ayah dengan manyun. "Kamu udah gede, tapi cuma label doang. Aslinya manja banget dan bikin malu orang."

Bibir bawah Nadiar maju ke depan. Matanya mulai berkaca-kaca menatap sang Ayah. "Ayah ngejek Diar?"

"Diar tadi juga ngejek Ayah!"

Nadiar mengedip cepat dengan matanya yang makin berkaca-kaca. "Ayah jahat!"

"Kamu juga jahat!"

"Ayah bilang aku kayak anak kecil!"

"Kamu ngejek Ayah udah tua!"

"Ih!" Nadiar duduk menjauh dari Ayahnya, lalu bersidekap dada dengan wajahnya yang memerah karena murka. Nadiar kira, ia akan menerima sebuah bujukan dari sang Ayah agar Nadiar tidak lagi marah.

Namun, Ayahnya tidak peduli dan menatap Alvis dengan senyum yang tercetak di bibir. "Yang tadi itu istri saya."

Alvis hanya mengangguk.

"Emang, sih, masih cantik," lanjut Pak Sultan sambil menyimpan paha kaki kanannya di atas paha kaki kiri. "Tapi, dia itu punya saya. HAHAHA!"

Alvis kini tersenyum tipis sambil mengangguk kecil.

"Jangan genit sama istri saya, ya?" Ayah bertanya ngawur, membuat Nadiar menoleh dengan mulut yang terbuka lebar karena kaget.

Demi L Infinite yang kharismanya tiada tara! Ayahnya barusan mengatakan hal aneh pada bos Nadiar! Dan kini, Nadiar benar-benar merasa tenggelam dan tidak bisa bernapas karena ulah Ayahnya.

"Ngomong-ngomong, saya lupa nanya nama kamu. Dan kerjaan kamu apa?" tanya Pak Sultan kemudian, dengan gerakan pelan meminum tehnya.

"Saya Alvis, Presdir di Gideon Corporation."

PPPPRRRFFFTTT!!

Mulut Nadiar terbuka lebar. Matanya terbelalak saat sadar bahwa air yang menyembur dari mulut sang Ayah kini sudah memenuhi wajah Alvis.

Pak Sultan mengerjap kaget, dan mulutnya kini terbuka dengan lebar, sama seperti Nadiar. "Ap-apa?"

Alvis sendiri tenang-tenang saja dan mengusap wajahnya dengan lengan kemeja miliknya.

"Ha! Mampus lo!" Alden berseru di belakang Nadiar sambil tersenyum sinis.

Nadiar bahkan lupa jika Alden masih ada di sana. Yang dapat Nadiar lakukan hanya menelan ludah dengan susah payah, lalu menggigit bibir bawah kuat-kuat.

DEMI AHJUSSI GONG YOO YANG RASA OPPA! NADIAR BARU BEKERJA SEHARI DI GIDEON CORPORATION!

Nadiar merasa ingin menangis sekarang juga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Handsome CEO   thirty four; bad things

    Langit sudah gelap saat mobil yang Nadiar tumpangi kini berhenti di depan rumah milik Nadiar. Sisa tawa akibat celotehan Nadiar yang direspon menyebalkan oleh Alvis pun, perlahan terhenti. Nadiar tersenyum lebar pada Alvis. "Bye honey, sampai ketemu di kantor!"Baru saja tangan Nadiar menyentuh gagang pintu mobil, suara Alvis yang berseru, "Tunggu!" membuat Nadiar membatalkan niatnya dan menoleh pada Alvis."Kenapa?" tanya Nadiar dengan alis yang terangkat sebelah.Alvis melepaskan sabuk pengamannya, lalu tersenyum miring pada Nadiar. Dan sial, ketampanan Alvis berlipat-lipat! "Aku yang bukain pintunya," ucapnya sambil mengedipkan sebelah mata.BUNUH GUE!! Nadiar tidak bisa merespon kelakuan Alvis sedikitpun. Ia hanya diam saat Alvis keluar dan mengelilingi mobil. Sifat Alvis yang amat sangat jarang Nadiar lihat kini seketika membuat darah Nadiar berdesir. Dan harus Nadiar akui. Untu

  • Handsome CEO   thirty three; always be my baby

    Mulut Nadiar menganga lebar, sedangkan matanya mengedip cepat. Apa tadi? Apakah Alvis baru saja ..., menembak Nadiar? Be my baby, katanya? Nadiar melotot pada Alvis. "Bos ..., tadi, Bos nembak saya?"Alvis tersenyum, lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Nadiar. Ia mengangguk mantap. "Ya, saya ingin kamu jadi pacar saya. Kenapa? Kamu menolak?"Nadiar tertawa hambar. "Saya bego kalo saya nolak Bos. Tapi ...," jeda, Nadiar mengubah raut wajahnya menjadi ekspresi tidak mengerti. "Kayaknya, Bos yang bego deh, mau-maunya sama saya. Kenapa? Terpukau sama teori penjahat berhak bahagia, ya? Wah, kalo emang itu penyebabnya, saya udah ngomong kayak gitu di depan Justin Bibier.""Kamu meledek saya?"Nadiar menggeleng cepat sambil menggoyakan tangannya di depan tubuh. "Bukan! Bukan gitu, Bos! Tapi, aneh aja. Kok, Bos bisa-bisanya nembak saya? Kalo saya yang suka Bos rasanya gak aneh. Tapi, saya gak nyangka

  • Handsome CEO   thirty two; versace on the floor

    "Bos, kita sebenernya, mau kemana, sih?"Pertanyaan itu membuat Alvis melirik sejenak ke arah Nadiar yang tengah duduk di kursi samping pengemudi. Matanya berkedip heran, dan bibirnya mengerut akibat penasaran. Ya, setelah mereka menghabiskan makanan dan saling bertukar sapaan selamat tinggal pada Devan-Dizi, Alvis dan Nadiar langsung pergi ke tempat yang ingin dikunjungi oleh Alvis. Dan disinilah mereka. Dalam perjalanan menggunakan mobil untuk sampai ke pantai."Bos, kok perasaan, gak nyampe-nyampe, ya?" Nadiar kembali bertanya, namun, belum juga Alvis menjawab, Nadiar kembali membuka suara. "Bos, saya pengen dengerin lagu lewat radio mobil ini, boleh? Biar gak terlalu sepi, hehe.""Hm," balas Alvis sambil mengangguk pelan. Alvis melihat Nadiar yang mengaduk tasnya, lalu mengeluarkan ponsel dan kabel data.Nadiar langsung menghubungkan radio mobil dan ponselnya dengan menggunakan kabel data. "Mobil Bos bagus

  • Handsome CEO   thirty one; stitches

    "Mana coba mulutnya? Sini ..., am nyam, nyam, nyam. Enak?"Lelaki itu menelan makanannya, lalu nyengir lebar. "Enak!"Mereka tertawa lalu kembali melanjutkan makan.Alvis dan Nadiar kompak menggeleng melihat kelakuan mereka. Sesuai keputusan, Alvis dan Nadiar meluangkan waktu mereka untuk makan sebentar. Namun ternyata, walaupun mereka mengajak Alvis dan Nadiar makan bersama, dunia seolah milik mereka berdua. Sedari tadi, mereka saling suap, lalu saling menghapus remah di bibir pasangannya tanpa mempedulikan orang lain yang menjadi obat nyamuk keduanya.Nadiar menghela napas panjang. "Plis, deh, Dizi, gue yang banyak mantan aja gak pernah, tuh, yang namanya suap-suapan di depan lo."Dizi seolah tersentak. Matanya melotot, sedangkan mulutnya terbuka lebar. "Ya ampyun, gue lupa ada lo di sini! Omaygat! Maaf, ya, sayang."Nadiar ha

  • Handsome CEO   thirty; that's what i like

    Baga$kara : sayangBaga$kara : kita putus aja yaBaga$kara : aku gak tahan pacaran sama kamu 😿🙏😘😘Nadiar GP : serah lu, nyetNadiar GP : waktu putus aja lu manggil aku-kamuNadiar GP : waktu masih pacaran, lu sering banget nistain gueBaga$kara : dihBaga$kara : lu emang nista, kaliBaga$kara : jadi, kita putus nih, yang?😘😘😘Nadiar GP : itu tolong panggilan dan emotnya di kondisikanNadiar GP : yaiyalah, kita putusNadiar GP : mana tahan gue pacaran ama loNadiar GP : ini adalah awal menuju kebahagiaanNadiar GP : BUAHAHAHAHHABaga$kara : kamu emang mantan teranjingBaga$kara : mantan ternista

  • Handsome CEO   twenty nine; sorry

    Basah, dan berat. Nadiar merasa tidak mampu membuka matanya. Ia merasa dirinya sudah bangun dari tidur, namun matanya sulit untuk di buka. Perlahan, Nadiar membuka kelopak matanya sedikit, lalu kembali menutup matanya saat cahaya menyerobot masuk memenuhi penglihatannya. Sekali lagi, Nadiar berusaha membuka matanya saat ada panggilan dari sana sini. Nadiar penasaran, suara siapa dan berapa banyak orang yang memanggilnya. Mengapa terdengar banyak? Ada berapa kira-kira?Mata Nadiar akhirnya sepenuhnya terbuka. Awalnya, penglihatan Nadiar buram, namun setelah berkedip beberapa kali dan melihat siluet yang menutupi cahaya, pandangan Nadiar menjadi jelas dan ia dapat melihat wajah khawatir Bundanya yang berlinang air mata."Nadiar! Syukurlah ..." ucap sang Bunda, lalu memeluk Nadiar dengan erat, hingga Nadiar merasa tubuh bagian atasnya sedikit terangkat. Bunda lalu melepaskan pelukannya, kemudian mengelus pipi Nadiar penuh haru. "Kamu tidak apa-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status