Anna tidak bisa menerima kenyataan bahwa calon menantu idamannya menolak untuk memiliki keturunan. Jika bisa memilih, wanita paruh baya itu lebih menginginkan cucu yang lahir dari rahim Sandra. Dengan latar belakang keluarga Sandra yang merupakan keluarga ternama di bidang bisnis, tentu saja membuat keluarga Davis lebih memilih keluarga Brooks untuk jadi besannya dibandingkan keluarga Montana. Namun, Raymond membawa kabar yang bertolak belakang dengan keinginan kedua orang tuanya. Velicia yang merupakan menantu resmi mereka telah dipastikan sedang hamil saat ini oleh dokter, sehingga mereka harus menerima kenyataan jika cucunya lahir dari rahim orang kelas rendahan. "Bukankah ini lebih baik daripada aku harus mencari bayi yang bisa kita adopsi, Ma?" tanya Raymond dengan sedikit kesal. Bagaimana dia tidak kesal, jika sang ibu menyalahkannya atas sikap Sandra yang tidak mau mempunyai keturunan. Bahkan Raymond sudah berusaha dengan keras membujuk dan juga meluluhkan hati dari putri
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Velicia ragu-ragu.Arion tersenyum. Pandangan matanya tidak lepas pada sosok wanita yang ada di hadapannya."Apa rencanamu selanjutnya, Ve?" tanyanya serius.Velicia menatap Arion sembari memaksakan senyumnya. Matanya yang berkaca-kaca itu memperlihatkan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam."Aku akan mempertahankan bayi ini," jawabnya dengan penuh keyakinan.Arion dapat melihat kesungguhan hatinya. Tanpa disadari oleh Velicia, pria di depannya itu merasa sangat bersyukur mendengar jawaban tersebut darinya."Terima kasih, Ve. Aku akan membantu untuk mempercepat perceraian mu. Dengan begitu kita bisa--""Apa maksudmu?" sahut Velicia sembari mengerutkan keningnya."Tolong jaga baik-baik bayi kita. Jangan ragu untuk meminta apa pun dariku. Aku sungguh sangat bersyukur dan sangat berbahagia karena Tuhan telah mengabulkan doaku selama ini," tutur Arion dengan binar kebahagiaan yang terlihat dari kedua matanya."A-apa maksudnya?" tanya Velicia kembali dengan r
Setelah mendengarkan hasil prediksi perhitungan yang dilakukan oleh dokter Bella mengenai usia kandungan Velicia dengan malam panas antara sang mantan kekasih itu, Arion memantapkan diri untuk membantu mempercepat perceraian Velicia dengan Raymond, agar bisa secepatnya menikahinya. Hati Arion sangat bahagia saat ini. Pasalnya, wanita yang sangat dicintainya sedang mengandung buah cinta mereka. "Aku harus segera merebutnya," gumamnya dengan penuh keyakinan.Saat itu juga dia mencari nomor Velicia untuk menghubunginya. Akan tetapi, ada panggilan masuk yang membuatnya menunda keinginannya. "Halo. Ada apa?" tanyanya dengan tegas. Seperti Arion yang biasanya dikenal sangat tegas pada semua orang di sekitarnya.Suara seorang pria membalas sapaannya. Pria tersebut adalah orang kepercayaan Arion yang ditugaskan untuk mengawasi dan merawat apartemen milik pribadinya. Selama beberapa menit CEO tampan itu mendengarkan dengan baik semua laporan yang disampaikan oleh sang penelpon. "Jangan dibe
"Apa maksud dari pesan yang Anda kirim tadi, dok?" Suara seorang wanita dari arah pintu ruangannya membuat dokter Bella mengalihkan pandangannya ke arah tersebut. Dokter wanita yang juga merupakan pemilik ruangan itu pun tersenyum."Selamat datang kembali, Velicia. Duduklah," ujar sang dokter sembari tersenyum ramah menyambut kedatangan pasiennya.Velicia pun duduk pada kursi yang ada di hadapan sang dokter. Dia memasang wajah serius, menunggu dokter wanita itu menjelaskan semua padanya. Kebetulan sekali pasien terakhir sudah keluar beberapa menit yang lalu sebelum Velicia masuk ke ruangan tersebut, sehingga mereka bisa berbicara tanpa ada gangguan dari luar.Dokter Bella menceritakan dari awal pertemuannya dengan Raymond dan juga seorang wanita muda yang bernama Sandra. Tidak ada yang ditutup-tutupi sang dokter dari Velicia. Dokter wanita itu sudah sangat nyaman berbicara dengan Velicia, sama seperti ketika dia sedang berbicara dengan Arion, sahabatnya."Untung saja Raymond dan Sand
Velicia duduk di lobi rumah sakit dengan perasaan yang bercampur aduk. Hati dan pikirannya tidak sejalan. Ada rasa marah karena bertolak belakang dengan keinginannya untuk tidak memiliki anak saat ini. Apalagi anak dari Raymond, suaminya.Namun, ada rasa bahagia dalam hatinya. Selama ini, dia sangat mendambakan hadirnya seorang anak dalam rumah tangganya dengan Raymond. Hanya saja semuanya telah berubah. Keinginan itu tak lagi ada."Kenapa harus sekarang? Kenapa pada saat aku ingin bercerai darinya?" gumamnya lemah. Sepasang mata hazel itu berkaca-kaca. Tatapan matanya kosong, tidak kuasa menerima kenyataan yang sedang dihadapinya."Apa yang sekarang harus aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri.Tiba-tiba saja terdengar dering telpon yang berasal dari dalam tasnya. Dengan enggan Velicia mengambil ponselnya, dan menjawab panggilan telpon itu tanpa melihat nama si penelpon yang tertera pada layar ponselnya."Dokter Bella?" celetuknya kaget, setelah mendengar suara si penelpon.*******
"Ha-hamil?!" Raymond tercengang. Akan tetapi, dalam hatinya merasa sangat bahagia. Saat itu juga dia meninggalkan tempat tersebut tanpa mengucapkan terima kasih pada sang perawat yang telah memberikan informasi padanya.'Ternyata Dewi Fortuna telah berpihak padaku,' batinnya sambil tersenyum menyusuri koridor rumah sakit untuk mencari sang istri. Langkah kakinya terasa begitu ringan, seolah tidak ada beban yang dirasakannya saat ini. Raymond berjalan cepat sembari melihat di sekitarnya untuk mencari sosok wanita yang telah membuatnya menjadi seorang ayah.Tepat pada saat itu, dia melihat sang istri keluar dari ruangan dokter yang sudah dikenalnya. Hanya saja, ada sesuatu yang mengganggu penglihatannya. Tidak ada kebahagiaan yang terpancar dari wajah cantik istrinya. Velicia terlihat seperti terbebani saat keluar dari ruangan sang dokter."Apa ada yang salah dengan kandungannya?" gumam Raymond tanpa mengalihkan pandangannya pada sang istri yang sedang berjalan menuju ke arah lift.Ha
Velicia menemui dokter spesialis kandungan yang direkomendasikan oleh Arion. Dia berniat konsultasi mengenai keinginannya untuk mencegah kehamilan."Saya Velicia Montana, dok. Arion merekomendasikan anda pada saya," tutur Velicia setelah dipersilahkan duduk di hadapan sang dokter.Dokter wanita itu tersenyum sembari mengulurkan tangannya. "Saya dokter Bella. Arion sudah menghubungi saya. Kami berteman sejak di bangku sekolah dasar, dan setelah itu kami selalu bersekolah di tempat yang sama. Bisa dikatakan seperti saudara sepupu, mungkin," ujarnya sambil terkekeh.Velicia tersenyum malu. Dia merasa rendah di hadapan dokter cantik yang mempunyai hubungan dekat dengan pria masa lalunya. 'Apa mereka mempunyai hubungan lebih serius dari sekedar berteman?' tanyanya dalam hati.'Dokter Bella cantik dan juga mapan. Sangat mustahil jika Arion tidak mempunyai perasaam khusus padanya,' sambungnya dengan merasakan sakit pada hatinya.'Tapi, arion berhak bahagia. Dia berhak mendapatkan yang lebih
Lagi-lagi Velicia diharuskan menunggu oleh suaminya. Sudah dini hari Raymond belum juga pulang ke rumah, hingga dirinya tertidur di sofa ketika menunggunya."Sepertinya dia sedang bersenang-senang. Lebih baik aku simpan saja semua makanan ini," ucapnya sambil membereskan semua makanan yang tersaji di atas meja makan.Setelah itu dia masuk ke dalam kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Akhir-akhir ini Velicia merasa sangat kelelahan. Terkadang dia merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Hanya saja dia berpikir semua itu karena harus melayani nafsu Raymond yang seolah tidak ada habisnya. Apalagi tidak ada kelembutan dari sang suami ketika melakukannya. Nafsu Raymond yang menggebu membuat sang suami memperlakukannya dengan sangat kasar, sehingga membuatnya tidak nyaman, dan terasa sangat hambar.*****Keesokan paginya, Raymond dan Sandra keluar dari apartemen milik Arion dengan wajah yang sumringah. Apartemen itu mereka tinggalkan tanpa membersihkan atau merapi
Velicia bernapas lega setelah membaca pesan dari suaminya. Dia sangat yakin jika alasan pulang telatnya bukan karena pekerjaan. Seperti yang sudah-sudah, Raymond selalu pulang terlambat dikarenakan menghabiskan waktunya bersama wanita selingkuhannya. "Lembur karena pekerjaan? Sangat tidak mungkin," gumamnya sambil tersenyum miring mengingat pembicaraan para atasannya ketika berada di pesta malam itu. Mereka mengatakan bahwa Raymond tidak pernah mau bekerja lembur dengan alasan ingin menemani istri cantiknya."Menemani istri atau menemani selingkuhanmu?" sambungnya kembali.Dulu, Velicia memang merasa terpukul ketika mengetahui hal itu, tapi untuk sekarang ini dia merasa sangat bersyukur karena dengan begitu Raymond tidak akan mengganggunya malam ini.Tiba-tiba dia teringat kembali akan pembicaraan suaminya yang menginginkan anak darinya. Seketika dia merasa kesal pada dirinya sendiri telah melupakan rencananya ke rumah sakit untuk berkonsultasi pada seorang dokter kandungan.Tepat pa