Share

Chapter 2

Bab 2~Kencan Buta

Dua orang gadis cantik tengah duduk santai sambil menyesap kopi hitam kesukaannya di sebuah cafe tak jauh dari kantornya. Sesekali mereka tertawa karena banyolan masing-masing yang menurutnya lucu. Mereka terlihat sangat akrab layaknya saudara.

Cukup lama keduanya bercanda sampai tiba-tiba salah satunya berbicara serius. "Lien. Umm ... Bisa nggak bantuin aku?"

Si pemilik nama menoleh penasaran. Tidak biasanya sahabatnya berbicara seserius itu. "Ada masalah apa, Xixi?"

Gu Xi terdiam sejenak sebelum berkata. Sesungguhnya dia sangat ragu meminta bantuan kepada temannya, apalagi ini menyangkut hal pribadi. Melihat Gu Xi terdiam, Xia Lien lekas berkata lagi. "Aku pasti bantuin kamu semampuku,"

Wajah Gu Xi terlihat sumringah. Dia yakin bahwa Xia Lien pasti bisa diandalkan dalam hal ini. Terlebih, mereka sudah berteman sejak dari kecil. "Tolong temui seseorang untukku di cafe Kenanga jam tujuh malam ini!" pintanya langsung.

"Siapa?"

"Seorang pria," sahut Gu Xi singkat.

Xia Lien mengerutkan keningnya keheranan. Mengapa Gu Xi menyuruhnya untuk menemui seorang pria di cafe? Apa pria itu adalah orang yang dijodohkan oleh keluarganya? Kalau begitu ....

"Aku nggak mau terlibat!" tolaknya cepat.

Gu Xi merajuk. "Ayolah, Lien'er-ku sayang! Kali ini aja, aku janji!" ucapnya sungguh-sungguh.

Xia Lien menggelengkan kepala sembari melipat kedua tangan di dada. "Nggak mau! Kalau ketahuan, aku bisa digantung Ayahmu. Paman Gu orang yang galak, juga keras kepala. Aku bisa mati kalau ketahuan menggantikan kamu menemui calon suami,"

"Nggak bakal ketahuan. Aku jamin deh!"

"Tapi ..."

Gu Xi segera merangkul Xia Lien lalu memberikan kartu kreditnya. Dia mengatakan jika Xia Lien boleh membeli apapun dengan kartu kredit miliknya tapi harus menemui pria itu. Lagi pula, Gu Xi punya alasan untuk tidak menemui pria lain.

"Kenapa kamu keukeuh ingin menjadi istri Kakakku yang dingin itu? Dia itu orang yang menyebalkan tahu," ejek Xia Lien. Dia tahu betul jika Gu Xi tergila-gila pada kakak kandungnya, Xia Long.

Gu Xi memberengut kesal karena Xia Lien seolah tak mengizinkan dirinya untuk menjadi kakak ipar di kemudian hari. "Bilang saja kalau kamu nggak merestui hubungan kita," tudingnya.

"Bukan gitu, Xixi! Kamu ini anak orang kaya, sedangkan kami dari keluarga biasa. Selain orang tuamu nggak akan setuju, Kakakku juga nggak bakal mau sama gadis berisik macam kamu." guraunya menggoda.

Betapa kesalnya Gu Xi mendengar ejekan temannya itu. Ia segera merangkul erat leher Xia Lien agar gadis itu merasakan kesakitan akibat tertekan kuat. "Ih, rasakan ini!"

Benar saja, Xia Lien meronta tapi sembari tertawa seolah itu tak menyakitinya sama sekali. "Hahaha. Oke, cukup!" Gu Xi segera melepaskannya lalu merapihkan rambut dan pakaiannya yang sedikit berantakan. "Baiklah Kakak iparku tersayang. Untuk kali ini saja aku membantumu, anggap ini sebagai restu untuk kalian."

Gu Xi tersenyum puas lalu memberikan kartu kredit miliknya. "Nah, gitu dong! Kalau kek gini 'kan Adik ipar terlihat manis." selorohnya memuji.

Xia Lien berdecih mengejek. "Cih,"

Kedua gadis itu pun segera pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli apa yang dibutuhkan. Malam ini, Xia Lien harus menggantikan Gu Xi untuk menemui laki-laki pilihan ayahnya. Gu Xi tidak mau menemui pria manapun lagi sebab hati dan pikirannya sudah terpaut kepada satu pria, yaitu kakaknya Xia Lien, Xia Long.

Entah apa yang dilihat dari pria itu sebab Gu Xi sudah menyukainya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama hingga kini masih amat menyukainya. Di mata dan hatinya Gu Xi seperti tidak ada lagi pria yang menarik perhatiannya selain Xia Long seorang.

"Kamu yakin menyuruhku datang ke kencan buta ini? Gimana kalau pria itu sangat tampan dan kaya? Gimana kalau Ayahmu ...?"

Gu Xi berdecak sebal. "Gimana-gimana mulu, ih. Pokoknya kamu harus bantuin aku bikin pria itu menyerah atas perjodohan ini. Aku yakin pria itu pasti sudah tua sebab Papa bilang dia rekan bisnisnya,"

"Haish, pria tua. Aku jadi males nemuin dia. Kita batalin aja deh," Xia Lien segera beranjak namun dengan cepat Gu Xi menariknya lagi untuk duduk.

"Bodoh. Aku sudah bilang setuju sama Papa. Gimana kalau orang itu mengadu karena aku tidak datang? Bisa-bisa aku dikurung di dalam rumah," rengek Gu Xi layaknya anak kecil. "Kamu sudah janji mau bantu, pokoknya harus sampai tuntas." Ia memaksa.

Helaan napas terdengar dari mulut Xia Lien. Ia sudah tidak punya pilihan selain menemui pria yang dijodohkan untuk Gu Xi.

Panggilan masuk dari pria itu di ponsel Gu Xi. Dia mengatakan akan tiba di cafe kenanga sebentar lagi. Gu Xi pun bergegas pergi meninggalkan cafe tersebut dan menyerahkan 'tugas' perjodohan kepada sahabat masa kecilnya, Xia Lien. Mau tak mau Xia Lien pun menunggu seorang diri kedatangan pria itu.

Sebelum pergi, Gu Xi mengacungkan kepalan tangan memberikan semangat kepada Xia Lien lalu pulang dengan mobilnya. Senyum senang terlukis indah dengan hati girang. Ia berfikir bahwa dirinya sudah mengatasi masalah perjodohan tersebut dan meninggalkan Xia Lien dengan tenang. Namun tanpa diduga, rencananya itu justru membuat Xia Lien dalam masalah lebih besar.

Xia Lien duduk santai sembari bermain ponsel. Dia tidak tahu jika seorang pria muda tengah berdiri di sampingnya sambil memperhatikan apa yang tengah dilihatnya di layar datar. Xia Lien cekikikan saat melihat video-video lucu yang tengah ditontonnya itu.

"Apanya yang lucu dari tingkah mereka?" Suara barito seseorang mengejutkan Xia Lien hingga tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya ke lantai dengan keras. Pria tersebut langsung duduk di hadapan Xia Lien tanpa rasa bersalah. "Nona Gu?"

Xia Lien yang terlanjur marah karena ponselnya terjatuh, bukannya menjawab malah memaki pria di hadapannya itu setelah memungut ponselnya yang sudah pecah. "Dasar brengsek. Sudah membuat ponselku rusak malah duduk santai. Kamu itu punya sopan santun nggak sih?!" hardiknya kesal. Wajahnya memerah karena marah melihat tingkah pria itu yang cuek.

Bukannya meminta maaf, pria tersebut malah berkata yang membuat Xia Lien makin kesal. "Inikah Nona Gu yang katanya pemalu dan pendiam? Aku rasa Kakek salah menilai orang," ejeknya.

"Memangnya kenapa? Lagi pula, aku bukan ...!" Xia Lien tersadar segera diam membuat pria itu memperhatikannya. Namun, ia mengingat pesan Xixi bahwa dirinya harus bisa membuat pria ini tidak menyukainya, Xia Lien pun kembali marah. "Tuan ... Zhang Yuze. Ya, aku memang seperti ini. Kamu pasti terkejut bukan? Makanya, lebih baik kamu tidak berniat untuk menerima perjodohan ini karena aku tidak suka cowok sombong kek kamu!" tegasnya dengan penuh penekanan.

Zhang Yuze tertawa kecil mendengar penolakan gadis di hadapannya ini. Dia benar-benar percaya diri dan konyol, pikir Yuze. "Siapa bilang aku setuju untuk menikah denganmu? Hei Nona, kamu itu terlalu percaya diri! Aku datang ke sini mau mengatakan hal yang sama. Tolong jangan terima perjodohan ini karena aku juga tidak suka cewek kasar macam kamu. Mengerti?!"

Xia Lien tidak bisa berkata-kata. Pria ini sangat membuatnya jengkel. Kalau memang tidak mau menerima perjodohan, bukannya dia cukup bilang saja lewat telpon agar Xia Lien tidak perlu susah payah datang ke tempat ini menggantikan Gu Xi. Terlebih, gara-gara pria ini juga ponselnya yang seharga satu juta lima ratus ribu harus rusak.

Miris

Xia Lien menghembuskan napas kasar, lalu pergi begitu saja. Moodnya sudah rusak gara-gara pria menyebalkan ini.

"Tunggu!"

Bersambung ...

Janganlah membenci seseorang melampaui batas, sebab kalian tidak akan tahu bagaimana cinta tumbuh di masa depan.

~Lien Machan~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status