Home / Rumah Tangga / Hanya Istri Figuran / Jangan Lupa Kabarin Aku

Share

Jangan Lupa Kabarin Aku

Author: Nhaya_97
last update Last Updated: 2023-11-29 15:15:09

Thania mengendap-ngendap keluar dari rumah megah itu sebab hendak pergi menemui Hans yang ingin bicara banyak dengannya.

Ia kemudian menghela napasnya dengan lega karena ternyata William tidak ada di rumah. "Mobilnya sudah tidak ada di garasi. Aku yakin, dia sedang mencari keberadaan Mhika lagi agar segera bisa kembali padanya," ucapnya lalu masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari rumah itu.

Menyusul Hans yang menunggunya di sebuah gedung di mana Hans tinggal kini. Di sebuah apartemen yang tidak diketahui oleh siapa pun selain Thania yang ia pun baru tahu tempat tinggal sahabat dekatnya itu.

"Halo, Hans. Aku sudah di depan pintu apartemen kamu." Thania menghubungi Hans.

"Oh, iyaa. Tunggu sebentar, yaa. Aku baru selesai mandi soalnya."

Thania terkekeh pelan. "Ya sudah," ucapnya kemudian menutup panggilan tersebut.

Tak lama kemudian, Hans keluar dan membukakan pintu untuk perempuan itu. Thania masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang tengah.

"Maaf, yaa. Masih berantakan. Aku baru satu minggu ada di sini soalnya."

"Nggak apa-apa. Kamu dapat nomor aku dari siapa? Nomor kamu kenapa diganti?"

"Aku ganti nomor dan lupa nggak save nomor kamu. Karena banyak yang chat aku, makanya aku ganti aja. Dan akhirnya malah lose kontak sama kamu. Padahal aku mau ngabarin kalau studi aku sebentar lagi selesai. Dan ternyata kamu udah di sini duluan."

Thania tersenyum tipis. "Iya. Aku kerja jadi sekretaris pribadi Willy selama lima tahun, dan selama itu pula aku mengaguminya. Sampai akhirnya kami menikah setelah dia berhasil menjebakku." Thania menelan salivanya dengan pelan.

Hans menganggukkan kepalanya. "Iya. Tadi Winda sudah cerita semuanya. Kenapa bisa, dia memiliki hati yang busuk seperti itu? Demi seorang anak dan agar orang tuanya berhenti mengatainya menyimpang, dia malah membohongi kamu seperti ini. Pernikahan kalian legal, terdaftar di agama dan negara. Tapi, dia malah mempermainkan pernikahan ini."

Hans tampak geram. Tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti ini oleh William yang tidak punya hati dan bisa-bisanya menjadikan Thania sebagai tumbal agar ia bisa leluasa mencari keberadaan kekasihnya itu.

"Entahlah, Hans. Aku juga merasa dirugikan. Tapi, mau gimana lagi. Semuanya sudah terjadi. Aku tidak bisa mengembalikan utang orang tuaku kepadanya. Sebanyak sepuluh miliar. Mana mungkin aku dapatkan dalam waktu cepat."

Hans menghela napas pelan. "Maafkan aku, Thania. Uang segitu aku masih belum punya. Andai aku punya, sudah kuberikan pada kamu dan kamu bisa terbebas dari jeratan William. Tapi, apakah kamu masih mencintainya?" tanya Hans ingin tahu mengenai perasaan Thania.

Perempuan itu tersenyum tipis. "Aku dulu memang mencintainya. Bahkan pernikahanku dengannya merupakan salah satu impian yang terwujud. Tapi, setelah tahu semuanya, harapan dan ekspetasi itu sirna seiring dengan kenyataan pahit yang harus aku telan."

Thania mengusap air matanya. Menangis jika mengingat kejahatan yang dilakukan oleh William kepadanya. Hans kemudian menarik tangan Thania dan memeluknya kembali.

Tumpah lah air mata perempuan itu di dalam dekapan hangat Hans yang memang selalu ada untuknya di saat seperti ini. Tangannya menggenggam erat kaus yang dikenakan oleh Hans sembari terisak lirih.

"Aku menyesal karena telah mencintainya, Hans. Aku pikir, mencintai William tidak salah, Ternyata, itu semua dipatahkan oleh kenyataan di mana William hanya mencintai gadis di masa lalunya. Yang belum tentu perempuan itu masih menginginkannya."

Hans mengusapi punggung perempuan itu dengan lembut. "Jangan putus asa, yaa. Kamu masih berhak bahagia. Jika dia sudah kembali, aku harap kamu bisa menerimanya dengan lapang dada."

Thania mengangguk dengan pelan. "Aku akan menerimanya, Hans. Pernikahan toxic seperti ini tidak perlu aku pertahankan. Tapi, aku ingin memberinya pelajaran."

Thania melepaskan pelukan itu kemudian mengusap air mata di pipinya. "Dia memberiku surat perjanjian yang sudah kami sepakati. Dan di dalamnya, aku tidak boleh dekat dengan pria lain karena tidak mau orang tuanya tahu. Dan aku juga tidak boleh memberi tahu siapa pun tentang pernikahan kontrak ini.

"Tapi, aku sudah tidak kuat. Aku ingin menceritakan semuanya ke kamu karena kamu adalah sahabat dekat aku. Bahkan pada Winda pun aku memberi tahunya. Dia sangat licik, Hans. Dengan seenak jidatnya dia mencari keberadaan Mhika, tapi aku tidak boleh menjalin hubungan dengan siapa pun. Sepertinya dia ingin aku menderita."

Hans mengusapi lengan Thania dengan lembut seraya menatapnya dengan lekat. "Kamu berhak bahagia, Thania. Jangan dengarkan ataupun terlalu patuh dengan perjanjian yang sudah kamu sepakati. Karena suatu hari nanti kamu akan dibuang olehnya, kan?"

Thania mengangguk pelan. "Iya. Jika dia sudah kembali, aku akan dibuang." Thania tersenyum lirih kemudian menundukan kepalanya.

"Hans. Seharusnya kedatangan kamu di sini aku sambut dengan baik. Kita party dan tanya, kamu kerja di mana. Malah curhat tentang rumah tangga aku."

Hans tersenyum tipis. "Aku jadi GM di sebuah perusahaan milik Om Reynold di Aliian Group. Kebetulan GM di sana udah pensiun, dan aku yang maju."

Thania manggut-manggut dengan pelan. "Congrats, yaa. Seenggaknya kamu bisa buktiin ke mama dan papa kamu kalau kamu bisa hidup tanpa mereka."

Hans tersenyum lagi sembari mengulas senyumnya. "Aku senang, karena bisa ketemu sama kamu di sini. Aku pikir, kita nggak akan pernah ketemu lagi karena nggak pernah saling tukar kabar lagi."

"Aku juga nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini. Rumah kita nggak terlalu jauh. Tapi, rumah itu hanya sementara. Aku harus melunasi utangku dengan menunggu kedatangan Mhika yang entah di mana dia berada."

Thania kembali menghela napasnya dengan panjang kemudian menoleh pada Hans. "Gimana kalau malam ini kita party? Udah lama banget nggak makan masakan kamu."

Hans terkekeh pelan. "Ada juga kamu, yang masak. Malah aku terus yang masak. Tapi, karena kamu lagi bad mood, biar aku aja yang masak. Barbeque?"

Thania mengangguk dengan semangat. "Yaps! Your made nggak pernah gagal."

Hans geleng-geleng kemudian tersenyum kembali. "Tapi, kamu nggak akan dicari oleh suami kamu? Kalau nanti dia lacak keberadaan kamu, gimana? Jangan sampai nanti gara-gara aku hubungi kamu dan minta kamu ke sini, malah masalah kamu jadi tambah runyam."

Thania menghela napas kasar. "William nggak save lokasi aku ada di mana. Jadi, aman." Thania menerbitkan senyumnya kepada lelaki itu.

"Ya sudah kalau begitu. Aku siapkan grill-nya dulu. Kamu pasti belum mandi, kan? Mandi dulu gih."

"Tahu aja kalau aku belum mandi."

"Bau."

"Ish! Hans! Ngeselin banget. Baru ketemu sehari udah bikin emosi," ucapnya lalu mengerucutkan bibirnya.

Hans terkekeh pelan. "Kalau kayak gini kan, aku kenal kamu. Thania si tukang manyun. By the way, kalau kamu udah cerai sama Willy, jangan lupa kabarin aku."

Thania menaikan alisnya sebelah mendengar ucapan dari lelaki itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hanya Istri Figuran   TAMAT

    Hans kemudian mengecup kening perempuan itu lalu mengusapinya dengan lembut. Menatap wajah Thania penuh dengan cinta."Jauh dari kamu itu aku gak bisa. Apalagi di saat-saat seperti ini. Aku akan selalu ada di samping kamu, Sayang. I'm promise."Thania menganggukkan kepalanya. "Iya, Hans.""Kalian ini. Udah mau punya anak dua pun masih saja romantis-romantisan. Bener-bener pasangan romantis," celetuk Maria menggoda anak dan menantunya itu yang menebar keromantisan di depan mereka tanpa ada rasa malu sedikit pun.Hans menerbitkan senyumnya. "Anak itu pelengkap rumah tangga. Untuk romantis pada pasangan itu wajib. Supaya tetap harmonis dan langgeng.""Amin. Memang kamu ini dari dulu pun sangat peduli pada Thania. Apalagi sekarang, sudah jadi istrinya.""Itu Mami tahu. Masih aja komentar kalau lihat aku memperlihatkan kepedulian aku pada Thania."Maria terkekeh pelan. "Nggak nyangka aja. Kamu akan tetap seperti ini kepada Thania. Tidak pernah malu memperlihatkan keromantisan di mana pun d

  • Hanya Istri Figuran   I Trust You!

    Hans mengangguk dan mengulas senyumnya. "Pasti! Terima kasih, sudah mempercayakan aset ini kepada Devan, Kak Thomas. Aku akan menjaga rumah sakit ini dengan baik sampai Devan dewasa dan berhak tahu akan hal ini." "Terima kasih, Hans. Jaga Thania dan Devan dengan baik, sayangi mereka. Jangan pernah mengecewakan mereka. Kamu sudah Tuhan takdirkan untuk menjaga keponakan kami." Hans kembali tersenyum dan mengangguk. "Iya, Kak. Aku akan memegang teguh janjiku pada Tuhan bahwa aku akan selalu menjaga dan melindungi mereka. Aku pastikan, mereka selalu bahagia." Thomas menganggukkan kepalanya. "Jangan pernah lupakan kami, Thania. Kami akan selalu menyayangi kamu juga menganggap kamu sebagai keluarga kami. Jangan pernah lupakan itu." "Iya, Kak. Kakak jaga diri, ya. Semoga keluarga Kakak selalu dalam lindungan Tuhan. Dan sekali lagi terima kasih untuk aset yang diwariskan kepada Devan. Seharusnya kalian tidak usah repot-repot memberikan ini." "No problem. Sudah seharusnya Devan mendapatka

  • Hanya Istri Figuran   Tolong Jaga Aset ini

    Pukul 07.00 Pagi.Thania mengikuti saran dari Hans untuk memeriksa kehamilannya menggunakan alat tes kehamilan. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi dan menunggu hasil tersebut.Tampak perempuan itu menghela napasnya dengan panjang sembari menunggu hasilnya keluar. Setelah lima menit, Thania mengambil alat tersebut dan melihat hasilnya.Thania tersenyum kala melihatnya. Ia pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri Hans yang tengah mengenakan kemeja kerjanya."Hans?" panggil Thania dengan suara lembutnya."Hows, Honey?" tanya Hans yang sudah tidak sabar ingin tahu hasilnya.Thania menerbitkan senyum kepada suaminya itu. "Seperti yang kamu duga. Dua garis.""Serius?" tanya Hans begitu antusias.Thania mengangguk. "Ya! You're gonna be a father."Spontan lelaki itu memeluk sang istri. Betapa senang ia rasakan karena hasil yang memang sangat ia harapkan."Kita ke rumah sakit sekarang, ya," ucap Hans dengan lembut.Thania mengangguk. "

  • Hanya Istri Figuran   Seperti Anaknya Sendiri

    Ia lalu duduk kembali dan menatap sang anak yang tengah menatap paman yang tidak ia ketahui itu."Baik. Kamu apa kabar? Ini, anak kamu?"Thania mengangguk. "Aku baik. Dan ya, dia Devan. Zayden Devandra. Anakku."Thomas tersenyum lirih kemudian menatap sayu wajah keponakannya itu. "Kamu tampan sekali, Nak. Matamu, mirip sekali dengan ayahmu."Thania tersenyum tipis. Memang, mata Devan sangat mirip sekali dengan William. Dan itu tidak bisa dia pungkiri."Maafkan kami, karena tidak pernah mengunjungi kamu. Semenjak ditinggal Mami, kondisi Papi semakin drop. Sakit-sakitan."Thania menutup mulutnya. "Kak. Kakak serius?"Thomas mengangguk. "Iya. Bukannya kami tidak ingin menjenguk kamu dan melihat anak kamu. Tapi, aku tidak punya waktu, Papi sakit dan Andrew sedang ada masalah dengan istrinya."Kami hancur, Thania. Perusahaan yang dipegang oleh William ditutup karena banyak kasus di dalamnya termasuk kematian Erald, kakaknya Hans. Me

  • Hanya Istri Figuran   Harapan Thania

    Hans lalu menarik wajah perempuan itu dan kembali meraup bibirnya dengan lembut. Menyesapnya penuh dengan nafsu dengan tangan bergelirya di atas gundukan kenyal nan padat itu hingga membuat Thania membusung spontann merasakan tangan kekar itu menyentuhnya.Tubuhnya kini dibawa di atas tempat tidur. Merebahkan tubuh perempuan itu kemudian menurunkan kepalanya dan kini tengah berada di depan kedua gundukan itu dan menyesapnya satu persatu dengan lembut.“Euumpphh!” lenguhnya seraya mencengkeram erat sprei yang ada di sampingnya.Isapan yang penuh itu membuat gairah Hans semakin bangkit. Telinganya yang sedari tadi mendengar desahan dari mulut Thania semakin membuatnya tak karuan.Ia lantas menyelesaikan permainan di atas gundukan kenyal itu. Hendak membawa masuk miliknya ke dalam goa yang pernah terbawa mimpi karena ingin merasakannya lagi.Hans menyatukan dirinya di bawah sana dengan mata menatap wajah Thania yang sudah bersiap merasakan gempuran

  • Hanya Istri Figuran   Amunisi Sebelum Pergi

    Satu tahun kemudian ....Hari ini adalah hari ulang tahu Devan yang kesatu. Perayaan yang begitu mewah dan megah di sebuah hotel yang ada di kota tersebut.Para tamu undangan sudah hadir memberikan selamat kepada Devan yang kini sudah menginjak satu tahun."Selamat ulang tahun untuk anaknya, Pak Hans," ucap salah satu tamu memberikan selamat kepada Hans untuk Devan."Terima kasih, Pak. Terima kasih juga sudah hadir di acara ulang tahun anak kami," ucapnya sembari tersenyum kepada lelaki itu.Sebuah lagu dinyanyikan dalam acara yang sudah dimulai itu. Thania tampak bahagia menyanbut hari ulang tahun anaknya tersebut."Nggak kerasa ya, udah satu tahun aja usia Devan. Perasaan baru kemarin, masih merangkak. Sekarang udah mulai bisa jalan," ucap Maria kepada anaknya itu.Hans menganggukkan kepalanya. "Iya, Mi. Dan bentar lagi Cyntia mau punya anak. Nanti disusul Thania satu tahun lagi.""Mau kasih adek buat Devan ceritanya?" tanya Maria kemudian.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status