Share

1. Sedikit Kejutan

Sekali lagi Dimas melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya. Jarum jam sudah menunjuk diangka 20.40 wib,  waktunya untuk bergegas dan segera mengunjungi pacar manisnya di tempat kerja. Ya, Dimas berencana mengunjungi Nayla malam ini, ada sesuatu yang ingin ia berikan untuk pacar manisnya. 

Setelah melepas headseat dan memasukkan ke dalam tas, Dimas beranjak dari sofa panjang yang menjadi tempat favorit semua penyiar Radio Adela (bukan nama aslinya ya), saking favoritnya sampai-sampai memudar warnanya serta sudah menipis ketebalannya. 

"Mau kemana lo Dim?" Sapaan Devi yang baru kembali dari toilet menghentikan langkaah Dimas. 

Dimas menoleh ke arah asal suara, "keluar bentar." Masih dengan melanjutkan langkah. 

"Bukannya loe nanti ada jadwal lagi?" 

"Bentar doang, siaran juga masih satu jam lagi." Tidak lagi menoleh, terus  melanjutkan langkah.

"T**i...." Tidak jadi berucap saat melihat Dimas sudah sampai pintu arah ke luar.

"Tuh anak mau kemana ya? Kok tumben-tumbenan keluar, biasanya paling betah ngedekem di sofa," bicara sendiri. Devi mengedikkan bahu tanda tak tahu lalu kembali melangkah masuk ke ruang siaran. 

**** 

Tepat pukul 21.00 wib, Dimas sampai toko Accesories Collection bertepatan dengan toko yang sedang di tutup, tapi Dimas tak peduli karena tujuannya datang bukan sebagai pembeli melainkan mengunjungi pacar manisnya yang jadi salah satu karyawan toko tersebut. 

Dimas sengaja menepikan kendaraanya di luar pagar toko, setelah turun ia segera beranjak menghampiri  pemantau toko yaitu Heni. 

Dimas mengobrol sebentar dengan Heni, tapi entah apa yang tengah keduanya bicarakan  lalu setelahnya kembali melangkahkan kaki ke luar di mana kendaraan kesayangannya terparkir.

***

"Na, nanti kalau keluar dengan Kakak sepupumu jangan sampai kemalaman ya," ucap Heni saat sudah sampai kamar.

Nayla yang tak tahu dengan maksud ucapan Heni hanya diam, tidak segera  menjawab. Dalam hati sedikit bingung, 'keluar? Jangan kemalaman? Emangnya aku mau kemana?' batinnya.

 Tidak lama handphone yang digenggamnya bergetar pertanda ada pesan masuk.  Dengan segera Nayla melihat layar handphonenya, ada satu pesan masuk dari 'Kakak' bertulis [kutunggu di luar ya]

Setelah membaca pesan dari Dimas,  Nayla sekarang mengerti, kenapa pemantaunya tadi bicara seperti itu. 

"Dengar kan, Na?" ulang Heni karena Nayla hanya diam tanpa menjawab. 

"Eh, i-iya Mbak, maaf tadi belum ngerti maksudnya," sahutnya diiringi ringisan.

***

Dimas tersenyum saat Nayla sudah ke luar menemuinya, pandangannya tak lepas dari wajah ayu yang selalu membuatnya rindu. Terlihat Nayla berjalan tergesa menuju tempatnya menunggu.

"Ada apa Kak?" ucapnya saat sudah sampai di dekat Dimas. 

"Kangen Nayang," ucapnya terdengar sedikit manja. 

Nayla hanya terseyum mendengar ucapan Dimas, tapi dalam hati juga membatin,'aku juga kangen Kak.'

"Jalan bentar yuk!" tangannya menarik Nayla untuk lebih mendekat. 

"Kemana? Udah malam lho Kak."

"Bentar aja, buruan naik!"

"Tapi Kak, mau ke man...."

"Nurut ya, nanti tak cium malah," memotong ucapan Nayla lalu dengan cekatan tangannya memakaikan helm di kepala Nayla. 

Nayla langsung bungkam, tidak jadi  ngomong. Hanya nurut perintah Dimas, khawatir juga  kalau dirinya masih terus beralasan Dimas benar-benar akan melakukan apa yang barusan diucapkan.

Dimas menahan senyumnya, gemas saat melihat  Nayla langsung bungkam padahal ia hanya bercanda, belum ada niat untuk melakukan hal itu, dirinya  selalu ingat dengan janjinya kala itu. 

Malam itu saat Nayla menerimanya untuk yang kesekian kalinya dengan syarat jangan "melakukan hal yang tak seharusnya dan tentu belum waktunya jika dilakukan oleh pasangan yang masih dalam tahap pacaran" dan dirinya selama ini selalu mengingat akan hal itu. Meski pun pernah, tapi cuma sebatas cium  punggung tangan tidak pernah lebih.

Di halaman samping toko Faiz sedang berdiri memperhatikan apa yang tengah Nayla lakukan dengan Dimas. Ia tadi diam-diam mengikuti Nayla keluar,'benarkah mereka masih ada hubungan saudara? Tapi kok sepertinya pemuda itu ada rasa dibalik senyum dan tatapan matanya saat memandang Nana' batinya bertanya-tanya.

***

Selama perjalanan  yang entah kemana karena Dimas tidak memberitahu tujuannya Nayla hanya diam. Pikirannya pun masih mengingat ucapan Dimas tadi yang hanya candaan, tapi terus membuatnya kepikiran.

Tak butuh waktu lama akhirnya tempat yang Dimas tuju sudah di depan mata. Bukan tempat yang mewah, tapi hanyalah tempat berkumpulnya  segerombolan anak-anak pengamen.

Ya, malam ini Dimas mengajak Nayla ke tempat yang agak berbeda (biasanya juga tidak pernah kemana-mana, paling kalau ada kesempatan keluar cuma cari makan aja). Malam ini Dimas ingin berbagi sedikit kebahagiaan dengan anak-anak pengamen itu, bertepatan juga dengan anniversary yang pertama  dirinya dan Nayla.

Dimas sering melihat segerombolan remaja yang sering ngamen yang terkadang sampai warung makan dekat tempatnya siaran. Segerombolan pengamen itu tengah asyik menikmati nasi bungkus saat dirinya tiba. Setelah memakirkan motor ia pun mengajak Nayla ikut bergabung diantara mereka. 

"Kakak ikutan gabung ya?" basa-basinya lalu mengajak Nayla duduk di dekat mereka. 

Mereka yang tengah asyik menyantap makanan pada menoleh ke asal suara. 

"Boleh donk Kak," sahut beberapa dari mereka serta yang lain menganggukkan kepala. 

"Kakak terima kasih ya, sudah mentraktir kita-kita," kata remaja yang ada di hadapan Dimas. 

"Iya, tapi maaf ya, cuma itu yang bisa Kakak kasih, mungkin juga rasanya kurang enak."

"Nggak kok Kak, enak banget malah," sahut ramaja yang paling belakang. 

"Iya Kak, enak kok makanannya, apa lagi dapatnya gratis iya kan teman-teman," celetuk remaja yang rambutnya ikal. 

"Huh ... dasar, emang kamu tuh carinya slalu yang  gratisan," ucap yang lain kompak.

Dimas tersenyum mendengar dan celotehan anak-anak pengamen itu. Hatinya senang melihat pemberiannya yang tidak seberapa itu, tapi sudah membuat para pengamen itu suka, juga sangat menikmatinya. Nayla pun ikutan tersenyum melihatnya, meski belum tahu ada apa yang sebenarnya, tapi setelah mendengar juga melihat apa yang tengah terjadi pasti ada sesuatu yang membuat Dimas ingin berbagi sedikit kebahagian dengan mereka yang bukan siapa-siapanya.

Dan di hari yang sudah Dimas tunggu ini, ia ingin berbagi kebahagian dengan caranya. Ia sangat senang karena akhirnya cinta tulusnya untuk seorang yang sangat spesial di hatinya sudah berjalan sejauh ini, cinta pada pandangan pertama kala itu selalu tumbuh hingga kini dan dirinya juga akan selalu berdoa agar cinta pertamanya akan selalu menjadi miliknya juga akan selalu bersamanya.

"Kalian sepertinya kalau sedang ngamen ada yang slalu main gitar kan?"

"Iya Kak,  kenapa?"

"Boleh pinjam nggak?"

"Boleh donk, ini Kak." Salah satu dari mereka menyodorkan gitar kecil,"Kakak mau nyanyi?" tanya anak itu.

"Numpang narsis sebentar boleh kan? Aku pake gitar kalian bentar ya? Mau nyanyiin lagu cinta buat pacar," ucapnya sembari menoleh ke Nayla dengan tersenyum dan mengedipkan satu matanya.

Mendengar ucapan Dimas, pipi Nayla tiba-tiba memanas, hatinya juga tiba-tiba menghangat,"Kakak bisa nyayi?" ucap Nayla dengan berbisik.

"Lihat dan dengerin aja ya yank. Itu kenapa pipimu berubah gitu?" tersenyum senang melihat Nayla yang tersipu malu. 

Mendengar godaan Dimas, Nayla semakin menundukkan kepala dengan kedua pipi yang semakin merona.

Setelah mencoba memetik gitar kecil itu untuk mencari nada yang pas, Dimas pun mulai melantunkan lagu yang sesuai dengan isi hatinya selama ini. 

"Dengan dirimu kini kubahagia

Tak henti kau berbagi canda  tawa ....

Hilangkan gairah lelah hatiku 

Hadirmu mengubah arti hidupku .... 

Jadilah aku tawanan cintamu

Hadirmu warnai hariku

Kupenuhi semua yang kau inginkan

Tiada yang lain selain  dirimu....

Sepanjang hidupku hanya ingin bersamamu di setiap waktu ... di setiap waktu....

....

....

Sejuk kasihmu sampai ke tulangku

Hingga detak jantungku 'kan berhenti

Senyum manismu sinari hatiku

Tulus setia cintaku hanya untukmu....

Sepanjang hidupku hanya ingin bersamamu di setiap waktu ... disetiap waktu....

Prok...prok...prok

Tepukan dari semua yang ada di situ menggema saat Dimas selesai melantunkan lagu yang liriknya mewakili suara hatinya selama mengenal Nayla, cinta pada pandangan pertamanya. Lagu dari sebuah grup band tanah air yang berjudul 'Sepanjang Hidupku' adalah lagu pertama yang Nayla riques untuk pertama kalinya saat kebetulan ia siaran acara 'Bintang Indo' dan liriknya sangat sesuai dengan rasa cintanya pada Nayla. 

"Wah ... bagus banget Kak," ucap salah satu dari mereka.

"Suara apa lagunya?" tanya Dimas. 

"Keduanya Kak, pasti mewakili suara hati ya?" tambah remaja yang paling tinggi dari yang lainnya.  

Dimas hanya tersenyum dengan menggukkan kepala sebagai jawaban. Sedangkan Nayla malu untuk mengangkat wajahnya, tapi hatinya berbunga-bunga. Tidak pernah terbayangkan maupun terfikirkan sebelumya kini ada seorang pemuda yang dengan tulus mencintai dan menyayanginya.

"Kok lagunya kayaknya ada yang kurang ya?" ucap Nayla pelan tapi masih mampu didengar Dimas.

"Sengaja tak kunyanyikan lirik yang itu, karena aku hanya ingin bersamamu disetiap waktu," sahut Dimas pelan juga.

Di pinggir jalan, tepatnya di depan sebuah toko material Dimas dan Nayla merasakan indahnya kebersamaan meski sederhana. Sedangkan di halaman toko Accesories Collection, Faiz sudah dua kali keluar masuk ntuk mengecek kepulangan Nayla. Ada rasa yang entahlah di hatinya malam ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status