Beranda / Romansa / Hanya Dirimu / 5. Merasa Ragu

Share

5. Merasa Ragu

Penulis: ErliyaA
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-28 09:14:00

Jam weker di meja belajar Novi sudah menunjuk di angka 22.45 wib, dari ketiga anak Bu Hartatik hanya Nayla yang masih terjaga. Ia tidak dapat tidur, sudah mendengarkan radio favorit seperti biasa juga sama, tak kunjung bisa tidur, apa karena bukan pacar penyiarnya ya yang siaran? Entahlah.

Bolak-balik mengubah posisi tidur juga sama, berkali-kali memejamkan mata sembari melantunkan sholawat juga tidak ngefek yang ada justru tambah gelisah karena percakapan tadi siang  terus mengganggu pikirannya.

Percakapan antara orang tuanya dengan Pak Yanto dan istrinya. Dalam percakapan tadi siang, ada satu  permintaan yang sangat mengejutkan dari pasangan suami istri itu. Dan kejadian itu terus saja berputar-putar dalam ingatannya, serta kesanggupannya yang spontan menyetujui permintaan dari pasutri itu sangat membuatnya gelisah.

Sudah hampir satu jam Nayla memikirkan apa keputusannya siang tadi sudah benar ataukah justru sebuah kecerobohan belaka. Kini dirinya benar-benar bingung akan hal itu. 

Siang tadi diriya sudah mantap mengambil keputusan itu, tapi sekarang malah keraguan melandanya. Ia tidak bisa dengan mudahnya menolak semua kebaikan yang telah mereka berikan untuk keluarganya. Akan tetapi jika dirinya mengambil keputusan itu, pasti akan ada hati yang sangat terluka karenanya. Seseorang yang juga sudah memberikan cinta serta kasih sayang yang tulus padanya selama satu setengah tahun ini pasti akan terluka hatinya. 

Apakah dirinya harus melangkah maju ataukah tetap diam di tempat? keputusan yang sudah terlanjur terucap itu pasti akan membuat kecewa jika dirinya diam di tempat tapi jika dirinya melangkah pasti akan ada hati lain yang juga akan sangat terluka karena keputusannya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? haruskah ia jujur ataukah harus beralasan? tapi alasan apa? Nayla benar-benar bingung, gelisah, merasa bersalah dan serba salah, semakin tak karuan yang ada dalam pikirannya. Membuatnya nambah tidak bisa tidur. 

****

"Nduk, bangun! Sudah pagi." Dengan pelan Bu Hartatik menepuk-nepuk lengan Nayla. 

"Hem ...." Membuka mata perlahan, menyesuaikan dengan cahaya kamar yang lampunya sudah kembali nyala. Semalam, karena tak kunjung bisa tidur ia mematikan lampu kamarnya. 

"Sudah pagi, balik lagi ke tempat karja 'kan?"

Hanya anggukan pelan dari Nayla sebagai jawaban.

"Bangun ya, adik juga dibangunkan azan Subuh juga  sudah lewat."

"Cepetan bangun, nanti kesiangan, Ibu tak ke belakang dulu." Setelah ngomong lalu beranjak pergi ke belakang. 

****

"Sudah siap? Cepetan, nanti telat!" perintah Hardi. 

Nayla tak menjawab, setelah bersalaman dengan kedua orang tua serta adik-adiknya dan berpamitan tak lupa juga mengucapkan salam, ia bergegas naik ke boncengan belakang. 

Selama perjalanan menuju terminal tidak ada percakapan sama sekali antara Paklek juga ponakannya, keduanya larut dengan pikiran masing-masing.

"Dipikirkan ulang keputusanmu itu, mumpung belum terlanjur. Lek akan bantu ngomong sama Mbak dan Mas." Melirik ponakannya yang nampak tidak bersemangat.

'Aku udah pikirkan Lek, andaikan ada pilihan aku tak akan mengucapkan kata-kata itu,' batinnya mewakili ngomong. 

"Dengar Lek ngomong 'kan?"

Nayla hanya mengangguk. 

"Kalo keputusan sesuai ucapanmu kemarin dan sudah mantap jujurlah padanya, jelaskan apa yang membuatmu mengambil keputusan itu. Buat dia mengeti dengan posisimu, jangan membuat dia membencimu dan satu lagi kalau kamu ndak jujur pasti dia akan sangat kecewa, tapi saran Lek ya itu tadi, pikirkan lagi  keputusanmu kemarin, ngerti 'kan?"

Kenapa Hardi bicara seperti itu? Ya, karena setelah melihat langsung ada senyuman senang yang ponakannya tunjukkan saat menerima telfon maupun berbalas pesan dengan penelfon kemarin, serta sudah beberapa kali jauh sebelumnya ia juga melihat hal yang sama. Dengan melihat kejadian kemarin, Hardi sudah bisa menyimpulkan kalau seseorang yang telah menelfon waktu di bukit kemarin adalah orang yang spesial dihati ponakannya. 

Meski Nayla belum jadi cerita kemarin, tapi Hardi sangat yakin kalau nama  'Kakak' pasti seseorang yang telah mengisi hari-hari ponakannya selama ini. 

Hardi tidak apa-apa kalau Nayla punya teman yang bisa dikatakan spesial, justru ada rasa ingin mendukung ponakan. Andai saja ponakannya belum terlanjur mengambil keputusan yang sangat berat. 

Dari pengamatannya selama satu tahun terakhir ini, ponakannya memang terlihat sudah kembali ceria seperti sebalum kakak iparnya mengalami kecelakaan, mungkin karena ada obat penawar yang sudah bisa membuatnya sedikit melupakan kejadian itu dan juga kesedihannya karena tidak jadi melanjutkan sekolah.Untuk keputusan tidak melanjutkan sekolah memang Nayla sendiri yang memutuskan, meski sudah berulang kali juga dirinya membujuk, tapi ponaknnya tetap tidak mau. 

Hardi sangat geram dan ingin marah saat Emaknya kemarin sore cerita, bahwa ponakannya malah menetujui permintaan mendadak dari orang serakah yang bertopeng dermawan. Andaikan yang bersangkutan masih ada di temapat ingin rasanya ia menonjok hingga babak belur kedua orang tua itu. 

Disaat senyuman manis ponakannya sudah kembali menghiasi hari-harinya  dengan seenaknya kedua orang tua itu datang, meminta sesuatu yang tak seharusnya pada ponakannya.

Semalam dirinya sudah menanyakannya langsung dan protes kepada mbak dan iparnya, kenapa mengizinkan ponakannya menyetujui perminyaan mengejutkan seperti itu. Tidak lupa dirinya juga menceritakan  semua yang ia lihat serta amati selama ini tentang Nayla yang sudah mempunyai seorang teman spesial yang telah mengembalikan keceriaannya.

Sebuah penyesalan yang sangat besar terlihat dari mbak dan iparnya setelah mendengar semua ceritanya, keduanya tidak pernah tahu juga tidak terlalu memerhatikan putrinya. Senyuman manis juga keceriaan Nayla selama ini keduanya kira karena putrinya merasa senang setelah bekerja dan punya banyak teman dari luar kota yang sangat baik pada Nayla tapi ternyata ada hal lain juga.

Pada akhirnya mbak juga iparnya meminta dirinya untuk menasehati Nayla karena keduanya sangat percaya bahwa hanya dirinya yang bisa tegas saat menasehati Nayla.

"Ngerti ndak sih La, dengan apa yang barusan Lek ucapkan?" ulang Hardi karena Nayla hanya diam dan menunduk. 

"Iya Lek, Ela ngerti," ucapnya dengan meminta tangan kanan Hardi untuk disalim."Ela berangkat, assalamu'alaikum." Pamitnya lalu beranjak naik bus.

Inginnya Hardi memarahi juga mengumpati ponakannya, tapi hatinya sangat menolak. Andaikan kemarin dirinya tidak buru-buru pergi karena ada hal penting yang lain, sudah ia pastikan dirinya akan melarang, tapi kejadian kemarin sudah terlanjur terjadi, penyesalan sudah pasti datangnya belakangan. Entah nanti usahanya untuk membujuk berhasil atau tidak, ia tidak tahu.

Seandainya ia tetap masih di tempat, tapi Nayla ya tetap Nayla, meski masih remaja tapi jika sudah mengambil keputusan tidak ada dari keluarganya yang bisa mencegah. Dan ini sudah kali kedua ponakannya itu mengambil keputusan berat tentang masa depannya. Hardi sangat berharap dan berdoa semoga ponakannya itu berubah fikiran dan menolak keinginan pasangan serakah yang  bertopeng dermawan itu. 

Hembusn nafas penuh kekesalan keluar dengan cepatnya mengakhiri lamunan Hardi. Ingin marah tapi nantinya malah membuat Nayla banyak pikiran, tapi kalau nggak marah kekesalannya pada pasangan suami istri itu akan semakin bertambah. 

***

Selama perjalanan pikiran Nayla benar-benar tak tenang, keputusannya kemarin yang telah terucap dari mulutnya sangat membuat hatinya gelisah dan merasa serba salah. Dirinya bingung, haruskah berhenti dan melanjutkan kisah cintanya ataukah lanjut serta pasrah dengan apa yang akan terjadi? Itulah yang harus ia pertimbangkan. 

Keraguan semalam mulai muncul lagi dalam dirinya, kemarin dirinya sangat yakin saat menyanggupi keinginan dari pasangan suami istri yang sudah sejak lama menganggap dirinya bagian dari keluarganya. Akankah bisa jika ia terus lanjut? Entahlah. 

.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hanya Dirimu   54. Salah Paham

    "Baru pulang?" tanya pak Kusdi yang baru berhenti, lalu turun dari motor."Nggeh Pak. Ngisi juga," jawab Agus sembari melihat jok motor pak Kusdi yang langsung dibuka.Pak Kusdi mengangguk, lalu melangkah masuk ke dalam toko, mungkin ingin membeli sesuatu sekalian mengisi bahan bakar kendaraannya."Pantesan yang di rumah keenakan ketemuan setiap pagi, tambah lengket juga ke adiknya. Lha ditinggalnya seharian sih, tiap hari pula. Ck." Berdecak dan menggeleng, lalu melanjutkan gumamannya. "Ndue bojo seh bocah yo ngonolah, seh kakean polah (punya istri masih remaja ya begitulah, pastinya kebanyakan tingkah). Hn, begituhlah kalau sudah menampik yang sudah jelas tahu ini-itu, tapi yang didapat malah bocah. Bocah ngono wae ko nggolekine adoh-adoh." Bu Wati dengan sengaja bergumam seperti itu serta sekilas melirik sinis saat Agus tengah memundurkan motor sebelum meninggalkan lokasi karena masih menunggu kembalian dari si penjual bensin. Meski hanya gumaman, tapi Agus sebenarnya mendengar se

  • Hanya Dirimu   53. Ada Apa Lagi Ya?

    "Kenapa bisa tumpah?" tanya Nayla sembari membalikkan panci berisi mie rebus yang telah tumpah diatas kompor. "Bisalah," sahut Andi sembari terus meniup jari tangannya yang masih terasa panas akibat memegang panci tanpa alas."Kok sampai pancinya tengkurep seperti ini," gumam Nayla pelan, tapi masih bisa didengar oleh Andi yang memang masih berdiri tak jauh jadi tempat Nayla berdiri. "Bisalah, kan tadi panas banget Nay," sahut Andi cepat.Mendengar sahutan Andi, Nayla langsung menoleh. "Ngangkatnya ndak pakai lap? Trus karena panas langsung pancinya kamu lempar?"Andi langsung mengangguk, sedangkan Nayla menggeleng. "Kan ada lap di dekat kompor. Kalau langsung kamu pegang emang panas banget. Ap .…""Ndak kepikiran, keburu laper Nay," sahut Andi cepat, memotong ucapan Nayla sembari melangkah, sepertinya ingin duduk. Nayla menghela nafas dan menggeleng mendapati tindakan ceroboh iparnya yang kini sudah mulai duduk. Lalu, mengambil segelas susu coklat yang sudah dibuat sendiri di ata

  • Hanya Dirimu   52. Cintaku Suci

    Dimas menghela nafas dan menggeleng ketika masuk kamar karena kembali mendapati pemandangan yang sama. Dian masih saja setia rebahan dari sebelum ia mandi hingga sekarang. Sudah jadi kebiasaan teman satu kamarnya itu kalau hari libur. Seperti pagi ini, bermalas-malsan sembari mendengarkan musik dari aplikasi Yu Kub. Walau menangis pilu hati ini Sayangku akan tetap abadi Sampai akhir masa kan kunanti Hanya kau yang aku sayangiPemuda yang sedang tengkurap di pembaringan itu ikut menyanyikan lagu yang sedang terputar. Sumpah mati bukan maksud di hati Tuk meninggalkan dirimu oh kasih Kumelangkah pergi karna janji Usah kasih engkau bersedih Cintaku suci … hanya satu untuk dirimu Ku percaya padamu … kasih ku akan menunggumuLanjutnya diikuti gerakan menikmati musik. Namun, Dimas justru diam ditempat begitu mendengar lirik, 'cintaku suci … hanya satu untuk dirimu.' Bibirnya pun siap bergetar andaikan tidak segera digigitnya kuat.Entah kenapa dengan hatinya yang begitu sensitif sa

  • Hanya Dirimu   51. Hal Tak Terduga

    'Katanya sudah dapat menantu cantik, rajin, baik, ini-itu ada semua, tapi anaknya kok masih jalan sama mantan. Itu si mantu masih ada yang kurang atau justu anaknya yang masih menginginkan mantan?''Mantunya tetangga yang sering kalian banggakan itu.'Ucapan bu Wati tadi, sebelum acara Istigosah yang rutin diadakan setiap hari Sabtu dimulai kembali berputar. Entah kenapa kalimat itu seolah-olah ditunjukkan padanya, sebab setelah perempuan paruh baya itu berucap, ibu-ibu yang lain pun saling berbisik dan bersusulan meliriknya. Bermacam ekspresi pun menghiasi wajah mereka. 'Sudah dapat menantu cantik, rajin, baik, serta ini-itu, ta-pi anaknya masih jalan sama mantan? Itu siapa ya?' Nayla bertanya-tanya dalam hati. Ia termenung dan mencoba mencerna maksud dari ucapan tetangganya itu.'Siapa yang sudah punya menantu sesuai yang diucapkan, tapi anaknya masih menjalin hubungan dengan mantannya?' Masih diulang karena tak kunjung menemukan jawabannya.'Kok setelah ibu yang tadi mengatakan ma

  • Hanya Dirimu   50. Ketahuan

    Ketiga pria dewasa itu saling pandang ketika teman satu profesinya turun dari kendaraan yang beberapa detik tadi berhenti, lalu disusul seorang perempuan.'Sama siapa dia?' Satu pertanyaan yang sama mewakili benak masing-masing. Mereka juga kompak mengernyit saat mengetahui siapa perempuan itu. "Siap-siap ada kehebohan," gumam Heri sembari melirik perempuan itu. "Lupakah kalau sekarang udah ada yang menanti," timpal Imron. "Kasihan, ban motornya bocor," ucap Agus sembari berlalu. "Kira-kira bakal ada kehebohan gak setelah ini?" tanya Heri setelah Agus benar-benar meninggalkan lokasi. "Entah," sahut Imron yang masih menatap laju motor Agus yang sudah sampai pinggir jalan. "Menurut kalian seandainya Agus beneran jadi sama ponakannya Budhe cocok gak?" tanya Heri lagi sembari melirik kedua temannya yang masih menatap ke jalan. Kedua pria dewasa di hadapannya kompak menggeleng. "Cocok sama yang sekarang sih, meski masih bocah, tapi tingkah laku dan pikirannya terlihat lebih dewasa.

  • Hanya Dirimu   49. Masih Belum Tahu

    [Lagi apa Na] [Sibuk gak][Balas dong Na][Pasti lagi sibuk, maaf kalau ganggu]Empat chat dari Faiz terkirim tiga puluh menit yang lalu baru Nayla buka. Ia menghela nafas setelah membaca. Sejak pertemuan mereka disuatu pagi, pemuda yang sampai saat ini masih menyimpan rasa cinta untuknya, serta belum tahu akan status yang sudah hampir empat bulan disandangnya ini telah ganti. Hampir setiap hari pemuda itu mengirim pesan padanya, entah tanya kabar atau aktivitas. Tak hanya itu, karena tlah berulang kali ingin melakukan panggilan vidio, namun untuk ajakan itu berhasil ditolak dengan berbagai alasan yang sekiranya bisa meredam rasa penasaran.Mungkin kesempatan bertemu yang memang hanya sebentar bagi pemuda itu terasa belum cukup, serta beberapa pertanyaan khusus untuknya masih menggantung jawabannya. Maka dari itu, Faiz selalu saja meluangkan jarinya beberapa detik untuk mengetik sesuatu yang sepele tapi mampu membuatnya berdebar kala langsung mendapat tanggapan dan merasakan sensasi

  • Hanya Dirimu   48. Ada Rasa Tak Suka

    'Dimana ya?' Meneliti jejeran barang yang tertata rapi pada rak di hadapannya.Siang ini Nayla tengah belanja di toko Sedanten, toko yang paling besar dan serba ada di desa suami untuk kedua kalinya. Bukannya toko terdekat tidak ada barang yang dituju, tapi sekalian nebeng Andi yang ingin ke counter beli paket data, serta di sini lebih lengkap.Apa yang ingin dibeli sebenarnya sudah semua, tinggal satu pesanan Andi yang belum ketemu. 'Di situ ternyata.' Terlihat lega setelah menemukan apa yang tengah dicarinya. Namun, saat tangannya terulur, hendak mengambil barang yang sejak tadi dicarinya seketika sudah dalam genggaman tangan orang lain. Setelah diam di tempat beberapa detik, tangannya yang masih terulur itu ditarik. Menyempatkan diri menoleh dan mengulas senyum pada seseorang yang ada di dekatnya. "M-mbak, kasir yang kemarin ya?" tanya Nayla pada seseorang itu. Yang bersangkutan perlahan mengangkat wajah, tapi diam saat bertemu tatap dengannya."Sampean itu yang jadi kasir di tok

  • Hanya Dirimu   47. Tak Sengaja Bertemu

    'Ternyata cocok juga pakai kemeja ini, kelihatan lebih muda, balik lagi kaya dulu,' batin Agus memuji diri sendiri. 'Pinter tenan istriku milihin baju,' lanjutnya sembari terus menatap pantulannya pada cermin sembari jemarinya memasukkan kancing pada lubangnya. "Eh, samaan ternyata. Sengaja ya?" ucapnya ketika Nayla sudah berdiri di dekatnya, sedang menyisir rambut. 'Eh. Kok malah kembaran begini ya?' Melirik pakaian yang tadi dipilihnya untuk sang suami ternyata warnanya sama-sama biru muda dengan yang dipakai. Ia menghembuskan nafas lega saat melirik bawahan yang dipakai beda warna. "Dek. Mas, pakai pakaian begini kelihatan seperti anak muda lagi kan?" Membusungkan dada serta menirukan gaya ala anak remaja sedang tebar pesona. "Selama ini merasa udah tua? Atau Mas pakai baju seperti mbah-mbah," sahut Nayla asal tanpa melihat suaminya."Sudah ndak malu lagi ya?" bisik Agus tepat di samping Nayla diiringi senyuman. "Mau mulai lagi? Nanti ndak jadi pergi lho." Memundurkan waja

  • Hanya Dirimu   46. Menggodanya

    Tangannya bergerak ingin merekatkan dekapannya, namun yang terjadi selanjutnya tangan itu seketika berhenti meraba-raba tempat pembaringan di sebelahnya yang ternyata sudah kosong. 'Deg' suara degub itu seketika memaksa penglihatannya untuk terbuka dan menepis jauh-jauh rasa kantuk yang masih ingin menguasai. Seklebatan kejadian dua malam berturut-turut membuatnya buru-buru bangun dari pembaringan.Ada rasa yang entahlah dan sedikit sulit dijelaskan jika mengingat kejadian yang telah membuatnya terjaga selama dua malam berturut-turut.Kejadiannya ketika baru beberapa menit memejamkan mata, ia samar-samar mendengar segukan Nayla yang dilanjutkan ucapan maaf berulang kali dengan diiringi lelehan yang telah membasahi wajah ayunya. LDia sempat panik dan bingung karena istri kecilnya tak kunjung membuka mata walau sudah dibangunkan. Syukur alhamdulillah pada akhirnya terucap walau dalam hati saat Nayla benar-benar berhenti segukan bersamaan dengan si penyiar radio yang sudah kembali memut

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status