Share

Hanya Dirimu
Hanya Dirimu
Author: ErliyaA

Prolog

Dimas juga Dian, dua sahabat ini memakirkan kendaraan roda dua mereka di pelataran sebuah toko bertulis Accesories Collection yang berada di Jl. Raya Lamper no. 562 Semarang.

Keduanya turun setelah kendaraan terparkir pada tempatnya. Berbarengan beranjak masuk ke dalam toko yang terlihat biasa saja dari luar, tapi begitu masuk sudah pasti terpana melihat seisi toko yang penuh dengan warna.

Pasti banyak yang tidak menduga kalau toko Accesories Collection memiliki beberapa cabang yang tersebar di beberapa tempat di kota Lumpia ini memang sangat terlihat biasa saja dari luar. Akan tetapi saat sudah menginjakkan kaki masuk, mata ini pasti langsung dimanjakan dengan beraneka macam accesories, mainan, alat tulis, juga masih banyak pernak pernik lainnya. 

"Wow, penuh warna ya Dim," ucap Dian begitu menginjakkan kaki di pintu masuk, matanya ke sana-ke mari meneliti seisi toko. 

"He'em," sahut Dimas, pandangannya juga ke sana-ke mari merasa kagum. Tidak meyangka sebelumnya kalau ternyata toko yang terlihat biasa dari luar itu begitu menarik dipandang saat sudah berada di dalamnya. 

"Selamat siang, ada yang bisa dibantu Mas?" sapa salah satu karyawan dengan tersenyum manis kepada keduanya. 

"Eh." Dian menoleh,"he'em ya dek, eh. Mbak maksudku." Terlihat salah tingkah dengan diiringi cengiran karena sudah salah ngomong. Ia mengira yang menyapanya bukanlah karyawan toko tersebut, tapi setelah melihat perempuan di hadapannya juga memakai Id Card yang sama dengan yang lainnnya.

"Mau lihat-lihat dulu dek, eh." Buru-buru menutup mulut.'Ini mulut kenapa salah mulu ya,' batinnya."Hehehe ma-af." Mengatupkan kedua tangan.

Lagi-lagi Si karyawan yang tidak lain adalah Nayla hanya tersenyum manis.

"Ndak papa kok Mas, silakan." Merentangkan kedua tangan, mempersilakan.

Setelahnya Dian beranjak melangkahkan kaki menuju etalase paling ujung yang terdekat dari pintu masuk serta bersebelahan dengan meja kasir. Ia tertarik dengan isi etalase itu.

Sedangkan Dimas, sedari masuk tadi saat pandangannya juga meneliti seisi toko, secara tidak sengaja bertemu tatap dengan seorang gadis yang terseyum sangat manis kepadanya. Pandangannya terkunci pada senyuman itu, bibirnya sedikit terangkat membentuk seulas  senyum tulus, bisa dibilang senyuman pertama yang keluar dari bibirnya yang  cukup jarang tersenyum pada lawan jenis.

Pandangan Dimas tak lepas untuk beberapa saat dari senyuman manis Si gadis yang terlihat masih usia remaja itu. Untuk pertama kalinya  ia melihat senyuman yang amat sangat manis dari orang yang belum dikenalnya dan tidak disangka otaknya merespon serta hatinya pun ikutan  mendorong untuk  membalas  dengan senyuman juga.

Biasanya ia hanya bersikap biasa saja saat ada perempuan yang menebar senyum padanya, cenderung bersikap cuek. Bukannya sombong, tapi memang itulah dirinya yang tak terlalu suka tebar pesona pada perempuan. Akan tetapi tetap saja masih ada banyak yang  modus ingin mendekatinya. 

Pernah ada kejadian dimana ia merespon kemodusan dari teman baru dikelasnya waktu masih SMA, tapi malah yang terjadi selanjutnya  disalah artikan karena teman barunya itu sudah lama ingin mendekatinya. Si teman baru sengaja pindah sekolah demi ingin mendekatinya. Dan tanpa persetujuan darinya Si teman malah mengaku-ngaku jadi teman yang sangat spesial di belakangnya. Dari kejadian itu, dirinya tidak lagi terlalu merespon setiap ada teman perempuan yang mendekatinya dengan adanya niat yang tersembunyi. 

"Dim! Kok masih di situ?" panggil Dian. 

"Hah, eh." Tersadar dari keterpukauannya pada Si gadis pemilik senyuman manis itu. Tersenyum kikuk pada Nana (nama panggilan Si gadis) salah satu karyawan toko Accsesories Collection yang masih dalam masa training berjarak setengah meter di hadapannya.

Nayla yang sedari tadi juga memerhatikan keterpukauan Dimas padanya ikutan senyum, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. 

"Dim, bagusan yang mana jika yang makai cewek?" tanya Dian sembari memperlihatkan dua macam jam tangan cewek padanya.

"Hah!" Lagi-lagi Dimas tidak fokus, justru keasyikkan curi-curi pandang pada Nayla yang sedang melayani pembeli lain.

"Dim, bagusan yang mana?"

"Tanya sama Mbak ... Fira aja deh, mungkin lebih tau, iya kan Mbak?" Melemparkan pertanyaan Dian pada Fira yang jaga pada bagian itu. 

"Ck."  Dian hanya berdecak, sudah pasti Dimas akan seperti itu jika dirinya bertanya perihal kesukaan perempuan, dan sering bilang "aku tak terlalu tau." 

Dimas kembali melanjutkan aksi curi-curi pandang dengan Nayla, entah kenapa hatinya tiba-tiba menghangat setelah melihat senyuman manis Nayla.

****

Berawal dari kejadian di toko tadi siang, malam harinya saat Dimas selesai siaran dan dirinya seperti biasa tidak langsung pulang ke kost-an karena sudah dini hari. Ia merasa tidak enak kepada yang lain kalau pulang di waktu penghuni serta pemilik kost istirahat.

Dimas Nugraha adalah salah satu penyiar radio Adela. Ia juga seorang mahasiswa disalah satu Universitas Negeri di Kota Lumpia.

Di Kota Lumpia ini ia ngekost bersama Dian, teman seangkatannya serta berasal dari kota yang sama meski beda kecamatan yaitu kota Ukir Jepara.

Berkali-kali Dimas memejamkan mata, juga bolak-balik mengganti posisi tidur di sofa panjang depan ruang siaran agar bisa segera terlelap. Akan tetapi sudah lebih dari 30 menit semenjak dirinya merebahkan tubuh, tapi tidak kunjung mengantuk. 

"Argh ...!" Meraup wajah dengan asal."Kenapa ndak kunjung ngantuk sih, kenapa juga tiap merem malah wajahnya yang  terus teringat." Menghela nafas panjang,"hah! Ada apa denganku? Astagfirullah ... kenapa ini, kok malah terus kebayang senyum manisnya Ya Alllah." Kembali meraup wajah.

Dimas benar-benar tidak habis pikir kenapa gadis dengan senyuman manis yang ia temui tadi siang malah membuatnya terus terbayang. Biasanya selesai siaran jam 02.00 pagi ia langsung bisa tertidur hingga waktu Subuh tiba, tapi pagi ini tidak. 

"Cantik juga sih, meski ndak terlalu putih, ndak pakai make up juga, tapi kenapa tetap terlihat menarik ya? Apalagi senyumnya, uh ... manis banget." Malah asyik mengagumi Si karyawan tadi siang.

"Usia berapa ya? Kok, kelihatannya masih remaja." Masih saja ia mengagumi Si karyawan yang tak lain adalah Nayla. 

Dimas masih terus saja terbayang,  wajah ayu serta senyuman manis Nayla yang sudah membuatnya tidak kunjung bisa terlelap. 

****

Tak hanya satu malam saja, akan tetapi setelah kejadian tidak bisa tidur karena terus terbayang akan senyuman manis Nayla. Kegelisahn Dimas masih terus berlanjut hinggga hari-hari berikutnya. Meski Dimas tidak ada jadwal siaran, di tempat kost pun sama, terus saja terbayang senyuman manis serta wajah ayu Nayla saat akan tidur, serta membuatnya terus-terusan terjaga hingga dini hari. 

Dan benar adanya, setelah perjumpaanya kembali dengan Si karyawan pemilik senyuman manis Dimas jadi terus ketagihan dan ingin terus jumpa sampai-sampai ia melakoninya hingga 4 bulan lamanya.

Ada rasa yang entahlah juga kepuasan tersendiri setelah nelihat si pemilik senyum manis yang masih belum ia ketahui namanya karena selama ini Dimas tidak kepikiran untuk melihat Id Cardnya.

Tanpa disadari oleh Dimas selama ini, saat melakukan aksi curi-curi pandang dengan si pemilik senyum manis  di tempatnya bekerja, dengan beberapa kali dalam seminggu datang justru membuat Nayla semakin yakin kalau Dimas adalah salah satu penyiar dari radio yang sering di dengarnya, kurang lebinya selam tiga bulan terakhir.

Nayla Devina memang selalu mendengarkan radio Adela sebelum benar-benar tertidur hampir setiap malam. Berawal dari suatu malam saat ia tidak kunjung bisa memejamkan mata, sementara teman-temannya sudah terlelap, ditambah lagi Nadia yang tidur di sebelahnya mendengkur dengan posisi tidur menghadapnya. Ia yang merasa terganggu dengan suara dengkuran itu mengakalinya dengan menyalakan radio di handphonenya.

Saat tengah mencari-cari saluran yang enak didengarkan ia menemukan satu acara yang awalnya membuatnya terheran serta ingin mendengarkan lagi di hari berikutnya dan keterusan hingga sekarang.

Saking sering ia mendengarkan satu saluran yairu radio Adela membuatnya lama-lama tahu siapa saja penyiar pada jam siar malam, serta mulai hafal dengan suara beberapa penyiar yang sering siaran acara malam di radio itu.

Dan seringnya Dimas datang ke toko tempatnya bekerja meski tidak setiap datang selalu berinteraksi dengannya, tapi karena ia sudah mengenali suara Dimas yang sangat mirip dengan si penyiar radio Adela. Saking yakinnya suatu malam saat hari libur ia memberanikan diri melakukan panggilan suara ke radio Adela yang kebetulan malam itu Dimaslah yang sedang siaran."Masa sudah sering lihat tidak tahu namaku sih Kak," ucapnya saat Dimas menanyakan siapa namanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status