Home / Romansa / Happier / 5. Fool's

Share

5. Fool's

Author: Jexashafa
last update Last Updated: 2025-05-19 18:50:44

Sistem pemanas di Roosevelt High nggak pernah diperbarui sejak gedungnya didirikan. Akibatnya,pada musim dingin suhu kebanyakan ruangan terasa membekukan atau malah superpanas. Dan kelas Bahasa Inggris termasuk yang superpanas, dan suasana seperti sauna itu membuat semuanya semakin sulit berkonsentrasi. Sepuluh menit sebelum kelas bahasa Inggris Mr. Horan selesai, hampir semua murid sudah memasukkan buku catatan ke tas masing-masing. Bukannya mereka nggak menghormati Mr. Horan, yang merupakan guru yang baik, tapi biasanya Selasa memang menyebalkan dan menit-menit terakhir serasa seperti ber-jam jam. Dengan masa liburan sekolah yang begitu dekat, sampai-sampai aromanya nyaris bisa dicium, rentang perhatian para murid juga semakin pendek. Jack, sambil menyembunyikan ponsel di pangkuan, mengirimkan SMS-SMS nggak sopan pada Eliza. Rachel membaca majalah, Tanpa ditutup-tutupi, seolah Mr. Horan bakal bangga karena ia bisa membaca.

Eleanor adalah satu diantara sedikit murid yang masih memperhatikan. Menurutnya, Mr. Horan benar-benar Brillian. Dia kuliah di UC Berkeley dan mampu membuat buku seperti Heart of Darkness karangan Joseph Conrad---Buku yang membuat Elea Frustasi Sampai kepingin menjambak rambut sendiri---Menjadi hidup saat dia menghabiskan sepanjang jam pelajaran dengan memperlihatkan berbagai Klip dari Film seri Lost. Eleanor masih membuka buku catatannya, mencatat beberapa hal waktu Mr. Horan menyimpulkan diskusi tentang Macbeth. Eleanor bahkan menulis satu-dua pertanyaan untuk ditanyakan seusai pelajaran. Eleanor memang selalu mendapatkan nilai A di semua pelajaran kelas Sebelas, tapi pelajaran bahasa Inggris dan Prancis-lah yang paling disukainya. Ia bahkan mulai mengambil pelajaran bahasa spanyol tahun ini, karena sepertinya bahasa-bahasa turunan bahasa latin bisa ia pelajari dengan mudah. Dan jika ia mengambil kelas Bahasa Spanyol,sekaligus ia dapat bertemu Mr. Payne dan banyak-banyak berdiskusi untuk kemajuan Cheerio,tanpa di ganggu Camilla.

"Rachel, hormati aku dan simpan majalahmu," kata Mr. Horan sambil menghela nafas dan mengetukkan jemari pada setumpuk kertas. "pelajaran ini belum selesai."

"Maaf, Mr. Horan." Perlahan-lahan Rachel menutup majalah, tapi menahan jari di halaman yang memuat ulasan ikat pinggang trendi untuk Musim dingin. "Kan tinggal sisa empat menit lagi."

"Tepat, kita masih punya waktu empat menit lagi. Banyak yang bisa kita lakukan dalam jangka waktu itu." Mr. Horan berjalan mendekat papan tulis yang digantungi berbagai poster pertunjukan Theater---As you like it, Six character in search of an author, The Crucible, Arthur and the Crazy Farmer. "Misalnya, aku memberikan Homework untuk kalian."

Seisi kelas menggerutu berbarengan.

Mr. Horan memberikan beberapa buku pada setiap orang dibarisan pertama dan meminta murid tersebut meneruskannya pada yang lain. Kristen Bell, Cowok tinggi yang duduk di depan Eleanor dan tubuhnya selalu beraroma Popcorn Gosong, menjatuhkan bukunya dimeja Eleanor sembarangan. Sebelum Eleanor sempat menerima, buku-buku itu meluncur ke lantai.

Kristen menoleh. "Oh, maaf." Cepat-cepat ia memungut buku-buku itu dari lantai, memberikan satu pada Eleanor dan memberikan sisanya pada cewek di belakang Eleanor.

Mr. Horan menghapus papan tulis yang tadi tertutupi tulisan tangannya yang berhuruf besar semua. "Malam ini aku ingin kalian membaca bagian pertama 'The Fault in Our Stars' Novel Terlaris di New York Times, karya John Green. Kurasa kalian bakal suka. Buku ini tentang Gadis penderita Lung Cancer Dan pria Oesteoma Cancer Yang Salah satu kaki nya diamputasi, keduanya tetap saling mencintai dengan segala kekurangan yang terjadi  hingga Detik nafas terakhir mereka"

Eleanor mengerjapkan mata. Ia tertarik dengan isi dari buku ini. Membayangkan kedua pasangan yang saling mencintai walau dengan segala keterbatasan dan menghadapinya hingga detik nafas terakhir di dunia. Eleanor membuka halaman buku itu---Yang mulai menguning, dengan halaman-halaman lecek dan beberapa Paragraf yang digaris bawahi. Matanya tertuju ke halaman pertama yang di temukannya: ‘my mother decided I was depressed, presumably because I rarely left the house, spent quite a lot of time in bed, read the same book over and over, ate infrequently, and devoted quite a bit of my abundant free time to thinking about death.’

Eleanor merasa dirinya dulu terlalu lebih sering menghabiskan harinya dengan membaca buku berulang-ulang dan tak pernah meninggalkan Rumah kecuali untuk sekolah dan hal penting lainnya, dirinya Termasuk, Type Introvert.

"Dan Aku berasumsi kalian semua bisa menyerahkan makalah tiga halaman pada hari Jumat," kata Mr. Horan.

Eleanor melirik ke belakang. Di seberang gang antarkursi, Louis melakukan kegiatan aneh itu, tidur dengan mata terbuka yang mau nggak mau dikagumi Eleanor---Kau bisa tahu dia sebenarnya tidur hanya jika kau memperhatikan matanya yang nggak berkedip. Di belakang Louis, Eliza menggambar desain gaun Prom. Eleanor nggak tahu terlalu yakin mereka bakal mendapatkan pelajaran dari membaca buku ini. Bisa dibilang mereka bahkan nyaris nggak bisa baca.

"Dan," sambung Mr. Horan, "karena aku masih punya waktu dua menit, masih banyak waktu untuk mengembalikan makalah tengah semester kalian."

Gerutuan kolektif seisi kelas mengagetkan Louis. Ia duduk lebih tegap, mengelus rambut Brunette nya sudah mulai memanjang, dan mengangguk pada cewek di seberangnya yang tengah meliriknya. "Ada apa nih," katanya sambil menyeringai separo dengan gaya khas sebelum kembali ke posisi tidur siangnya, seperti anjing yang terkejut tapi langsung kepingin kembali tidur.

Eleanor memutar bola mata. Ia nggak paham mengapa Louis Labil sekali. Dia memang punya kualitas yang disukai cewek-cewek, status sebagai cowok atlet terkenal yang juga anggota tiga klub olah raga, Cara jalan Ala Kanye West, dan otot-otot Bisepnya. Terutama Louis Terkenal sebagai Sepupu Shawn si School jock.

Namun entah mengapa Eleanor tetap memiliki perasaan kepada cowok Blasteran American-British itu, walau Sifat Kelabilan nya itu terkadang membuat Eleanor Gemas. Sometimes, Louis akan Loyal kepada anak-anak Cheerio Dan membenci Keempat gadis menyebalkan itu, namun terkadang pula Louis bergabung dengan keempat gadis Sok itu. Namun walau begitu Eleanor senang Louis masih bisa di ajak berpergian kesana kemari ditambah selera musik mereka yang sama. Yah,walau sifat labilnya membuat Elea ingin menenggelamkan Louis kedalam Samudra Pasifik.

  "Beberapa dari kalian sepertinya bisa memahami Holden Caulfield." Mr. Horan meletakan makalah Eleanor di mejanya. Huruf A+ tertulis dengan tinta merah di bagian atasnya dan disertai gambar wajah yang tersenyum. Eleanor langsung tersenyum lebar.

Mr. Horan menyerahkan makalah Rachel,Eliza dan Jack, Louis. "Dan beberapa dari kalian...Tidak." keempatnya mendapatkan nilai F dan gambar wajah yang mengernyit. Rachel menyelipkan makalahnya kedalam majalah. Louis nggak bergerak. Dia tidur dengan mata terbuka lagi.

Mr. Horan menunduk, memandang Louis. "Mudah-mudahan itu membuatmu berpikir,Peter." Untuk mata yang nggak terlatih, Louis memang kelihatan seperti merenung.mungkin memikirkan masa depannya sebagai pembuat Burger di Kota Seattle, Washington.

Bel berbunyi, murid-murid langsung melompat berdiri sambil memasukan makalah ke tas dan mengumpulkan barang-barang masing-masing. Louis nggak bergerak, jadi Eleanor sengaja menepuk pundak louis membangunkannya ketika melewati Louis.

Louis langsung kaget dan terbangun. Dalam T-Shirt putih tebal berlengan panjang bertuliskan 'TUESDAY' dengan huruf Kapital yang ditambah silang merah besar menutupi tulisan Sablon tersebut  di bawah Jaket Denim, Louis memang kelihatan seperti cowok yang selalu gagal hampir di semua Subject Dan membenci hari Tuesday.

"Aku cuma mau memberitahu bahwa pelajaran sudah selesai," kata Eleanor cepat-cepat

"Oh.Trims, Ele." Louis berdiri dan merenggangkan tubuhnya Nggak ada yang menyamai kenikmatan tidur siang pada akhir pelajaran untuk membuatku tenang. Tadi ia bermimpi terdampar di Pulau Tropis bersama Eleanor, berduaan.

"Kau mau datang latihan?" Tanya Eleanor bodoh. Walaupun Louis hanya beberapa kali membolos latihan--itupun bersama Shawn---tetap saja Eleanor khawatir, Khawatir karena takut dirinya tak bisa bertemu lagi dengan Louis. Karena hanya saat kumpul dan di luar sekolah saja Dirinya bisa mengobrol dengan Louis secara bebas tanpa ada pandangan mencibir atau mencemooh dari gadis-gadis yang iri akan kedekatannya dengan Louis.

Louis bergabung dengan klub Cheerio sebulan setelah Mr. Payne mengambil alih klub tersebut, dan sebagian besar alasannya adalah karena Ikut-ikutan Shawn dan kedua untuk mencoba mendapatkan Eleanor.  Klub Cheerio Yang asli hanya beranggotakan Camilla,Hailee,Eleanor dan Kurt. Begitu Shawn bersedia bergabung---Tentu dengan sedikit bumbu paksaan Camilla---Beberapa cowok di tim Football juga ikut bergabung, juga Mr. Payne yang berkerja sama dengan Mr. Marquez untuk memasukan Brittany,Eliza, Rachel dan Celeste kedalam klub Cheerio. Secara signifikan meningkatkan level kekuatan Club' Cheerio.

"F lagi?" Louis melihat nilai F itu sebelum akhirnya memasukan makalahnya ke dalam tas ranselnya, lalu mengangkat nya.

Eleanor melihat Louis meninggalkan buku The Fault in our stars Di Meja.

"Hei, kau lupa PR-mu."

Louis menyeringai dan menyelipkan buku itu ke ransel. "El, aku nggak pernah mengerjakan tugas membaca selama dua tahun ini."

Jelas, pikir Eleanor. Meskipun Louis berjalan beberapa meter darinya selagi mereka menyusuri koridor sekolah, Eleanor tetap merasakan manfaat dari kehadiran cowok itu. Cewek-cewek suka Louis, hampir semua melirik Eleanor dengan dengki, sesuatu yang sering Eleanor alami jika berjalan di dekat Louis.

Ketika mereka sampai di ruang paduan suara, Camilla tengah duduk di bangku Piano. Ia berdiri saat melihat mereka. "Akhirnya," katanya ketus. "Kami sudah lama menunggu Kalian!"

"Bel kan baru berbunyi tiga menit lalu!" Seru Louis, berjalan menuju sebelah Hailee. Eleanor duduk di sisi Hailee yang lain, menonton Video YouTube peragaan model pakaian musim dingin di iPhone nya. Di bagian belakang, Rachel dan Eliza melatih beberapa gerakan tari. Shawn tos dengan Cameron dan Jack tertawa diantara keduanya tanpa alasan khusus, dan semua orang melihat ke arah Camilla. Setiap kali Mr. Payne nggak ada, Camilla lah yang jadi pemimpin De Facto Klub ini.

"Kalian pasti penasaran tentang lagu Luar  biasa apa yang berhasil kupikirkan buat kalian selama beberapa jam yang singkat sejak terakhir kali kita bertemu." Camilla menggosokkan kedua tangan dengan penuh semangat. "Jadi aku nggak akan membiarkan kalian menunggu lebih lama." Beberapa kantong kertas berwarna cokelat berjajar di bawah kakinya. Ia memasukan tangan ke kantong pertama dan mengeluarkan beberapa kasus garis-garis hitam-putih. Camilla menyerahkannya pada Kurt yang langsung mengopernya pada yang lainnya. Setelah itu Camilla merogoh kantong lain,mengeluarkan topi baret berwarna-warni cerah dan melemparkannya seperti Frisbee pada teman-temannya. Ketika ia meraih kantong terakhir, Camilla meletakkannya di atas kepala dengan gagah. "Ayo, semua bilang Lady Marmelade."

Hailee memegang baret ungu di depannya dengan gaya jijik. "Tunggu-tunggu bukannya kita mau menyambut siswa-siswa dari Irlandia tapi kenapa ini malah menjadi Prancis? Lagi pun sebenernya orang Prancis kan nggak berpakaian seperti ini."

Camilla menegakasn bahu. Ia bisa berkerja sama dalam tim dan penganut paham kebebasan berpendapat. Tapi, terkadang ia memang lebih Cerdas dari pada anak-anak lain, jadi dan akan lebih baik jika semua memercayainya saja. "Tidak kok, kalian ingat dengan Petunjuk yang di berikan Mr. Payne yang malah makanan Prancis? Itu pun akan kita wujudkan kita pakai pakaian Tradisional Prancis ini dan lagu yang akan kita bawakan Lagu berbahasa Inggris saja dan oh,ya kita akan pakai Rok kotak-kotak khas Scotish namun sayang rok-rok itu tertinggal di rumah ku." Camilla sama saja dengan Orang pelaku Dunia Fashion namun tidak tahu apa arti dari Fashion itu sendiri, yang dilakukan nya hanya mencampur-campurkan dan merusak fashion.

"Aku nggak yakin, Camilla" Shawn mendekatkan T-shirt garis hitam putih  itu kedadanya dengan kikuk. Baret merah dikepalanya membuat nya agak mirip badut. "Aku merasa seperti pemain Pantomim. Bagaimana menurutmu?"

Camilla menahan diri untuk nggak menjawab Shawn, selama beberapa saat suasana jadi canggung, sebelum yang lainnya bersuara mengatakan keenganan mereka.

"Menurut mu ini pantas?" Tanya Hailee, memutar baret dengan jari telunjuk. "Pada dasar nya itu sama saja akan merusak nama Klub kita yang sudah Jelek"

"Dengar, aku rasa ini akan lebih bagus Kalian tahu lagu Irlandia yang kalian bisa Kuasai? Beri saran, Please, sekarang juga." Camilla berkacak pinggang dan memandang Hailee. "Kurasa nggak ada."

"Tapi..." Sahut Kurt,

"Siapa disini yang pernah ke Irlandia? Apakah ada selain aku?" Camilla nyaris membentak Kurt, Louis mengacungkan telunjuknya. "Walaupun bukan Irlandia tapi kau pasti tahu bukan aku memiliki darah British dan bahkan lahir dan pernah beberapa kali tinggal di Inggris, aku rasa jika kau melakukan apa yang kau minta kau hanya akan memperparah Citra Klub Cheerio!" Louis Buka suara, Eleanor terpana untuk pertama kalinya setelah sehari penuh satu ruangan dengan Cowok blasteran itu.

"Menurutku itu ide bagus." Mr. Payne memasuki ruangan, tas kulitnya di penuhi berbagai kertas. "Maaf aku terlambat, semuanya. Tapi aku sangat setuju dengan Camilla." Kelihatanya ia terkejud sendiri mendengar kata-katanya. "Perpaduan unsur budaya adalah pilihan tepat!"

Celeste dan Hailee secara bersamaan mengangkat tangan, tapi Celeste segera bicara sebelum di sela Hailee. "Camilla, Kapan kau punya waktu keluar sekolah dan membeli barang-barang fantastis ini?" Celeste sangat ingin menunjukan kesalahan Camilla---apa pun kesalahannya---dan jika ia tahu Camilla kabur dari sekolah, Camilla  nggak akan bisa memaksanya datang ke setiap latihan Cheerio. Celeste berhak mendapatkan sedikit kelonggaran karena apa yang ia alami sekarang ini, dan Camilla harus sedikit merasakan balasan.

"Sebenarnya, baret-baret itu punyaku," kata Kurt. Baret berwarna biru tua tampak sangat alami di pakai di kepalanya. "Camilla mengirimkan SMS pada jam belajar bebas ku dan meminta tolong padaku untuk membantunya dalam masalah kostum. Untungnya, aku punya koleksi baret yang sangat bagus, soalnya musim semi lalu topi ini memang trendi."

"Tunggu, baret jadi Trendi? Maksudnya keju?" Bisik Brittany pada Rachel. "Aku benar-benar nggak tahu soal itu."

"Itu keju brie, bukan baret," jawab Rachel sambil berbisik juga

Celeste menyipitkan mata. "Dan T-shirt-nya?" Ia mencium T-shirt ditangannya. Baunya agak mirip bau lantai bawah tanah.

"Aku meminjamnya dari Madani Dimmig, guru bahasa Prancis," jelas Camilla. Bagus juga usahamu, celeste. Pikir Camilla. "Kelas bahasa Prancis mengadakan pertunjukan Akrobat lempar bola dengan kostum pantomim pada pekan raya multikultural tahun lalu."

"Betul kan!" Shawn langsung berdiri. "Sudah kubilang ini kostum pantomim."

Camilla mengingat bibir. Shawn memandang langsung ke arahnya, dan cowok itu bakal menganggap nya keterlaluan kalau ia nggak menanggapi komentar tadi. Perjanjian mengerikan. Satu-satunya hal baik dari perjanjian ini adalah kedatangan celeste dan anggota-anggota Cheers lain, siap melatih lagu yang baru. Ini bakal rumit, karena mereka hanya punya sedikit waktu untuk mempersiapkan pertunjukan di depan murid-murid Irlandia itu besok, jadi Camilla butuh kerja sama semua orang. Ia melirik Shawn, yang rambut berwarna Brunette yang sedikit Curly itu semakin panjang selama beberapa bulan terakhir dan kini agak menutupi dahi, membuat Camilla ingin menyibakan rambut itu gemas.

Kenapa harus Shawn yang dijadikan syarat perjanjian itu? Di seberang ruangan, celeste masih mengawasi Camilla. Mungkin ia nggak mendapatkan bukti bahwa Miss ‘Perfect’ membolos, tapi setidaknya Celeste senang setiap kali melihat Camilla menahan diri setiap kali ingat dia nggak boleh bicara dengan Shawn. Itu balasan yang pantas atas sikap Camilla yang sok Bossy dan mengatur semua hal sampai sekecil-kecilnya.

Mr. Payne menyerahkan pratitur musik pada masing-masing anak. Ia tahu cara terbaik menghindari drama adalah Langsung menyuruh murid-muridnya melakukan kegiatan yang paling mereka sukai---Menyanyi. "Ayo, kita mulai dari awal!".

Jexashafa

hi, it's been a long time i'm being MIA hope you enjoy for the next chapter!!!!

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Happier    5. Fool's

    Sistem pemanas di Roosevelt High nggak pernah diperbarui sejak gedungnya didirikan. Akibatnya,pada musim dingin suhu kebanyakan ruangan terasa membekukan atau malah superpanas. Dan kelas Bahasa Inggris termasuk yang superpanas, dan suasana seperti sauna itu membuat semuanya semakin sulit berkonsentrasi. Sepuluh menit sebelum kelas bahasa Inggris Mr. Horan selesai, hampir semua murid sudah memasukkan buku catatan ke tas masing-masing. Bukannya mereka nggak menghormati Mr. Horan, yang merupakan guru yang baik, tapi biasanya Selasa memang menyebalkan dan menit-menit terakhir serasa seperti ber-jam jam. Dengan masa liburan sekolah yang begitu dekat, sampai-sampai aromanya nyaris bisa dicium, rentang perhatian para murid juga semakin pendek. Jack, sambil menyembunyikan ponsel di pangkuan, mengirimkan SMS-SMS nggak sopan pada Eliza. Rachel membaca majalah, Tanpa ditutup-tutupi, seolah Mr. Horan bakal bangga karena ia bisa membaca.Eleanor adalah satu diantara sedikit murid yang masih memperh

  • Happier    4. The News

    Camilla sulit berkonsentrasi pada pelajaran Aljabar,padahal biasanya itu mudah baginya untuk memahami angka-angka yang merusak mata sebagian murid di depan sana. Bukan nya memfokuskan perhatian pada persamaan yang tertulis di papan tulis, ia malah membayangkan dirinya berada di panggung dalam seluruh kegemerlapan La La Land. Bayangkan panggung yang gelap gulita. Asap (dari mesin pembuat asap yang memang berfungsi, bukan mesin yang mengacaukan pertunjukan klub Cheerio Di Resital Fall in Love with music musim gugur lalu) perlahan-lahan menutupi panggung yang didekorasi seperti gang-gang kecil di Paris. Dan masuklah Camilla, dalam pakaian Dress santai berwarna kuning terang yang seksi yang berhasil memberikan sedikit belahan dada. Bibirnya terbuka dan lirik lagu seolah mengantung di udara, membuat para penonton terpesona. Dan tepuk tangan pun membahana.Seusai pelajaran, Camilla mengam

  • Happier    3. Secret little rendezvous

    “You hit me with words I never heard, come out your mouth. Feeling hopeless, I need focus" -Youth-°°°Koridor Roosevelt High school merupakan tempat menyeramkan bagi anak-anak yang ngak di berkahi posisi menguntungkan dalam hierarki Senior high school. Di dalam ruang kelas bahkan guru paling lemah pun bisa mengontrol murid-murid yang tidak suka menuruti peraturan. Sedangkan di Caffetaria, para Security class Dan beberapa guru lain bergilir memonitor kelakuan para siswa. Tetapi, koridor--Saat perpindahan kelas--dipenuhi remaja dengan hormon bergejolak yang ingin sekali melampiaskan energi. Sayangnya, siswa yang berada di lapisan bawah sistem kasta SHS sering kali dijadikan subjek penerima perhatian yang ngak menyenangkan dari remaja-remaja itu, mulai dari di sandung,didorong ke deretan loker, dan 'Tidak

  • Happier    2. Little white lies

    “It'll only be a couple hours And I'm about to leave. I was hoping I could get lost in your paradise,Cause I can't get you off my mind” -Lost In Japan- °°°° "Ada yang nonton Pretty woman di TV kabel semalam?" Tanya Louis sambil melonggarkan syal Kasmir biru yang mewah dari lehernya. "Sudah tiga kali ditayangkan bulan ini, tapi aku nggak bisa melewatkannya." "Kau hanya suka melihat Julia dalam pakaian gaya jalanannya yang supermodis," goda Kurt ketika sampai di sebelah Louis yang duduk di salah satu Kursi di ruangan Paduan Suara. Kurt mengenakan jaket musim dinginnya yang paling hangat, yang disebut ibunya sebagai jaket ski--ironisnya, ia bahkan belum pernah main Ski seumur hidup. Ia tersenyum tipis pada Eleanor di belakangnya. "Mau bagaimana lagi? Sepatu Bot kulit berhak tinggi memang selalu menarik perhatianku," kata Louis sambil melirik Shawn, yang tersipu agak malu

  • Happier    1. Stitches

    Area parkir di Roosevelt High benar-benar nyaris kosong. Bagian staf pengajarnya pun cuma di tempati beberapa mobil milik guru-guru muda yang masih bersemangat dan belum mencapai tahap kelelahan dalam karir mereka. Semalam salju menyelimuti kota, dan sepertinya satu-satunya suara di Seattle,Washington adalah derikan dan putaran pengeruk salju raksasa berwarna kuning. Pengeruk salju itu menggeruk melintasi lapangan parkir yang kosong, menambahkan salju lagi ke tumpukan salju yang besar yang kotor. Ini pagi Awal November yang benar-benar dingin, dan pengeruk salju yang sendirian itu, dikendarai si petugas kebersihan, Janitor Bob, Yang memakai baju musim dingin tebal dan sarung tangan oranye yang kelihatan seperti sarung tangan oven raksasa, merupakan satu-satunya benda bergerak di udara beku ini. Beberapa burung bertampang geli bertengger di kabel telepon, mungkin menyesal kenapa mereka tak berimigrasi ketempat hangat lebih awal."Ini lebih dari menyedihkan"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status