Share

2. Kok Jadi Gini?

Author: Rara
last update Last Updated: 2022-10-13 19:59:15

Gauri memang suka menjadi pusat perhatian semua orang. Saat dia mendapat peringkat pertama di sekolah, mendapat beasiswa di universitas bergengsi serta menjadi pegawai teladan di kantor. 

Namun saat ini untuk pertama kalinya Gauri tidak menyukai saat dirinya menjadi pusat perhatian.

"Gauri Alidya."

Sejak Satya menyebut namanya, dunia Gauri seakan terhenti. Bahkan dia sudah tidak sadar ponsel yang sejak tadi di tangan kini jatuh di atas lantai hingga membuat layarnya rusak parah.

Semua orang kaget akan pernyataan Satya. Si pengantin wanita sampai menangis keras seraya memeluk sang ibu. Lia tak kuasa mendengar kenyataan yang begitu pahit.

"SATYA!!!" teriak Ayah Lia murka.

"Maaf, Pak. Tapi tolong mengertilah. Saya tidak bisa menikah dengan Lia saat saya mencintai orang lain," ujar Satya membuat semua orang di sana semakin marah.

Sementara Gauri hanya bisa bergeming di tempatnya. Jujur dia sedang mencoba mencerna apa yang terjadi di sini. Bahkan beberapa pertanyaan dari Clara dan orang-orang yang ada di sana gadis itu abaikan. Tepatnya dia tidak tahu harus merespon seperti apa.

"Kenapa kamu gak mengatakannya sejak awal? Kamu sengaja mau bikin keluarga saya malu, huh?!" Emosi Ayah Lia masih menggebu-gebu.

Satya hanya bisa menundukkan kepalanya. "Maafkan saya, Pak," lirihnya kemudian berjalan ke arah Gauri. Wanita itu menatapnya kosong dan tanpa aba-aba Satya menggenggam tangan Gauri dengan erat.

Kejutan Satya belum berakhir di sana. Bahkan hal yang selanjutkan pria itu katakan membuat Lia dan ibunya sampai jatuh pingsan.

"Maafin saya, Gauri. Saya janji akan bertanggung jawab dan memberikan status pada anak kita."

Tunggu!

Apa?

"Jadi kamu udah hamil, Ri?" tanya Clara membuat semuanya semakin jelas.

***

Pesta pernikahan yang seharusnya menjadi momen paling membahagiakan justru berubah jadi momen penuh tangis.

Lia yang penampilannya sudah sangat kacau terus menangis histeris di dalam kamarnya. Bahkan Ayah dan Ibunya sudah merasa kewalahan menghadapi Lia. Wanita itu juga sudah beberapa kali jatuh pingsan tak kuasa menahan sakit hatinya.

"Ini gimana sih, Pak? Kata Bapak Satya gak punya pacar lalu sekarang apa? Bahkan pacarnya sudah sampai hamil begitu!" kesal Ayah Lia meluangkan seluruh rasa sakit hatinya pada Ayah dan Ibu Satya yang baru saja sadar dari pingsannya.

"Saya juga tidak tahu apa-apa, Pak," jawab Ayah Satya hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Gak tau gimana? Dia kan putra kalian!" tambah Ibu Lia ikut menghardik orangtua Satya.

"Sungguh, Bu. Kami juga tidak tahu apa-apa," bela Ibu Satya.

Mereka tidak berbohong. Apa yang terjadi hari ini sungguh diluar kendali. 

"Kalau tau begini, saya tidak akan sudi menerima lamaran kalian. Bikin malu saja!" ketus Ayah Lia kemudian berlalu dari sana. Dia bisa saja kehilangan kendali jika terus berhadapan dengan orangtua Satya.

Sementara Si pembuat onar, Satya kini malah terkurung di salah satu kamar di rumah warga. Setelah pengakuannya tadi, hampir saja dia babak belur oleh keluarga Lia jika saja tidak ada salah seorang tamu dibantu oleh yang lain mengamankan Satya dan Gauri.

"Kak Satya udah gila, yah?" pekik Gauri. Akhirnya suaranya keluar juga. Sebenarnya sudah sejak tadi wanita itu mengomel dengan Satya yang hanya diam sambil duduk di tepi tempat tidur. Menunduk tak berani menatap Gauri.

"Kalau emang gak mau nikah ya udah. Jangan bawa-bawa orang gini dong!" Gauri masih meluangkan kekesalannya pada pria itu.

"Ya Allah! Apa dosaku hingga terjebak dalam situasi ini!" erang Gauri frustasi.

Satya mendongak menatap Gauri yang sudah seperti orang stres. Sungguh pria itu merasa sangat bersalah melibatkan Gauri dalam masalahnya. Pria itu kemudian bangkit dari duduknya.

"Maafkan saya, Gauri. Saya akan ber---"

Plak!!!

Satu tamparan Gauri mendarat dengan sempurna di pipi kiri Satya.

"Ini karena Kak Satya sudah akui saya sebagai pacar Kakak," ujar Gauri. 

Plak!!!

Ternyata tamparan wanita itu tak cukup sekali. Pipi kanan Satya juga mendapat bagiannya.

"Ini karena Kak Satya sudah lancang mengakatakan saya hamil anak Kakak."

Dan tamparan yang ketiga tak sampai mengenai pipi pria itu lagi karena dengan cepat Satya menahan tangan Gauri. Mata mereka bertemu. Mata penuh amarah Gauri dan mata putus asa Satya. Gauri merasa sedikit kasihan melihat kedua pipi Satya yang memerah. Apakah dia terlalu keras menampar pria itu? Tidak ... tidak ... Satya memang pantas mendapatkan tamparan yang seharusnya Gauri berikan padanya sejak pria itu menyeretnya dalam masalah.

"Saya minta maaf, Gauri. Saya janji akan bertanggungjawab atas semua kekacauan ini," ujar Satya mencoba meyakinkan Gauri. 

Gauri menarik tangannya dengan keras dari genggaman Satya. Wanita itu merasakan sakit dipergelangan tangannya namun ia tidak peduli. Tatapan mata Gauri malah semakin tajam seperti tak punya belas kasihan sedikitpun pada pria di depannya.

Satya sendiri membiarkan Gauri menamparnya tadi karena merasa dia memang pantas mendapatkan hal itu. Bahkan jika Gauri ingin membunuhnya, Satya tidak keberatan sama sekali. Sungguh pikiran pria itu sudah sangat kacau.

"Sudah seharusnya Kak Satya yang tanggung jawab. Jadi sekarang, ayo kita keluar dan katakan jika apa yang Kak Satya bilang tadi itu semua bohong," kata Gauri melangkah lebih dulu. 

Wanita itu sampai di depan pintu. Hanya tinggal membuka knopnya saja. Namun saat meloleh ke belakang dan mendapati Satya masih berdiri membatu di tempatnya membuat Gauri mendengus.

"Tunggu apa lagi? Ayo kita keluar dan selesaikan semuanya. Katanya Kak Satya mau tanggung jawab?" tuntut Gauri.

"Saya gak bisa!" Jawaban yang begitu singkat namun tegas.

Gauri menganga tak percaya. Sebenarnya apa mau pria ini? Apakah dia berniat mempermainkan Gauri? 

"Katanya tadi mau tanggung jawab! Gimana sih, Kak? Aku gak mau terjebak lebih lama dalam situasi gila ini!" kata Gauri. Kepalanya terasa akan pecah menghadapi sikap Satya yang plin-plan.

"Ya saya akan tanggungjawab. Tapi saya gak bisa mengakui jika ini semua hanya bohong," kata Satya kekeh pada pendiriannya. Bisa sia-sia semuanya jika Satya mengaku sekarang.

Gauri terkekeh tak percaya. "Tapi saya juga gak bisa ngikutin sandiwara Kak Satya." Gauri tidak mau harus menyandang gelar perusak pernikahan orang dan juga wanita yang hamil di luar nikah dan hanya Satya yang bisa mengembalikan nama baiknya dengan mengakui jika semuanya bohong.

"Saya mohon Gauri! Tolong saya!" mohon Satya dengan wajah memelas bahkan pria itu menyatukan kedua tangannya di depan seakan sebuah harga diri telah hilang darinya.

Gauri termangun bingung.

"Saya akan melakukan apa saja yang kamu minta bahkan jika sekarang kamu menyuruh saya untuk mencium kaki kamu ... saya siap, Gauri. Tapi saya mohon kamu mau membantu saya," kata Satya lagi membuat Gauri semakin tidak paham.

Sebenarnya apa yang terjadi sampai seorang Mahardika Satya mau melakukan hal serendah ini di depan Gauri?

Tbc....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hanya Pengantin Pengganti   17. Khawatir

    Suasana begitu canggung setelah insiden pelukan tadi. Gauri hanya bisa menunduk tanpa bisa melihat ke arah Satya. Jantungnya masih bekerja dua kali lipat dan dia juga yakin jika sekarang pipinya tengah memerah. Tersipu malu."Maaf saya udah lancang meluk kamu tadi," ujar Satya. Pria itu merasa harus meminta maaf melihat wajah tidak nyama Gauri. Itu sebuah refleksi tubuh Satya. Otaknya tak lagi bisa menahan tubuhnya tadi. Mungkin karena terlalu khawatir melihat keadaan Gauri yang memprihatinkan.Dalam hati Gauri tak lagi ingin membahas hal itu karena hanya akan membuatnya teringat bagaimana harumnya tubuh Satya saat memeluknya tadi. Jangan lupakan juga sensasi hangat dan nyaman yang ciptakan dari pelukan itu.'Ya Allah! Aku mikir apa sih?' Gauri memarahi dirinya sendiri.Gauri meluruskan kepalanya. "Iya, gak apa-apa." Walau dengan tangan yang masih saling meremas di balik selimut. "Maaf juga udah bikin Mas Satya khawatir dan harus pulang," kata Gau

  • Hanya Pengantin Pengganti   16. Pulang

    "Jadi, bagaimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Ilham sedikit tidak sabaran. Dokter dengan jilbab putih itu sampai tersenyum kikuk sebab dia bahkan belum selesai memeriksa keadaan Gauri. Namun dia maklum setiap orang pasti sangat khawatir melihat sanak keluarga atau orang spesial mereka sedang sakit."Dari hasil pemeriksaan ... Mbak Gauri baik-baik aja. Hanya kelelahan," jawab dokter itu. "Saya akan memberinya obat. Bahkan jika Mbak Gauri mau pulang sekarang juga boleh," lanjutnya tersenyum manis ke arah Gauri.Tak beda jauh dengan Gauri yang juga tersenyum lega. Sarah yang berada di samping Gauri pun ikut mengucap 'Alhamdulillah' karena ternyata Gauri baik-baik saja."Terimakasih, Dok," ujar Gauri."Iya sama-sama," balas dokter itu seraya membereskan peralatannya. Dia lalu menoleh ke arah Ilham. "Mas-nya gak usah terlalu khawatir. Mbak-nya baik-baik aja kok," sambung dokter itu. Gegalat Ilham terlalu kentara jika pria itu memiliki perasaan pada

  • Hanya Pengantin Pengganti   15. Pingsan

    Gauri berpikir setelah meminum obat pereda nyeri maka sakit perutnya akan beransur hilang. Namun hingga pagi menjelang sakit pada bagian bawah perutnya itu tak kunjung membaik. Bahkan sampai membuat Gauri terlihat semakin pucat sebab semalam tidurnya tak terlalu nyenyak.Sebenarnya Gauri bisa saja meminta izin untuk tidak masuk bekerja hari ini namun mengingat pekerjaan yang sangat banyak membuat Gauri mengurungkan niat."Assalamualaikum!" Gauri sedang bersiap-siap saat seseorang mengetuk pintu kosannya."Walaikumsalam!" jawab Gauri dengan sedikit sempoyongan menuju pintu. "Eh, Bu Gayatri," lirih Gauri saat melihat eksistensi ibu kosnya, Gayatri."Loh, Gauri kamu ke mana?" tanya Gayatri dengan wajah khawatirnya mengamati Gauri dari ujung kaki hingga kepala."Kerja, Bu.""Kamu kan lagi sakit. Kok malah mau berangkat kerja?" tanya wanita paruh baya itu lalu membawa Gauri untuk masuk.Gayatri meletakkan rantang berisi makan

  • Hanya Pengantin Pengganti   14. Mimpi Buruk

    Gauri tersenyum tipis membaca pesan dari Satya. Dia lalu menaruh ponselnya untuk melanjutkan kembali pekerjaan yang telah diberikan Pak Dimas tadi.Tidak hal menarik yang terjadi sampai jam pulang tiba. Saat sampai di rumah entah kenapa Gauri sedikit merasa kurang karena Satya tidak di sana. Wanita itu menggeleng pelan. Mengusir pikiran tak karuannya itu."Mendingan aku cepetan mandi terus ngerjain tugas," gumam Gauri pada dirinya sendiri. Dia benar-benar melakukan segala aktivitas seperti biasanya sendirian.Gauri sudah berusaha untuk fokus pada tugasnya. Namun nyatanya tidak semudah itu. Matanya selalu tertuju pada ponsel yang sedang diisi daya di sampingnya. Tumben sekali Satya tidak menghubunginya. Hingga rasa kantuk mulai menyerang ponsel itu tak kunjung berbunyi."Aku kenapa sih?" tanya Gauri pada dirinya sendiri seraya menepuk-nepuk pipinya. "Mungkin Mas Satya sedang sibuk jadi wajar kalau dia gak menghubungiku," lanjutnya dengan nada mengomel. "Tapi, kok

  • Hanya Pengantin Pengganti   13. Keluar Kota

    Malam telah menjelang dan Satya masih sibuk mengurus beberapa dokumen yang berserakan di atas mejanya. Dia dan Yogie akan membuka cabang baru di luar kota membuatnya sibuk mempersiapkan segala sesuatunya."Bang, ngopi dulu!" kata Yogie yang baru saja datang dengan membawa dua cangkir kopi di tangannya. Pria dengan balutan kaos putih itu meletakkan satu gelas di atas meja kecil yang berada di samping kanan meja penuh dokumen Satya. Sementara cangkir yang lain tetap dia pertahankan di tangan sambil berjalan menghampiri Satya."Pembukaannya minggu depan. Bang Satya jadi ikut?" tanya Yogie lalu menyeruput kopi di tangannya."Saya belum ngasih tau Gauri," jawab Satya tanpa mengalihkan sedikit pun pandangannya dari dokumen-dokumen itu."Ck! Yang udah punya istri mah beda yah," sindir Yogie berdecak. "Harus minta ijin dulu," lanjutnya dengan nada sedikit mengejek."Ya iyalah! Saya gak mungkin ninggalin Gauri gitu aja tanpa ngasih tahu!" sewot Satya lalu tersenyum jahil ke arah Yogie."Kenapa

  • Hanya Pengantin Pengganti   12. Keguguran

    Gauri sedang sibuk bergulat dengan beberapa tugas kuliahnya saat Satya datang seraya menenteng ponselnya."Maaf, Gauri ganggu, tapi dari tadi Ibu video call terus katanya kangen sama kamu," ujar Satya dengan nada tidak enak karena sudah mengganggu Gauri."Ya udah sini, Mas!" Gauri meminta ponsel Satya namun bukan memberikannya, Satya malah menarik Gauri untuk duduk di tepi tempat tidur. Walau bingung Gauri tetap mengikuti saja tanpa protes.Satya lalu menekan tombol panggil pada nomor ibunya. Seakan memang sudah menunggu panggilan dari Satya, sang ibu dengan cepat mengangkat panggilan itu."Assalamualaikum, Bu!" "Walaikumsalam!"Suara Indah terdengar begitu nyaring membuat Satya dan Gauri kompak tersenyum. Satya mengarahkan kamera ke arah Gauri. Tahu jika sang Ibu ingin bertanya pada menantu kesayangannya itu."Gimana kabar kalian di sana? Kalian baik-baik aja kan?" tanya Indah."Alhamdulillah, Bu. Kami baik-ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status