Langkah kaki Sandra berhenti ketika mendengar namanya disebut-sebut. Dia berusaha menajamkan pendengarannya untuk mencuri dengar pembicaraan keluarganya. Seketika matanya terbelalak saat mendengar sesuatu tentang dirinya."A-apa? Anak pungut?" gumamnya setengah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.Dunianya terasa runtuh. Badannya gemetar dan nyaris tidak bertenaga. Satu-satunya kebanggaan dirinya telah hilang. Harga diri yang begitu tinggi ternyata hanyalah bayangan semu.Bukan hanya Sandra yang terkejut mendengarnya. Arion pun baru mengetahuinya. "Apa yang Mama katakan?" tanyanya tidak percaya.Belinda mendengus kesal. "Lebih baik Papamu saja yang menceritakannya," jawabnya sinis.Thomas menghela nafasnya. Dia merasa sangat bersalah pada istri dan juga putranya. "Dulu, ketika kamu masih kecil, Papa melakukan sebuah kesalahan. Pada saat Papa sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota, Papa dijebak oleh seorang teman yang juga sedang ada pekerjaan di sana. Dia memberi Papa minuman
Sandra membisu. Ternyata restu dari keluarganya tidak semudah yang dibayangkan olehnya. Rasa kesalnya semakin bertambah."Kenapa tidak ada yang bisa memahami ku?!" ujarnya dengan meninggikan suaranya di hadapan papanya."Jaga ucapanmu, Sandra!"Tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari arah pintu, sehingga membuat si pemilik ruangan dan juga putrinya yang sedang memberontak mengalihkan pandangannya ke arah tersebut.Sandra membuang mukanya setelah melihat sosok pria yang menegurnya di hadapan orang tua laki-lakinya. Arion--kakak laki-laki yang menolak permintaannya, kini sedang berjalan dari arah pintu menghampiri mereka."Jangan mengganggu Papa dengan permintaan konyol mu itu, Sandra!" tegur Arion dengan tegas. Ketegasannya diwarisi dari sang ayah yang kini duduk di sampingnya.Sandra menatap dua pria yang duduk bersebelahan itu dengan tatapan kesal. Hatinya berteriak ingin meminta keadilan yang tidak pernah didapatkannya. Tidak ada kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya dan jug
Raymond tidak bisa mengelak dari hukuman keterlambatannya. Akhir-akhir ini dia sering mendadak ijin dan terlambat datang ke kantor dengan alasan yang beragam. Semua itu dikarenakan kesibukannya dengan wanita-wanitanya.Sepanjang hari mood Raymond menjadi buruk sejak mendapat teguran langsung dari atasannya. Bahkan pesan dari sandra diabaikannya. Beberapa telpon yang masuk dari wanita selingkuhannya itu pun tidak dijawabnya.Mood baik yang didapatkan dari bayi dalam kandungan Velicia, musnah begitu saja dengan terancamnya promosi jabatan yang nantinya akan didapatkannya. Baru saja dia kehilangan promosi jabatan yang telah dijanjikan oleh atasannya, apa untuk berikutnya dia harus kehilangan kesempatan itu juga?Brak!"Raymond!"Seketika si pemilik nama terhenyak mendengar suara pintu yang ditutup keras oleh seseorang yang memanggil namanya. Matanya terbelalak melihat wanita yang sedang berjalan menghampirinya dengan memasang wajah marah."Sandra?! Kenapa kamu bisa berada di sini?" tanya
Sandra melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah kakaknya. Dia tidak bisa menahan amarahnya lagi. Pasalnya, dia berpikir bahwa yang menghambat kesenangannya malam ini adalah Arion--kakaknya yang tiba-tiba peduli padanya."Cepat buka pagarnya!" serunya setelah membunyikan klakson mobil sebanyak tiga kali.Ketidaksabaran Sandra membuat seorang petugas keamanan yang berjaga di rumah Arion berlari dari dalam pos jaganya. Dengan terburu-buru pria berseragam keamanan itu menghampirinya."Maaf, Nona Sandra. Tolong jangan membuat keributan di sini, mengingat ini sudah larut malam," tuturnya dengan sopan."Terserah saya! Cepat buka pagarnya! Jangan sampai saya membuat keributan yang lebih heboh lagi!" ancam Sandra dengan meninggikan suaranya."Tuan Arion tidak ada di rumah. Jadi, kami tidak bisa membiarkan siapa pun masuk, tanpa terkecuali," ujar pria berbadan tegap itu dengan sopan.Sandra meradang. Kekesalannya pada pria tersebut semakin memicu kemarahannya. "Brengsek! Kamu ti
Pandangan Raymond tidak lepas dari istrinya. Sejak Velicia menolak sentuhannya dan melarangnya untuk mendekat, Raymond memperhatikannya untuk mencari tahu penyebabnya.'Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?' tanyanya dalam hati. Sejak tadi Velicia merasa seperti sedang diawasi. Semakin lama dia merasa semakin tidak nyaman. Dia pun melirik menggunakan ekor matanya. 'Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa dari tadi dia memperhatikanku? Apa yang sedang dipikirkannya?' batinnya sembari meneguk susu berwarna putih yang dikhususkan untuk ibu hamil.Mereka berdua sedang menyaksikan tayangan televisi di ruang tengah. Velicia duduk di sofa paling ujung, sedangkan Raymond dilarang mendekatinya. Mereka sama-sama duduk di ujung sofa yang berlawanan.Merasa tidak nyaman dengan situasinya saat ini, Velicia pun berdiri dari duduknya, berniat untuk kembali ke kamarmya."Mau ke mana?" tanya Raymond menghentikan istrinya.Velicia berhenti. "Aku lelah. Aku mau ke kamar," jawabnya tanpa menoleh ke arah
Anna tidak bisa menerima kenyataan bahwa calon menantu idamannya menolak untuk memiliki keturunan. Jika bisa memilih, wanita paruh baya itu lebih menginginkan cucu yang lahir dari rahim Sandra. Dengan latar belakang keluarga Sandra yang merupakan keluarga ternama di bidang bisnis, tentu saja membuat keluarga Davis lebih memilih keluarga Brooks untuk jadi besannya dibandingkan keluarga Montana. Namun, Raymond membawa kabar yang bertolak belakang dengan keinginan kedua orang tuanya. Velicia yang merupakan menantu resmi mereka telah dipastikan sedang hamil saat ini oleh dokter, sehingga mereka harus menerima kenyataan jika cucunya lahir dari rahim orang kelas rendahan. "Bukankah ini lebih baik daripada aku harus mencari bayi yang bisa kita adopsi, Ma?" tanya Raymond dengan sedikit kesal. Bagaimana dia tidak kesal, jika sang ibu menyalahkannya atas sikap Sandra yang tidak mau mempunyai keturunan. Bahkan Raymond sudah berusaha dengan keras membujuk dan juga meluluhkan hati dari putri